Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sapi Australia yang terpapar LSD terdeteksi setelah tiba di Indonesia. Penemuan sapi terpapar LSD itu tergolong tidak terduga menurut Kepala Petugas Veteriner Australia Mark Schipp.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indonesia menghentikan impor sapi hidup dari empat fasilitas Australia setelah sejumlah kecil terdeteksi adanya penyakit kulit lumpy skin disease atau LSD. Dikutip dari Reuters, pejabat Australia bekerja sama dengan Indonesia meyakinkan pelaku pasar semua hewan yang diekspor dari Australia memenuhi persyaratan Indonesia, termasuk tak terinfeksi LSD, kata Menteri Pertanian Australia Murray Watt dalam pernyataan pada Minggu, 30 Juli 2023.
Penyakit LSD Sapi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lumpy Skin Disease atau LSD penyakit kulit infeksi yang rentan menginfeksi sapi dan kerbau tersebab virus. Gejala sapi terinfeksi LSD munculnya lesi kulit berukuran satu hingga tujuh sentimeter yang biasanya muncul di leher, kepala, ekor, ambing. Adapun beberapa tanda klinis, seperti demam lebih dari 40 derajat Celsius, sapi terlihat lemah, adanya cairan hidung dan mata, pembengkakan.
Merujuk publikasi Lumpy Skin Disease: Ancaman Baru Sapi dan Kerbau Indonesia dalan laman Balai Besar Veteriner Wates, penularan LSD bisa melalui kontak langsung dan tidak. Penularan kontak langsung, LSD dapat menular melalui darah, cairan hidung dan mata air liur, susu.
Adapun penularan tidak langsung melalui kandang, peralatan, jarum suntik yang terkontaminasi virus LSD. Penularan juga bisa terjadi secara mekanis, yakni melalui vektor nyamuk, lalat, dan hewan sengat lainnya.
Penyakit LSD sapi pertama kali dilaporkan di Zambia pada 1929. Penyakit ini menyebar sampai Eropa dan Asia. Beberapa tahun belakangan, kasus LSD muncul di Nepal, Cina, India, Vietnam, sampai Thailand. Cara terbaik mencegah sapi terinfeksi LSD secara spesifik dengan vaksinasi.