Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Menurut Badan Geologi, gempa megathrust di Selat Sunda memang berpotensi berdampak ke Jakarta. Selain itu, ada dua sumber lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Yakni, di patahan aktif di sekitar Jakarta dan intraslab di bawah Jakarta," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Sri Hidayati, saat ditemui di kantornya, Kamis, 8 Maret 2018. "Ya, secara geologis ada tiga kelompok gempa."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, sumber gempa megathrust selatan Jawa hingga ke Selat Sunda adalah yang terdekat, berjarak lebih dari 200 kilometer. "Jika terjadi gempa besar bermagnitudo 8 hingga 9,5 dari sumber itu bisa merambat ke Jakarta," kata Sri. Meskipun intensitas gempanya menurun, kondisi endapan tanah cekungan Jakarta bisa memperbesar efek gempa atau amplifikasi. Dampaknya pada bangunan tinggi.
Berdasarkan riset terbaru peneliti di PVMBG, Cipta, wilayah DKI Jakarta tersusun atas endapan geologi kuarter. Ketebalan endapan yang tergolong terurai itu sementara diketahui maksimum 1.350 meter.
Sumber gempa kedua berada di bawah endapan cekungan Jakarta yang disebut zona intraslab. Zona itu merupakan pertemuan kerak samudera dan kerak benua dengan kedalaman umum lebih dari 90 kilometer. Meskipun kekuatan maksimumnya lebih rendah dari sumber gempa subduksi (megathrust), namun bisa berdampak kerusakan. "Terutama pada bangunan atau infrastruktur tinggi," kata Sri.
Pusat gempa ketiga dari patahan aktif di sekitar Jakarta, seperti Baribis, Cimandiri, dan Citarik. Kekuatan gempa dari sesar umumnya lebih kecil dari zona megathrust dan intraslab. Namun karena jaraknya dekat di daratan, dan pusat gempanya dangkal, kata Sri, efeknya berdampak pada bangunan rumah warga dan gedung pendek lainnya. Kekuatan maksimal gempa intraslab dan patahan masih dikaji.
Keberadaan patahan aktif di sekitar Jakarta masih jadi perdebatan para ahli dan peneliti gempa. Beberapa kejadian gempa yang sampai mengguncang Jakarta, menurut Sri, bisa menjadi petunjuk soal keberadaan sesar aktif di sekitar Jakarta.
Dia memberikan contoh ketika terjadi gempa yang sumbernya jauh tapi sampai menggoyang Jakarta. Diantaranya Gempa Indramayu (2007), Gempa Tasikmalaya (2009 dan 2016), dan Gempa Lebak yang terbaru (2018). "Ini pertanda selain faktor amplifikasi tinggi, ada media perambatan gempa melalui jalur-jalur patahan aktif," kata Sri.
Simak artikel gempa megathrust dan gempa Jakarta lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.