Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jepang yang terletak di area “Cincin Api Pasifik” sering terdampak bencana gempa bumi. Cincin api ini berbentuk seperti tapal kuda di tepi Samudera Pasifik. Beberapa negara yang dilewatinya berpotensi kerap terjadi gempa bumi dan erupsi vulkanis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data yang dilaporkan Badan Meteorologi Jepang, tercatat ada sekitar 5.000 gempa bumi kecil yang terjadi di Jepang setiap tahun. Kekuatannya pun bervariasi mulai dari magnitudo 3,0 hingga 5,0. Pada 2011 silam, gempa berkekuatan magnitudo 9,1 adalah yang terkuat di Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 15.899 orang dilaporkan tewas akibat gempa yang disusul tsunami tersebut. Sejumlah bangunan fasilitas umum dan rumah warga juga mengalami kerusakan. Namun, kerusakan bangunan tidak separah yang dibayangkan karena Jepang sudah menerapkan konsep bangunan yang bisa tahan gempa.
Pemerintah Jepang bahkan telah membuat undang-undang khusus untuk mengatur rumah-rumah dan bangunan lain agar dibangun sesuai standar gempa. Di Tokyo, dilaporkan hampir 87 persen bangunan mampu menahan gempa bumi termasuk bangunan pencakar langit sekalipun.
Melansir situs resmi Universitas Tokyo, ada tiga prinsip dari konstruksi bangunan di Jepang agar tahan gempa, antara lain struktur dengan sistem antiseismik, redaman, dan struktur seismik terisolasi. Pada struktur antiseismik, terdapat beberapa elemen yang memberikan kekuatan bangunan terhadap guncangan gempa. Perlu dilakukan pertimbangan cermat untuk meningkatkan ketahanan deformasi–perubahan bentuk atau ukuran dari sebuah objek–bangunan sehingga terhindar dari kerusakan fatal.
Sementara struktur bangunan dengan sistem redaman dirancang untuk menyerap energi seismik melalui deformasi substansial. Penyerapan yang efisien dipastikan dengan penggunaan bahan viskoelastik yang memiliki karakteristik penyerapan energi tinggi. "Ketika struktur dapat menyerap semua energi (dari gempa), itu tidak akan runtuh," kata Jun Sato, insinyur di Universitas Tokyo.
Dalam struktur isolasi seismik, lapisan isolasi dimasukkan antara tanah dan struktur untuk mengurangi efek gerakan tanah. Lapisan ini yaitu sebuah bantalan atau peredam kejut yang dapat berupa blok karet dengan ketebalan sekitar 30-50 cm. Di mana pun kolom bangunan turun ke fondasi, mereka duduk di atas bantalan karet ini. Adanya peredam gerak ini memungkinkan bangunan tinggi dapat menahan guncangan gempa.
HARIS SETYAWAN
Baca juga: 5 Fakta tentang Gempa Fukushima Jepang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.