Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Chairperson Green Building Counsil (GBC) Indonesia Iwan Prijanto menjelakan bahwa ada beberapa kendala untuk menerapkan Bangunan Gedung Hijau di Indonesia. Menurutnya, kendala tersebut adalah keputusan investasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pertama itu ketidaktahuan, selain itu adalah investasi awal yang besar. Bisa dibayangkan jika perusahaan saya, direktur utama dan direktur keuangan memutuskan investasi di atas rata-rata, dan di Rapat Umum Pemegang Saham mereka tidak bisa melaporkan hasilnya, ini jadi ironi," ujar Iwan, di Jakarta, Rabu, 20 Februari 2019.
Konsep bangunan gedung hijau, kata Iwan, memiliki manfaat yang bisa dilihat jangka panjang, sementara RUPS setahun sekali. Jadi, Iwan melanjutkan, direktur utama dan direktur keuangan pada tahun-tahun berikutnya yang akan merasakan manfaatnya.
"Kami merasa harus bisa menggalang pemahaman jangka panjang kepada semua pengambil keputusan," tutur Iwan. "Ini harus diberi pemahaman bahwa manfaatnya akan terasa jangka panjang, tapi manfaat jangka pendeknya juga ada, nilai perusahaan naik dan mempunyai efek terhadap komersial."
Global Head, Strategy and Business Development IFC Climate Business Department Marcene Mitchell juga menjelaskan bahwa informasi mengenai bangunan gedung hijau belum banyak menjangkau masyarakat.
"Karena informasinya kurang, ini menjadi alasan mengapa kami ada di sini, untuk berbagi informasi dengan para developer dan kontraktor," kata Mitchell. "Juga, karena banyak yang bilang bahwa bangunan hijau itu mahal, padahal buktinya tidak."
Menurut studi yang dilakukan oleh lembaga keuangan bagian dari Bank Dunia, IFC dan GBC Indonesia, bangunan dan gedung di Indonesia adalah pengguna energi terbesar ketiga, dengan porsi sekitar 30 persen dari total konsumsi energi nasional. Jika tidak dikelola dengan baik, konsumsi energi dari gedung dan bangunan berpotensi meningkat hingga 40 persen dari total konsumsi energi pada tahun 2030.
Untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen sampai dengan tahun 2030, dalam penelitian yang dilakukan selama setahun itu, pemerintah harus mendorong peningkatan efisiensi energi dari bangunan dan gedung. Penelitian tersebut juga menyebutkan bangunan gedung hijau dapat menghemat 30-80 persen biaya utilitas, dalam jangka panjang.