Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Jalan Plastik, Tahan Banjir

Sekelompok ahli teknik jalan raya di australia berhasil menguji coba jalan plastik. bahan jalan yang dibungkus lapisan terra firma, tak memerlukan batu padas, tapi sukup dengan campuran tanah dan batu.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN tropis dan banjir sering merupakan musuh jalan raya No. 1. Di samping truk-truk yang muatannya berlebihan di atas lapisan penutup jalan yang dikorupsi materialnya. Bopeng-bopeng yang kian membesar itu bukan pemandangan yang janggal di Indonesia. Bagaimana pemecahannya? Selama ini, alasan pihak Bina Marga PUTL, adalah: uang kurang untuk membuat jalan raya yang betul-betul kuat dan tahan lama. Kita terpaksa membuat jalan raya yang lebih murah, tapi kurang baik kwalitasnya. Kalau ditotal biaya membuat jalan murah dan ongkos perawatannya yang begitu tinggi, memang lebih mahal dari pada membuat jalan raya yang kuat dan tahan lama. Tapi apa mau dibuat kalau anggaran tiap tahun memang hanya pas-pasan untuk membuat jalan murah? Kedengarannya memang serba sialan. Tapi mungkin penelitian sekelompok ahli teknik jalan raya di Australia dapat menolong orang-orang Bina Marga memecahkan dilema antara anggaran dan kwalitas jalan murah itu. Khususnya percobaan 'jalan plastik' yang dibungkus Tera Firma buatan maskapai Fibremakers Australia di Sydney yang bekerjasama dengan Prof Owen Ingles dari Departemen Bahan Teknik Sipil Universitas New South Wales, Sydney. Dibungkus Sejak dua tahun lalu, anak buah Owen Ingles telah menguji dua jalan raya yang dibungkus dengan lapisan plastik-aspal Terra Firma di negara bagian New South Wales. Jalan yang satu melintasi saluran irigasi yang membuat tanah di bawah jalan itu berkadar air 15-20%. Jalan yang kedua terentang di daerah beriklim semi-padang pasir yang sering diganggu hujan tropis dan banjir bandang. Toh kedua jalan raya berlapis plastikaspal itu masih utuh, walaupun selalu diterjang gangguan alam dan lalu-lintas pertanian yang beratnya sampai 30 ton. Begitu diberitakan oleh Kantor Penerangan Australia, beberapa bulan berselang. Prosedur pembungkusan jalan dengan lapisan plastik bitumen itu begini. Mula-mula alur jalan digilas dengan mobil giling sampai tidak ada batu yang runcing mencuat. Kemudian lapisan Terra Firma dengan lebar lebih dari 2 x lebar jalan direntangkan di alur jalan. Baru di atasnya dihamparkan campuran bahan tubuh jalan yang boleh lebih halus, lebih lunak dan lebih rendah kwalitasnya dari pada bahan tubuh jalan yang konvensionil. Sesudah campuran batu-batuan dan pasir itu digilas lagi sehingga padat, tubuh jalan itu dibungkus dengan plastik bitumen yang masih sisa. Jadi kurang lebih seperti membungkus kasur atas bawah dengan kain sprei. Akhirnya, seperti biasanya, seluruh 'kasur' berisi kerikil padat itu dilapisi campuran aspal pasir. Karena tubuh jalan yang lazimnya disebut water-bed itu sudah terbungkus dengan lapisan yang kedap air, penggerogotan jalan karena rembesan air dari bawah permukaan jalan dapat dielakkan. Itu sebabnya jalan itu dapat tahan lama, walaupun hujan dan terik matahari silih berganti menggerogoti permukaan dan fundasinya. Selain tahan lama, sistim jalan yang dalam bahasa teknisnya disebut Membrane Encapsulated Surface Layer (MESL) ini ada keuntungan tambahannya. Kata asisten Prof Ingles, Christopher Lawson pada KPA: "Tubuh jalan MESL ini membutuhkan lebih sedikit batu padas, jadi perusakan lingkungan karena tambang-tambang batu padas itupun dapat dikurangi". Bahan untuk tubuh jalan yang dibungkus lapisan Terra Firma Itupun tidak perlu diangkut dengan ongkos angkut yang tinggi. Tapi bisa dengan menggunakan campuran tanah dan batu, yang dikeruk di tempat itu juga untuk membuat alur jalan. Dan kalau suatu ketika jalan itu tidak dipakai lagi, 'sarung bantal'nya bisa dicopot. Tanah bekas kerukan alur jalan itu dapat menghidupi tanaman dan hewan lagi. Pendeknya bisa dibongkar-pasang dengan mudah tanpa jahitan. Cukup main lipat saja. Menurut Lawson, sistim ini tidak baru. Ia sudah dipakai dalam pembuatan jalan dan landasan pesawat terbang di Burma semasa Perang Dunia kedua. Hanya saja, waktu itu yang digunakan adalah goni berlapis aspal, plastik atau bahan tenunan lain yang cepat busuk, retak menanggung beban. Adapun bahan Terra Firma itu sendiri, yang kabarnya terbuat dari serat-serat polypropylene - bahan sampingan penyulingan minyak bumi - tidak dia jelaskan usia kerjanya. Rupanya masih perlu pengujian lebih lama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus