Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Jepang Cangkokkan Sel Orang ke Hewan, Lahirkan Binatang Pintar?

Pemerintah Jepang mengijinkan mengembangkan sel manusia pada embrio hewan. Ditakutkan otak mereka akan berkembang layaknya manusia.

2 Agustus 2019 | 10.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
sxc.hu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jepang telah memberi izin kepada sekelompok peneliti asal Tokyo untuk mengembangkan sel manusia pada embrio hewan. Eksperimen transplantasi organ manusia ke tubuh hewan hingga kini masih menjadi pertentangan di sebagian negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Professor Hiromitsu Nakauchi, yang memimpin penelitian ini, melakukan uji coba teori hibridnya di laboratorium selama bertahun-tahun agar dapat dilakukan secara nyata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sel genetik hewan harus dimodifikasi agar sel yang hilang dapat dipergunakan untuk mengembangkan organ yang diinginkan para peneliti. Sedangkan sel manusia nantinya akan diadaptasi oleh badan hewan supaya organ dapat berkembang secara normal, tetapi secara teori organ tersebut masih berbentuk organ manusia.

Nantinya embrio akan ditanamakan ke dalam rahim hewan yang masih hidup, sehingga bayi tetap berkembang secara normal untuk kemudian dimatikan. Setelah itu, organ manusia diambil dan diberikan kepada pendonor. 

“Organ manusia tidak akan tercipta dengan cepat. Namun, jika cara ini berhasil, banyak nyawa manusia yang akan terselamatkan. Kami ingin terus melanjutkan penelitian kami secara hati-hati,”

Dia percaya penelitiannya dapat mentranplantasi pankreas manusia dengan menempatkan stem sel di dalam tubuh mamalia seperti babi dan menggunakannya sebagai obat diabetes untuk manusia. Selanjutnya dia ingin mengajukan izin penelitian pada embrio babi selama 2 bulan.

Bekerjasama dengan Stanford University, mereka telah menanamkan pankreas pada tikus yang menderita diabetes pada penelitian yang diterbitkan pada tahun 2017. Tikus hanya memerlukan beberapa hari penolakan sistem kerja organ, sebelum pankreas mulai memproduksi insulin secara normal.

Stem sel yang digunakan adalah sel kosong yang dapat diubah menjadi apa pun ke dalam embrio binatang. Transplantasi dari hewan ke manusia dikenal sebagai xenotransplantasi, sudah digunakan dalam dunia medis. Lebih dari 116.000 pasien mendafatarkan diri untuk melakukan transplantasi di Amerika Serikat.

Tapi, harus hati-hati. Jika ilmuwan tidak dapat mengontrol seberapa banyak kemungkinan binatang dapat menjadi manusia, dan ditakutkan otak mereka akan berkembang layaknya manusia. Profesor Nakauchi menyatakan bahwa mereka akan menghentikan eksperimen jika otak binatang dapat berkembang hingga 30 persen dari otak manusia. 

"Kami berusaha memastikan bahwa sel-sel manusia hanya berkontribusi pada pembentukan organ-organ tertentu," kata Profesor Nakauchi dalam majalah Out There di Stanford Medicine.

Eksperimen hibrid serupa sebelumnya pernah dilakukan, tetapi embrio yang terbuat dari sel manusia dan hewan tidak pernah dilahirkan, karena tidak mendapatkan izin dari pemerintah Jepang pada tahun 2014. Kini, regulasi telah diubah dan peneliti mendapat izin bahwa embrio dapat hidup selama 14 hari. 

DAILY MAIL | SCIENCE ALERT | CAECILIA EERSTA

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus