Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kanzi, individu primata yang dianggap paling pintar di dunia telah mati di usia 44 tahun pada Selasa pekan lalu, 18 Maret 2025. Primata jenis bonobo itu selalu dipandang istimewa lantaran bisa memahami Bahasa Inggris lisan dan simbol-simbol manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kanzi adalah individu yang luar biasa yang merevolusi pemahaman kita tentang kognisi dan komunikasi hewan,” kata Direktur Komunikasi Ape Initiative Sara Skiba melalui keterangan tertulis, dikutip pada Senin, 24 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sara, Kanzi mati secara tidak terduga di tempat tinggalnya di Ape Initiative, Des Moines, Iowa, Amerika Serikat. Bonobo jantan tersebut lahir pada 28 Oktober 1980 dan menjadi subjek penelitian manusia selama bertahun-tahun. Keunikan kognisinya menarik perhatian para peneliti.
Mengutip laman resmi Ape Initiative, Kanzi tidak menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit maupun tampak tidak nyaman. Para pengawas tidak melihat kejanggalan sebelum kematiannya. Kanzi memang sedang mengikuti perawatan penyakit jantung. Namun, tim dokter hewan masih menggelar autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian bonobo tersebut.
“Warisannya akan terus menginspirasi generasi mendatang untuk menghargai dan melindungi makhluk luar biasa ini,” ujar Sara.
Selama ini Kanzi diajarkan pemahaman bahasa manusia bersama dengan ibu angkatnya yang bernama Matata. Kanzi terlihat menonjol dan mampu memahami Bahasa Inggris lisan dengan cepat. Primata ini selalu menunjukkan keaktifan bersama para pengasuh. Teman bermain kejar-kejaran Kanzi adalah para anggota keluarganya, masing-masing bernama Elikya, Nyota, Maisha, Teco, Mali, dan Clara.
“Dia belajar berkomunikasi menggunakan papan leksigram dengan ratusan simbol, yang memungkinkannya mengekspresikan keinginan dan kebutuhannya dengan presisi,” tutur Sara,
Bonobo termasuk jenis primata yang dilindungi dan terancam punah. Hewan ini memiliki habitat asli di Kongo, Afrika Tengah. Sara menyebut kehadiran Kanzi membuat banyak orang terinspirasi untuk melestarikan spesies primata tersebut.
Kisah hidup Kanzi telah diabadikan oleh berbagai media massa seperti Majalah Time, National Geographic, dan The New York Times. Saat ini Ape Initiative juga mengikat kolaborasi dengan Wildstar Films untuk membuat dokumenter eksklusif soal kehidupan Kanzi, serta dampaknya terhadap ilmu pengetahuan.