Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Kasus Kematian Pertama karena Flu Burung di Amerika, Ini Riwayat Pasien dan Virusnya

Peneliti meminta kasus kematian karena flu burung di Lousiana, AS, ini tak didiskon oleh kondisi si pasien.

7 Januari 2025 | 15.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi flu burung. REUTERS/Dado Ruvic

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga di Lousiana, Amerika Serikat, telah terkonfirmasi meninggal karena virus flu burung (H5N1). Ini adalah kasus fatal pertama dari infeksi flu burung pada manusia di Amerika Serikat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun secara global, dari 1 Januari 2003 sampai 1 November 2024, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendata 939 kasus infeksi H5N1 pada manusia di 24 negara. Sebanyak 464 di antaranya berujung kematian yang sebagian besar berasal dari negara-negara di Region Pasifik Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Departemen Kesehatan Lousiana menyatakan belum mengidentifikasi adanya kasus tambahan di wilayah itu. Juga tak ditemukan bukti adanya penularan dari manusia-ke-manusia, yang menegaskan risiko untuk kesehatan masyarakat di sana masih rendah.

Warga yang meninggal itu, berusia lebih dari 65 tahun dan mengalami komplikasi dengan penyakit lain, telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak Desember lalu. Dia diduga terinfeksi setelah tertular dari kombinasi kawanan unggas non-komersil di belakang rumah dan burung liar.

Seperti dikutip dari New Scientist, orang itu dirawat karena menderita gangguan pernapasan akut. Dia sekaligus menjadi kasus H5N1 pertama dengan gejala berat di negaranya. Pemerintah Lousiana mengumumkan kematiannya pada 6 Januari 2025.

Total, menurut data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau CDC Amerika Serikat, sebanyak 66 orang telah terkonfirmasi positif terinfeksi H5N1 di negara itu. Kebanyakan menunjukkan gejala ringan seperti mata merah dan diketahui memiliki kontak dengan sapi atau ayam.
 
Virus H5N1, yang telah menewaskan puluhan juta unggas liar maupun domestik di dunia, juga diketahui telah menyebar di antara sapi ternak di Amerika Serikat selama hampir setahun belakangan. Namun, hasil analisis genetika terhadap sampel milik warga Lousiana itu mengindikasikan kalau dia terinfeksi virus dengan genotipe D1.1--berbeda dari versi yang menyebar di antara sapi (genotipe B3.13). Tidak ada bukti pula kalau virus-virus itu bisa menular di antara manusia.

Analisis atas pengurutan gen yang lebih detail juga mengidentifikasi beberapa perubahan atau mutasi pada virus asal Lousiana itu yang mungkin memperbaiki kemampuannya dalam mengikat sel-sel di saluran pernapasan atas manusia. Dicuplik dari update situs CDC 26 Desember 2024, mutasi yang sama juga ditemukan dalam kasus-kasus yang dilaporkan sebelumnya di negara lain dan paling sering saat infeksi yang parah. Perubahan sangat mungkin sebagai bentuk adaptasi si virus begitu menginfeksi manusia. 

Satu dari perubahan-perubahan itu juga terlihat dalam seorang anak yang terinfeksi dan mengalami gejala berat di British Columbia, Kanada, pada November lalu. Bagaimana anak itu bisa terinfeksi masih belum jelas tapi gejala yang dialami sangat serius hingga membutuhkan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) untuk menjaganya tetap hidup.

Hal itu, menurut Direktur Pusat Pandemik di Brown University School of Public Health Jennifer Nuzzo, sangat sulit untuk memprediksi siapa yang bisa sakit parah setelah terinfeksi. "Kita seharusnya tidak mendiskon kasus kematian di Lousiana dengan mengatakan pasiennya memiliki riwayat penyakit lain," kata Nuzzo seperti dilansir NPR.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus