Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Ketersediaan Air Bersih di Cirebon Raya Rendah, Peneliti BRIN Usulkan Optimalisasi Waduk Jatigede

Peneliti BRIN merekomendasi optimalisasi Waduk Jatigede untuk mengatasi rendahnya tingkat akses air bersih di wilayah Cirebon Raya.

1 April 2024 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Merri Jayanti, menilai Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang perlu dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Cirebon Raya. Kawasan metropolitan baru di Jawa Barat ini, kata dia, masih menghadapi masalah akses air bersih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Merri, akses air minum di wilayah Cirebon Raya—yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang, dan Subang–hanya di kisaran 60-75 persen. Padahal, merujuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, target akses aman air minum adalah 100 persen. "Hal ini menunjukkan adanya isu serius terkait ketersediaan dan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air," kata Merri pada Ahad, 31 Maret 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi tersebut memprihatikan. Sebab, Merri mengingatkan, setiap orang berhak atas akses air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Sebagai sumber kehidupan yang tak tergantikan, air juga merupakan hak asasi manusia fundamental. "Setiap individu berhak atas akses air bersih," ujarnya.

Oleh karena itu, dia merekomendasikan optimasi pengelolaan air melalui peningkatan infrastruktur yang andal Waduk Jatigede, waduk terbesar kedua di Indonesia. Kapasitas waduk di Desa Cijeunjing, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ini dinilai mencukupi untuk memasok air baku ke wilayah Cirebon Raya. 

Merri mengatakan, optimalisasi Waduk Jatigede bisa dilakukan dalam empat tahapan pengkajian utama. Pertama, kata dia, berupa analisis perubahan rezim hidrologi dan variabilitas iklim yang signifikan dalam pengelolaan waduk. Kedua, melakukan pemodelan optimasi waduk dengan menggunakan beberapa model sumber daya air yang populer, seperti model FJ Mock, NRECA, ARIMA, Markov, dan kontinu-korelasi.

Hasil dua tahapan awal tersebut, Merri melanjutkan, akan digunakan untuk tahapan berikutnya, yakni melakukan kajian pengelolaan waduk dengan memilih model yang paling representatif dan sesuai dengan kondisi lapangan. Adapun tahapan terakhir adalah memanfaatkan hasil kajian untuk pengembangan sistem penyediaan air minum yang berkelanjutan. “Pendekatan ini, diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan waduk yang optimal, serta pemenuhan kebutuhan air baku untuk sistem penyediaan air minum regional di Cirebon Raya," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus