Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pria asal Sragen Fajar Sidik Abdullah Kelana dinobatkan menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia di ajang penghargaan internasional James Dyson Award. Penghargaan itu diberikan kepada alumnus terbaik Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) itu berkat inovasinya, Banoo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inovasi banoo yang dirintis Fajar sukses melambung namanya dan dikenal di kancah dunia. Pasalnya, inovasi tersebut menjadi salah satu temuan penting di dunia. Patut jika kemudian alumnus KTH Royal Institute of Technology Swedia ini dinobatkan sebagai top 20 ajang bergengsi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemuda kelahiran Dukuh Ploso, RT 2, Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang ini mengaku tak menyangka sama sekali bisa dipilih dan dianugerahi penghargaan di ajang James Dyson Award. Fajar tentu bangga jadi pemuda Indonesia pertama yang berhasil meraihnya penghargaan ini.
“James Dyson merupakan salah satu insinyur dan inovator yang sangat terkenal dari Inggris yang berhasil menciptakan berbagai inovasi dan teknologi yang mengantarkannya menjadi salah satu insinyur dan inovator paling sukses di Britania Raya dan seluruh dunia,” paparnya Fajar bangga, Kamis (5/1/2023).
Fajar menyebut penghargaan itu juga menjadi motivasi sekaligus pembuktian semangat besarnya untuk maju. Kendati prestasinya kelas kakap, Fajar ternyata berasal dari keluarga biasa. Dia lahir di tengah keluarga petani miskin di Sragen. Dari potret kehidupannya itulah Fajar terdorong untuk membuat inovasi dan teknologi yang bermanfaat untuk rakyat kecil.
Fajar kecil tinggal bersama ibunya yang hanya buruh tani miskin. Tapi itu tak membuat semangatnya surut untuk belajar giat demi mengubah nasib. Berkat kecerdasannya, Fajar lolos ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogya melalui jalur tulis. Kendati begitu, dia sempat tak bisa melanjutkan S1 karena ketiadaan biaya.
Beruntung dia kemudian bisa lulus dan bahkan mendapat beasiswa kuliah ke Swedia sampai lulus dan bekerja di sana. Fajar juga sukses mengembangkan inovasi teknologi perikanan bernama Banoo ke kancah dunia. Sosok sederhana itu adalah “ayah” dari alat microbubble generator untuk budidaya ikan itu.
Banoo bisa menghasilkan gelembung udara berukuran 40 mikron di dalam air. Dengan alat ini oksigen terlarut di dalam air meningkat hingga 10 ppm. Fajar menerangkan, peningkatan oksigen terlarut hingga 10 ppm dengan menggunakan teknologi Banoo sudah terbukti secara ilmiah.
“Peningkatan oksigen terlarut hingga 10 ppm dengan menggunakan teknologi Banoo sudah terbukti secara ilmiah mampu meningkatkan pertumbuhan ikan dan peningkatan hasil panen pembudidaya ikan di Indonesia 78 persen lebih banyak dari alat aerasi kolam yang ada di pasaran. Jadi, pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan pembudidaya ikan di Indonesia juga bisa naik,” ujar Fajar dari keterangan persnya pada Jumat, 6 Januari 2023.
Hasilnya, mampu meningkatkan pertumbuhan ikan dan peningkatan hasil panen pembudidaya ikan di Indonesia 78 persen lebih banyak dari alat aerasi kolam yang ada di pasaran. “Jadi, pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan pembudidaya ikan di Indonesia juga bisa naik,” ujar Fajar kepada joglosemarnews.com mitra teras.id , Rabu, 4 Januari 2023 lalu.
Fajar menjelaskan teknologi Banoo juga terintegrasi dengan IoT water quality sensor. Sehingga alat ini beroperasi secara otomatis tergantung dengan kualitas air yang ada di kolam atau tambak. Artinya, Banoo bekerja dengan sistem otomasi yang berdasarkan pada data kualitas air secara real-time.
Ketika oksigen terlarut di dalam air rendah dan terbaca oleh IoT water quality sensor, maka sensor akan menyalakan alat untuk memproduksi gelembung oksigen berukuran mikron. Begitu sebaliknya, ketika oksigen di dalam air sudah cukup tinggi, sensor akan memberikan sinyal ke alat untuk berhenti beroperasi. “Fitur dan sistem ini bertujuan untuk menghemat konsumsi energi listrik,” ujarnya.
Fajar menjelaskan teknologi Banoo juga sedang dikembangkan lebih lanjut untuk terkoneksi dengan gawai melalui aplikasi. Dengan begitu pembudidaya ikan dan petambak di seluruh dunia, terutama di Indonesia, dapat mengetahui kondisi kualitas air di kolam atau di lokasi mana pun.
Selain itu, di tengah isu potensi krisis energi dan permasalahan lingkungan di seluruh dunia, teknologi Banoo ke depannya juga akan dikembangkan untuk menggunakan energi listrik dari panel surya sebagai sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.