SULIT disangkal bahwa internet itu bukan tempat yang benar-benar aman. Betapa tidak? Setiap saat ada saja penyamun digital yang mengintip lalu-lintas informasi di jaringan global ini untuk kemudian beraksi membegalnya. Netter pun waswas dibuatnya karena khawatir data-data rahasia miliknya dibajak di tengah jagat maya.
Kini ada peluang menghapus kecemasan semacam itu. Seorang profesor ilmu komputer Universitas Harvard, Michael Rabin, dan mahasiswa tingkat doktoralnya, Yan Zong Bing, berhasil menciptakan teknik penyandian pesan baru. Koran The New York Times melaporkan temuan mereka, dua pekan silam.
Rabin mengaku gagasannya sangat sederhana?setidaknya bagi mereka yang biasa bergelut di ranah kriptografi (ilmu tentang sandi)?karena terbuat dari suatu skema matematika biasa. Namun, memang, katanya, ada sedikit perbedaan dibandingkan dengan metode lain yang sudah ada. Apa bedanya?
Teknologi pembuatan kata sandi (encryption) pada dasarnya memanfaatkan rumus matematika yang terdiri dari dua proses: mengacak (encode) dan mengurai (decode). Teknik ini biasa dipakai untuk membungkus pesan rahasia yang hendak dikirimkan dari satu sumber ke penerimanya, sehingga terhindar dari usaha orang yang ingin mengintipnya.
Metode penyandian kode rahasia yang dipakai selama ini mengandalkan keamanannya pada kompleksitas suatu perhitungan matematika. Para pembuatnya berasumsi bahwa pemecahan kode yang rumit mustahil dilakukan oleh komputer tercanggih sekalipun. Akan tetapi, menurut Rabin, tak ada bukti cara itu benar-benar aman.
Sesungguhnya, selalu ada jalan pintas yang menanti untuk dipecahkan matematikawan yang pintar. Selain itu, Rabin menunjuk satu titik lemah: terbatasnya gudang memori di dalam komputer. Seberapa pun canggihnya komputer, tak ada yang sanggup menyimpan data dalam jumlah tak terbatas. Keterbatasan inilah yang sering dimanfaatkan oleh para pengurai sandi.
Seorang kolega Rabin, Dr. Richard Lipton, profesor ilmu komputer dari Princeton yang tahun ini mengajar di Georgia Institute of Technology, menambahkan bahwa sistem penyandian komersial punya kelemahan lain: tak berkutik oleh selembar surat perintah pengadilan. Seandainya hakim, karena alasan tertentu, memerintahkan sebuah pesan diurai, secanggih apa pun tekniknya, dia tetap bisa dibuka. Kecuali kata kuncinya hilang.
Sebaliknya, metode ciptaan Rabin dan Bing bebas dari kekuasaan surat semacam itu. Mereka menggunakan sederet kode angka random yang muncul terus-menerus tapi lenyap begitu pesan diacak dan diurai. Kode-kode itu sendiri tak disimpan di dalam memori komputer.
Dengan cara itu, "Kendati petugas pengadilan datang kepadanya dengan sepucuk surat perintah, atau ada orang menodongkan pistol ke kepala, mereka tetap tak bisa membuka rahasia," tutur Lipton seperti dikutip The New York Times. "Ini seperti kisah film Mission Impossible, ada pesan yang meledak dan hilang sendiri."
Sistem penyandian ciptaan Rabin dimulai dari deretan angka acak (random) yang muncul terus-menerus, katakanlah dari sebuah satelit atau sumber lain. Angka-angka itu berubah terus dalam kecepatan luar biasa, bisa mencapai 10 triliun angka per detik.
Pengirim dan penerima pesan kemudian secara bersama setuju mencomot rangkaian dari deretan angka itu. Mereka bisa sepakat, misalnya, mengirim sebuah pesan berbunyi "mulai", mengacaknya dengan salah satu dari sistem penyandian yang ada sekarang, dan memberi instruksi untuk "menangkap" suatu angka acak tertentu. Begitu angka itu "ditangkap", pengirim kemudian menggunakannya untuk meng-encode pesan, dan penerima memakai angka tersebut untuk men-decode-nya.
Orang yang coba-coba menguraikan sandi rahasia yang terkirim itu mungkin saja mengintip rumus matematika yang dipakai untuk mengacak dan mengurai pesan itu. Namun, tanpa mengetahui secara pasti urutan angka acak yang dipakai sebagai kode pengiriman pesan, mereka mustahil bakal menguraikannya. Satu-satunya cara mengetahui deretan angka acak adalah ikut "menangkap" aliran angka yang mengalir terus-menerus tanpa henti itu pada saat yang tepat?sesuatu yang mustahil dilakukan.
Meski terlihat sempurna, Dr. Robert Morris, ahli kriptografi dan pensiunan kepala keamanan Badan Keamanan Nasional Amerika (NSA)?lembaga yang bertugas membuat kode dan menguraikan sistem penyandian?masih menyangsikannya. "Sejauh yang saya lihat, dia (Rabin) tampaknya benar. Metodenya aman," kata Dr. Morris kepada USA Today, dua pekan lalu. "Namun, apakah itu berarti tak seorang pun yang bisa membacanya?" Morris juga benar. Bukankah gading pun tak ada yang seratus persen mulus.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini