Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Konsesi Hutan Dan 15 Badak

Suaka margasatwa Kutai Timur hendaknya di khususkan untuk melindungi badak bercula dua yang nyaris punah. Hal ini diusulkan oleh John Blower di simposium pengelolaan satuan lindungan se-Asean. (ilt)

1 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAMATKANLAH badak Kalimantan. Tinggal 15 atau 20 ekor. Caranya? Suaka Margasatwa Kutai Timur hendaknya dikhususkan untuk melindungi badak bercula dua yang nyaris punah itu. Tentu bersama fauna Kalimantan lainnya yang nyaris punah pula, seperti orang utan, banteng, dan lainnya. Usul itu kembali bergema di ruang simposium Pusat Penelitian Biologi Tropika (Biotrop) di Tajur, Bogor, dua pekan lalu. Pengusulnya lohn Blower dari tim FAO/UNDP, yang diperbantukan pada Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (PPA). Ia berbicara dalam kesempatan Simposium Pengelolaan Satwa Lindungan se-Asean yang dituanrumahi oleh Biotrop. Di situ dia mengulangi lagi apa yang sudah diusulkan oleh tim ahli Biotrop sendiri. Di bawah pimpinan Dr Soegeng Reksodihardjo, tim itu meninjau Kutai Timur di tahun 1970. Suaka itu sendiri luasnya 306,6 ribu Ha, dan ditetapkan 42 tahun yang lalu oleh Sultan Kutai yang herkeraton di Tenggarong, dekat Samarinda. Di sebelah timur suaka itu dibatasi oleh pantai Selat Makassar. Di utara dan selatan diapit oleh Sungai Sengata dan Sungai Santan. Di barat ia dibatasi Sungai Sedulang. Daerah itu tadinya merupakan habitat yang subur bagi badak Kalimantan (Dicerorhinus sumatrersis harrissorli), suatu turunan dari badak Sumatera yang juga bercula dua. Di masa silam, binatang pemakan rumput yang suka berkelana seekor diri itu banyak terdapat di hulu-hulu sungai yang bersumber di pegunungan Schwaner dan Muller. Tapi akibat perdagangan penduduk Kalimantan dengan Tiongkok, binatang itu mulai terancam kelestariannya. Cula badak dipercayai oleh orang Cina sebagai sejenis obat kuat. Menurut catatan pemerintah Hindia Belanda, antara 1919-1927 sejumlah 344 kg cula badak diekspor dari luar Jawa (Sumatera dan Kalimantan). Konsesi Hutan Akibatnya, sejak akhir 1930-an badak itu mulai punah di daerah Kalimantan bagian selatan. Di hulu Sungai Barito, binatang itu masih agak lama bertahan. Menurut catatan Tom Harrison, kurator Museum Kucing di Sarawak (Malaysia Timur), badak terakhir di hulu Barito terbunuh tahun 1958. Sekarang ini seluruh populasi badak di Pulau Kalimantan ditaksir tinggal 15 sampai 25 ekor saja. Paling banter tinggal tiga ekor di Sarawak, maksimal 5 ekor di Kalimantan Timur, dan 10 sampai 20 ekor di Sabah (juga Malaysia Timur) . Namun perburuan badak -- begitu pula orang utan yang sangat langka-di daerah suaka sendiri masih jalan terus. Rupanya sanksi hukum yang disebutkan dalam Peraturan Perlindungan Binatang Liar (Lembaran Negara No. 266/1931) yang sudah diperbaharui, dalam praktek tak pernah jalan. Sementara itu perusakan habitat terakhir badak Kalimantan itu pun sampai sekarang masih berjalan terus. Sejak 1969, beberapa izin penebangan hutan diberikan kepada maskapai swasta di sekeliling suaka. Bagian selatan suaka malah telah dipotong untuk diberikan kepada PT Kayu Mas yang sebelumnya telah memanfaatkan hutan dalam suaka sebelah timur. Repotnya, Kutai Timur masih berstatus "suaka margasatwa". Artinya hanya binatangnya yang dilindungi. Belum berstatus cagar alam atau taman nasional, yang seluruh flora dan faunanya tak boleh diganggu-gugat. Kini praktis tinggal 30% dari areal suaka yang belum dikonsesikan. Itupun sudah terbelah oleh jalan poros PT Sylva Duta yang mendapat konsesi di sebelah barat di luar suaka. Belum lagi jalanjalan pintas yang dibuka oleh maskapai lain. Dinamit Pertamina Mau meluas ke utara mengikut jejak-jejak badak yang masih ditemukan A.M.K. van der Zon di lembah Banumuda tahun lalu? Juga sudah sulit. Di sana, PT Porodisa telah mendapat HPI. Sementara itu, mesin bor dan dinamit Pertamina dan kontraktor minyaknya sibuk beroperasi sepanjang sungai Sengata, mencari minyak dan gas bumi. Lalu, apa usul John Blower, yang juga mengepalai perwakilan WWF (World Wildlife Fund) di Indonesia? "Penebangan hutan tetap harus distop. Saran Biotrop untuk memasukkan 50 ribu Ha daerah aliran sungai Banumuda ke dalam suaka, juga perlu dilakukan," sahut Blower, yang pernah ke kawasan itu tahun 1975. Cara-cara pengeluaran kayu gelondongan oleh Sylva Duta dan Kayu Mas melintasi hutan suaka hendaknya dicari alternatif. Daerah industri di sekitar Bontang yang sesung guhnya termasuk areal hutan suaka boleh dikeluarkan saja dari suaka. Selanjutnya, seorang petugas senior PPA perlu ditempatkan di Sangatta, dilengkapi dengan 20 Polsus PPA, sebuah mobil jeep dan tiga perahu motor untuk patroli di sungai dan di pantai. Untuk lebih memperkuat usulnya, Blower akan mengirim seorang anak buahnya lagi ke Kutai Timur bulan depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus