PAGELARAN ke-94 Orkes Simponi Jakarta (OSJ) agak istimewa juga
23 Maret malam lalu di RRI Jakarta. Raphael Hillyer, spesialis
biola alto dari AS, setelah naik panggung Yogya, akan mengambil
bagian dalam pagelaran malam itu. Konduktor Adhidharma dengan
orkes Simponi Jakarta membuka acara lewat komposisi J. Haydn,
Simponi No. 88 dalam G Dur.
Bagian pertama dari komposisi ini dicurahkan dengan rasa seperti
sungkan, berbelit-belit sampai di telinga. Dalam adagio ini
Haydn tampaknya mengambil sikap menunggu. Pengecamnya memang
mengkritik musiknya tidak mempunyai gerak atau dinamika.
Meskipun masih terbayang dengan kuat perangai musiknya, bagian
kedua komposisi ini mengalir lembut seperti air turun dari
lereng gunung. Di bawah desakan perasaan yang lembut, komposisi
Haydn ini lebih banyak menuntut sikap terbuka pada setiap
pemain, untuk menyelenggarakan dialog.
Kurang Diimbangi
Mengenakan jas putih, Raphael Hillyer yang ditunggu, kemudian
berdiri di depan tiang mikropon. Diawali dengan gesekan kelompok
biola satu di bawah Yap Tji Kian, Hillyer kemudian mengayunkan
perlahan komposisi G. Ph. Theleman, Konser untuk Biola Alto
dengan Orkes. Hillyer, dalam posisi kunci, sebagai tongkat yang
berjalan terdepan, menuntun gejolak yang dicetuskan. Tampaknya
Hillyer kurang diimbangi para pendukungnya. Mereka harus
terbanting-banting melayani permainannya. Tidak agresif, tapi
juga tidak virtuos, Hillyer sebenarnya bisa agak rendah hati
dalam bermain bersama.
Setelah lewat masa jedah pertunjukan lebih padu, ketika Hillyer
harus melayani komposisi Alan Shulman, Tema dan Variasi untuk
Biola Alto dan Orkes. Berjalan di atas tulang punggung bunyi
alat tiup ditunjang pukulan perkusi,awal komposisi ini memang
harus dicerna dengan sangat hati-hati. Setiap instrumen dalam
permainan itu, hampir hadir secara utuh, bebas dari pesan melodi
dan ritme. Garis melodi yang kuat, sulit sekali diselusur dengan
telinga awam. Kalaupun tertangkap, ia akan berkesan sebagai
mungkin komposisi mutakhir, yang sudah kecipratan rock dan
jazz.
Hillyer sendiri kelihatannya seperti pengembara yang tidak
mengendus arah angin dengan baik, melayang-layang. Ia menemukan
permainannya menjelang penutup komposisi itu. Ia menyuguhkan
petikan seorang violis alto yang jempol ketika ia harus
melipat-lipat bagian rahasia Shulman, dengan petikan-petikan
dawai cermat dan bersih. Toh ia tidak terlalu istimewa.
Dilahirkan di Ithaca-New York, Hillyer mulai belajar biola di
Berlin pada Alexander Fiedeman dan di Leningrad (Uni Soviet)
pada Serge Korgueff. Teori musiknya pada Dimitri Shostakovich.
Tampil mula-mula sebagai pemain biola tunggal di Budapest,
Hongaria. Meraih gelar BA dalam matematika di Dormuth
University, di tempat ini ia juga belajar musik serius dan
konser. Studi matematikanya diselesaikan di Harvard, tapi ia
meraih MA Musik di bawah bimbingan Walter Piston dan Hugo Leich
renritt.
Pernah tampil bersama dirigen kenamaan Leonard Bernstein,
Hillyer adalah pendiri Kwartet Gesek Juilliard bersama William
Shuman pada tahun '46. Rekamannya sudah banyak.
Kesulitan HiUyer di sini agaknya ia tidak memperoleh kawan
bermain yang berimbang. Tapi setelah selama 3 hari
menyelenggarakan klas di Teater Arena TIM, ia punya pendapat
baik tentang musisi serius Indonesia.
"Mereka berlatih dengan baik, serius, sayangnya kesepakatan
mereka dalam suatu orkes sangat kurang," katanya memberi catatan
pada awak kelompok Orkes Kamar Jakarta. "Dalam memainkan musik
barat sangat mustahil kalau kerjasama tersebut tidak dapat
terjalin," katanya pada wartawan TEMPO Bachrun Suwatdi.
Konser itu ditutup dengan komposisi Lars Eric Larssen, Suita
Pastorale. Ringan seperti angin bukit menyapu ladang, di bawah
tekanan bunyi alat tiup, permainan alat gesek kemudian menjadi
lincah. Suatu saat meluncur ke atas, tapi tiba-tiba merosot, dan
lepas dengan luwesnya. Hillyer, 64 tahun, mengatakan:"Puas dapat
bermain bersama Orkes Simponi Jakarta."
Suatu kehormatan bagi OSJ kelak, untuk menyebut kemudian hari
Raphael Hillyer pernah bermain untuk kami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini