Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Twitter, Facebook, WhatsApp, dan aplikasi lain merupakan penyedot daya baterai telepon seluler pintar. Belum lagi permainan seperti Kingdom Rush, Badlands, dan Dead Trigger, yang tak kalah rakus mengisap energi baterai telepon cerdas.
Borosnya baterai smartphone membuat perusahaan rintisan Massachusetts Institute of Technology (MIT), SolidEnergy, tertantang membuat baterai yang tahan lama. SolidEnergy menawarkan baterai teknologi baru dengan daya tahan dua kali lipat masa pakai baterai saat ini dengan ukuran lebih kecil dan tipis.
SolidEnergy menciptakan baterai polymer ionic liquid (PIL) yang berisi anoda logam litium ultratipis yang kepadatan energinya mencapai 1.200 Wh/L. Baterai PIL ini memiliki dua kali jumlah anoda dalam baterai litium standar yang berisi anoda grafit. Keuntungan lain baterai SolidEnergy adalah elektrolit-yang membantu memindahkan muatan bolak-balik antara katoda dan anoda-bisa bekerja pada suhu kamar. Bahkan baterai ini aman beroperasi pada suhu -40 hingga 250 derajat Celsius.
Pendiri dan Direktur Utama SolidEnergy, Dr Qichao Hu, mengatakan baterai PIL memiliki potensi mempercepat penyebaran skala besar, misalnya untuk mobil listrik dan perumahan. Namun SolidEnergy memutuskan prioritas utama pengembangan bisnis di pasar telepon pintar. "Kami sedang bekerja sama dengan Google dalam Project Ara," kata Hu.
Project Ara menuntut SolidEnergy mengembangkan teknologi baterai yang memadai, yang energinya dapat digunakan pada beragam jenis komponen. Sebab, salah satu tantangan utama dalam membangun ponsel ini adalah kemampuan masa pakai baterai. "Jika semua berjalan baik, kita akan melihat baterai SolidEnergy pada 2015," ujar Hu.
Hu mengatakan hari-hari pertama penelitian baterai ini sudah memastikan dia akan mengembangkan sesuatu yang tidak bisa dengan mudah ditiru pada lini produksi. "Baterai yang sedang kami kembangkan merupakan sesuatu yang dapat disatukan menggunakan peralatan, teknik, dan kriteria yang sangat spesifik," tutur Hu.
Sam Jaffe, analis utama di Navigant Research, mengatakan inovasi ini menjadi peluang bagi perusahaan baterai. Sebab, mereka bisa berlomba-lomba menciptakan baterai yang lebih kuat, lebih murah, dan dengan kandungan bahan kimia yang lebih aman. "Itu intinya," kata Jaffe.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo