Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Lengan Prostesis Sudah Dapat Merasakan Panas dan Dingin

Lengan prostesis yang dimodifikasi, memungkinkan orang yang diamputasi mendeteksi perubahan suhu obyek dan merasakan sensasi saat menyentuh manusia.

10 Februari 2024 | 20.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria bernama Fabrizio Fidati, 57 tahun asal Italia, yang lengan kanannya diamputasi di bawah siku dapat merasakan panas dan dingin di tangannya yang hilang. Ia memakai lengan prostesis yang dimodifikasi dengan sensor termal.

Untuk pertama kali di dunia, orang dengan tangan palsu yang matanya ditutup, bisa merasakan botol air panas, botol air dingin, dan botol air bersuhu ruangan. Lengan prostesis itu pun bisa memisahkan antara plastik, tembaga, dan kaca. Bahkan, bisa membedakan mana tangan manusia dan tangan buatan dengan menyentuhnya.

Setelah amputasi, beberapa orang masih dapat merasakan sensasi sentuhan dan rasa sakit di lengan atau kaki mereka yang hilang. Hal ini dikenal sebagai sindrom anggota tubuh hantu (phantom limb syndrome). Terkadang, sensasi ini dapat dipicu oleh ujung saraf di lengan bagian atas yang tersisa.

Inovasi lengan prostesis yang dikembangkan oleh Jonathan Muheim dan tim dari Neuro-X Institute, École Polytechnique Fédérale de Lausanne, Swiss, ini dipublikasikan di jurnal Med, edisi 9 Februari 2024. Lengan palsu ini bekerja dengan memaparkan panas atau dingin ke kulit lengan atas di lokasi tertentu yang memicu sensasi termal di tangan yang telah hilang.

"Pada studi sebelumnya, kami telah menunjukkan keberadaan titik-titik (ujung saraf) tersebut pada sebagian besar pasien yang diamputasi yang kami rawat," kata Solaiman Shokur, salah satu peneliti seperti dikutip dari NewScientist, 9 Februari 2024.

Pertama, Shokur dan koleganya memetakan titik-titik ujung saraf pada lengan atas Fabrizio Fidati yang memicu sensasi di berbagai bagian tangan hantunya. Kemudian tim mengadaptasi tangan prostesis dengan sensor yang disebut thermode, yang dapat dibuat panas atau dingin.

Pengujian menunjukkan bahwa Fidati dapat mengidentifikasi botol yang panas, dingin atau bersuhu kamar dengan akurasi 100 persen lewat menyentuhnya menggunakan prostetik yang dimodifikasi itu. Ketika sensor termal di prostetik dimatikan, akurasinya turun menjadi sepertiga.

Prostetik juga memungkinkan Fidati yang matanya ditutup, untuk membedakan kaca, tembaga dan plastik melalui sentuhan dengan akurasi tepat di atas dua-pertiga--sama dengan tangan kirinya yang normal.

Fidati bahkan bisa membedakan antara tangan manusia dan tangan palsu. Kemampuan lengan prostesis ini terjadi secara kebetulan ketika ia dalam eksperimen secara tak sengaja menyentuh tangan seorang siswa di laboratorium.

“Tiba-tiba ia berkata, ‘wow, ini manusia,’” kata Silvestro Micera, peneliti lainnya. “Hal yang keren adalah Anda bisa mendapatkan perasaan ketika menyentuh manusia lain,” ujarnya seperrti dikutip LiveScience, 9 Februari 2024.

Dalam studi terpisah yang diterbitkan di jurnal Advanced Intelligent Systems, edisi 18 Januari 2024, Shokur dan tim menunjukkan bahwa orang dengan prostetik yang peka terhadap suhu dapat mendeteksi apakah suatu benda basah atau kering.

"Kami dapat memberikan sensasi basah kepada orang yang diamputasi. Mereka sama baiknya dalam mendeteksi tingkat kelembaban yang berbeda seperti tangan mereka yang utuh," tutur Shokur.

Pilihan Editor: Lengan Tiruan Karla Bionics ITB Seharga Rp 9,9 Juta Mulai Diproduksi di Bandung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus