Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Makin Yakin dengan Penguin

Sistem operasi Linux merayakan ulang tahun ke-10, 25 Agustus lalu. Bagaimana posisinya di depan Microsoft?

2 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPULUH tahun lalu, seorang pemuda 22 tahun berdiri malu-malu di panggung. Anak Finlandia itu seperti menyembunyikan wajahnya yang pucat di balik kacamata tebalnya. Padahal sebuah acara sangat penting diselenggarakan untuknya: peluncuran sistem operasi Linux. Inilah sistem petunjuk baru dalam mengoperasikan si "kotak pintar" komputer. Tapi, saking merendahnya, komentar sang pemuda tidak segegap-gempita temuannya. "Saya sekadar menyalurkan hobi, bukan untuk menjadi besar dan profesional," kata pemuda itu, Linus Bennedict Torvalds. Torvalds diyakini sama geniusnya dengan Bill Gates, pendiri perusahaan peranti komputer Microsoft. Yang berbeda jelas naluri bisnisnya. Jangankan berhasrat menjadi salah satu manusia terkaya dunia seperti Gates, Torvalds malah membiarkan Linux sebagai sistem operasi kategori "bebas" (open source). Apa keunggulan program "bebas" ini? Sebagai sebuah sistem operasi, ia mampu menjalankan pelbagai macam aplikasi. Pada mulanya ia cuma dipakai untuk server. Belakangan, sistem berikon seekor penguin ini juga didesain untuk mengoperasikan komputer pribadi. Dan semua serba gratis. Linux, yang dikembangkan di bawah perlindungan General Public License, memberi jaminan bagi khalayak untuk menyebarkan dan melakukan modifikasi program secara bebas biaya. Inilah bedanya dengan perusahaan perangkat lunak komersial seperti Microsoft. Dengan begitu, Anda pun bebas meng-gunakan ataupun mengotak-atik perangkat lunak ciptaan Linus tersebut. Anda bisa menggandakan, menyebarluaskan, meng-ubah, membangun, serta meningkatkan kinerja Linux. Itu dimungkinkan karena Linus membiarkan siapa pun mengakses source code program. Kode itulah prasyarat agar Anda bisa berpartisipasi membangun sistem tersebut. Source code itu semacam naskah yang berisi informasi tentang profil program, misalnya bagaimana program itu dibuat. Terbukanya source code sistem operasi ini memberi banyak manfaat. Antara lain, bila ada bug—kesalahan program—pemrogram dapat segera menemukan dan memperbaikinya. Itu berbeda dengan source code Windows, yang sangat dirahasiakan dan hanya bisa diperiksa oleh para pembuat program Microsoft. Torvalds sebenarnya bukanlah pelopor sistem open source. Pendahulunya adalah Richard Stallman, yang pada tahun 1984 membiarkan ciptaannya, Unix, sebagai program terbuka. Linux yang gratis itu tentu saja sangat menarik, terutama bagi para pembuat program. Produk itu dianggap sebuah terobosan besar. Tatkala DOS dan Windows, sistem operasi buatan kelompok Bill Gates, dijual dengan harga relatif tinggi—kecuali versi bajakan, yang banyak beredar di sini—Linux justru sebaliknya. Kelebihan Linux bukan hanya itu. Dari sisi tampilan, misalnya, Linux memberi kesempatan sepuasnya kepada pemakainya untuk bereksperimen. Pengguna komputer bebas memilih apakah tampilannya akan mirip Macintosh, Windows, atau menampilkan kreasi sendiri. Selain itu, Linux dikenal sangat efisien. Sistem ini mampu beroperasi pada mesin kuno dengan basis prosesor 386. Ada lagi: sistem operasi Linux jarang sekali dijangkiti virus. Dengan segala kelebihan tersebut, bisakah Linux memecundangi rival utamanya, Microsoft? Meskipun saat ini mereka mengklaim digunakan lebih dari 15 juta pemakai di seluruh dunia, di kelas desktop jumlah pengguna Linux memang masih di bawah pe-makai sistem operasi Windows dengan segala versinya. Linux saat ini hanya di-kenal kuat di kelas server. Tahun lalu, Linux menggaet 27 persen pasar server di Amerika, sedangkan Microsoft 41 persen. Namun, Bill Gates tak bisa menyepelekan Linux. Kepercayaan publik pada si Penguin makin bertambah. Pengguna Linux bertambah dari hari ke hari. Teknologi internet yang berkembang pesat membantu penyebaran si Penguin. Apalagi ketika perusahaan besar seperti Oracle juga mempercayakan kinerjanya pada Linux. Raksasa Biru, IBM, bahkan belakangan turut mendukung Linux dengan mengucurkan dana pengembangan program bersama US$ 1 miliar lebih. Kelak, bukan tak mungkin si Penguin yang jadi raja semua sistem operasi. Darmawan Sepriyossa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus