Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta Mohamad Insaf menyatakan dampak Sesar Baribis yang bisa menimbulkan gempa di Ibu Kota perlu menjadi perhatian. Sebab, Jakarta masuk dalam lintasan Sesar Baribis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Menurut para ahli, beberapa daerah di Jakarta rawan terjadi gempa, karena masuk lintasan Sesar Baribis, terutama di wilayah selatan Jakarta," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu, 26 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keaktifan pergerakan Sesar Baribis di selatan DKI Jakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi estimasi laju geser mencapai sekitar 5 milimeter per tahun.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan, keaktifan Sesar Baribis berdasarkan hasil pemantauan seismograf yang menemukan aktivitas gempa di jalur sesar. “Meskipun dalam magnitudo kecil 2,3 – 3,1,” katanya, Jumat, 24 Juni 2022 dikutip dari Antara.
Apa itu Sesar Baribis?
Mengutip skripsi Kajian Struktur Geologi pada Zona Sesar Aktif Beribis di Segmen Sungai Cipanas Jawa Barat Bagian Utara, Universitas Gadjah Mada, Sesar Baribis merupakan salah satu zona sesar mayor di Jawa bagian barat yang mengikuti pola pulaunya. Ini membentang dari timur, jalurnya pun terbagi atas beberapa segmen bervariasi, seperti Sungai Cipanas, Ciremai, Jakarta di bagian selatan, dan Bekasi-Purwakarta di sisi timur.
Zona Sesar Baribis segmen sungai Cipanas membentang dari Kadipaten hingga Subang sepanjang 60 kilometer. Zona ini membentang sepanjang sungai Cipanas, Jawa Barat. Adapun di Jakarta bagian selatan membentang sepanjang 25 kilometer.
Mengutip keterangan dalam Asia Oceania Geosciences Society (AOGS) yang dipublikasi Springer Open, Jakarta sebagai ibu kota Indonesia terletak di Jawa bagian barat ditopang medan geologis kompleks. Ini muncul dari pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di sepanjang Palung Jawa.
Selain gempa di sepanjang zona subduksi ini, Jakarta dan sekitarnya juga dipengaruhi gempa yang pecah di sesar aktif kerak di Jawa bagian barat, seperti Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, dan Sesar Garut. Sesar aktif ini terletak dekat daerah kepadatan penduduk yang tinggi, seperti Jakarta dan Bogor. .
BMKG mencatat Sesar Baribis bergerak hingga 5 milimeter per tahun. Struktur sesar kira-kira memiliki panjang 100 kilometer. Aktivitas dangkal yang diakibatkan Sesar Baribis berkekuatan kecil bisa menyebabkan kerusakan. Bahkan, gempa kecil magnitudo 4,5 bisa menyebabkan kerusakan karena hiposenternya dangkal dan dekat dengan permukaan.
Mengutip Antara, gempa berkekuatan kecil sebelumnya juga pernah mengguncang wilayah Kuningan, Cikijing, Kadugede, Sangkanurip, Kalimanggis, dan Bojong. Daerah itu dilalui Sesar Baribis, tepatnya segmen Ciremai. Segmen Ciremai memiliki potensi gempa maksimum 6,5 magnitudo. Sesar ini juga memiliki laju pergeseran sesar 0,1 milimeter per tahun.
Berdasarkan catatan sejarah, daerah itu sudah beberapa kali diguncang gempa tektonik yaitu pada 1947, 1955 dan 1973 yang melanda daerah barat daya Gunung Ciremai dan sekitarnya. Diduga itu terjadi karena berkaitan dengan struktur sesar aktif yang melintas di wilayah tersebut.
BMKG juga menunjukkan jalur segmen sesar ini memicu gempa terakhir pada 8 Februari 2018 dengan kekuatan 3,1 Skala Richter (SR) dan 25 Juni 2019 dengan kekuatan 2,6 SR. Dua gempa ini juga dipicu aktivitas Sesar Baribis segmen Ciremai.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.