Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menelanjangi Sang Dewa Perang

Godaan Mars terlalu kuat. Presiden Bush pun memerintahkan persiapan mengirim manusia ke planet merah itu.

11 Januari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ruang dingin penuh monitor dan tombol berkedap-kedip itu senyap. Lalu kepastian yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Dari monitor, terbaca sinyal radio yang memastikan bahwa penjelajah Spirit telah mendarat tanpa cacat di Planet Mars. Sorak-sorai di ruang kendali Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) itu pun meledak. "Yes, ini malam kebesaran untuk NASA," teriak Sean O'Keefe, Ketua NASA. Tak henti-hentinya ia menerima pelukan, jabat tangan, dan ciuman koleganya.

Minggu dini hari dua pekan lalu itu adalah akhir penantian melelahkan. Setelah tujuh bulan lepas landas dari bumi, dan sempat terpental berkali-kali hingga ribuan meter, Spirit bagai anak manis menjejakkan kakinya di planet merah itu. Tak lama setelah mendarat, Spirit mulai mengirim potret-potret panoramis Mars yang berbatu, gersang, dan kecokelatan. Inilah gambar-gambar utuh beresolusi tinggi pertama yang dapat dikumpulkan makhluk bumi.

Dalam mitologi Romawi, Mars adalah Dewa Perang. Tapi, dalam peradaban modern, Mars seolah sosok genit yang selalu menggoda untuk didatangi. Setidaknya sejak 1960, Mars terus menjadi target program ambisius ruang angkasa dunia.

Upaya pendaratan pesawat tanpa awak ke Mars awalnya hanya monopoli Amerika Serikat dan Uni Soviet. Belakangan, negara-negara kaya Eropa dan Asia pun ambil bagian. Kegagalan demi kegagalan, rata-rata dua dari tiga misi ke Mars, seperti tak menyu- rutkan ambisi dan adu gengsi itu.

Pertanyaan seputar kehidupan di Mars paling mengusik para peneliti. Meski misi demi misi sudah diluncurkan, para astronom masih belum mampu memastikan yang mana di antara tiga hipotesis ini yang benar. Pertama, di Planet Mars sama sekali tak pernah ada kehidupan. Kedua, mungkin pernah ada kehidupan, tapi sudah musnah beberapa ratus juta tahun lalu. Dan ketiga, saat ini masih ada kehidupan di Mars. Meski tak terlalu yakin pada kemungkinan ketiga, para ahli seperti mengabaikan kemungkinan pertama. Mereka terus memeras otak, membangun teori, dan merencanakan misi untuk meneliti jejak-jejak kehidupan di Mars.

Para ahli begitu optimistis bahwa di planet itu ada air—indikator awal yang paling memungkinkan adanya kehidupan. Mereka berpijak pada gambar-gambar hasil pemotretan wahana penelitian tanpa awak yang sudah dikirim ke sana. Wahana milik AS, Mars Global Surveyor (1997), misalnya, memotret morfologi permukaan Mars yang diduga pernah terabrasi oleh air. Bahkan, di kawasan utara Planet Mars, tampak gambaran seperti garis-garis pantai.

Analisis gambar melalui simulasi komputer mengisyaratkan, di kawasan itu, beberapa miliar tahun lalu, mungkin pernah ada danau atau lautan. Masih menurut komputer, sekitar tiga miliar tahun lalu, air menutupi Planet Mars dari kawasan khatulistiwa sampai batas dataran tinggi di utara dan selatan.

Para peneliti Mars memperkirakan, air tercipta akibat tabrakan dengan meteorit. Ini dikukuhkan penelitian terakhir bahwa di Mars setidaknya ada 25 kawah raksasa yang diduga bekas tumbukan. Tumbukan ini melepaskan air yang dikandung meteorit berdiameter 100 kilometer. Saat bertubrukan, meteorit me- lepaskan gas uap air yang, jika mencair, bisa menutupi seluruh permukaan Mars sedalam 40 sentimeter.

Meski diduga pernah basah berair, permukaan Mars saat ini sangat tandus. Para ahli juga percaya, perubahan poros rotasi Mars dalam beberapa miliar tahun terakhir menyebabkan perubahan iklim drastis di planet itu. Seiring dengan perjalanan waktu, pancaran sinar matahari pun makin panas. Akibatnya, hampir seluruh cadangan air di permukaan Mars menguap. Namun cadangan air berupa es diduga masih ada di bawah permukaan yang suhunya lebih dingin.

Sekali lagi, semua ini baru dugaan. Yang sudah pasti adalah misteri Mars masih jauh dari terkuak. Wajar saja jika semua misi ke Mars masih punya target klasik: mencari air dan kehidupan. Di balik itu, tentu saja, pamer teknologi dan adu gengsi.

Untuk menuntaskan ambisinya, pada 2 Juni 2003, Badan Antariksa Eropa (ESA) meluncurkan wahana Mars Express. Inilah sejenis kapal induk ruang angkasa yang memuat pesawat bernama Beagle-2. Saat mendekati Mars pada jarak 315 kilometer, Mars Express akan memuntahkan Beagle-2 untuk meneruskan pendaratan di Mars.

Semuanya berjalan normal. Tepat di malam Natal tiga pekan lalu, Beagle-2 mendarat mulus. Tapi, sejak saat itu pula Beagle-2 tiba-tiba menghilang di ke- gersangan Mars. Sampai pekan lalu, ESA masih belum berhasil melacak sinyal Beagle-2, yang mestinya segera terkirim begitu rodanya menjejak Mars.

Para ahli ESA masih berharap misi ini belum gagal. Bagaimanapun, Mars Express adalah proyek luar angkasa Eropa yang sejauh ini paling sukses. Express telah dilengkapi radar altimeter tercanggih yang mampu melacak struktur permukaan tanah beberapa kilometer di perut Mars. Pelacakan ini penting untuk memastikan apakah di dalam perut Mars ada jejak es, lapisan permafrost, atau bahkan air. Asumsi para ahli, jika terdapat air, mungkin di sana juga bisa ada kehidupan.

Peralatan Express lainnya akan melacak kandungan air yang tersisa di atmosfer. Data kandungan air ini akan menjelaskan apakah di Mars masih ada sistem sirkulasi air yang berfungsi. Wahana ini juga berambisi memperjelas berapa volume air yang masih tersisa di Planet Mars. Sejauh ini, menurut Agustin Chicarro, ketua proyek ilmiah Mars Express, yang ada hanya indikasi tentang air yang samar-samar.

Yang tak kalah canggihnya adalah peralatan Beagle-2, yang bertugas meneliti struktur geologi dan cuaca permukaan Mars. Tentu saja sasaran utamanya tetap melacak adanya kehidupan atau setidaknya jejak kehidupan di masa lalu. Untuk itu, Beagle-2 dilengkapi perangkat analisis gas.

Hal lain yang harus dilaporkan Beagle-2 adalah adakah jejak mineral karbonat dan gas metana. Jika terdapat sisa mineral karbonat, menurut Chicarro, penelitian akan berlanjut pada pelacakan sejauh mana unsur karbon itu mendukung munculnya kehidupan. Beagle-2 juga harus melacak adakah gas metana di sana. Jika memang ada, sangat besar kemungkinan memang pernah ada kehidupan di Mars.

Pada saat yang sama, Beagle-2 juga akan mengambil sampel batuan dan tanah dari lapisan bawah permukaan Mars. Asumsinya, kawasan semacam itu lolos dari terpaan ganas sinar ultraviolet sehingga kondisi tanah dan bebatuannya lebih utuh dan lebih mudah dianalisis.

Impian Eropa boleh saja muluk. Tapi, untuk jangka pendek, impian itu akan sangat bergantung pada kejelasan nasib Beagle-2. Pada sisi ini, harapan tim peneliti NASA bisa jadi lebih terang. Misi terakhirnya yang menelan dana sekitar Rp 8 triliun untuk sementara terbukti tak sia-sia.

Dua pekan lalu, penjelajah Spirit yang diluncurkan delapan hari setelah Beagle-2 sudah melaporkan hasil kerjanya. Di samping melaporkan pendaratan, Spirit mengirim foto-foto berwarna beresolusi tinggi. Kalaupun Spirit gagal seperti Beagle-2, tim NASA tak terlalu cemas, karena Opportunity, kembaran Spirit yang diluncurkan pada 7 Juli 2003, akan mendarat di sisi lain Mars akhir Januari ini.

Setiba di Mars, Spirit akan berkelana di gurun Mars selama 90 hari. Spirit dirancang bisa berkeliling dalam radius 50 meter per hari—jarak yang mesti ditempuh penjelajah Pathfinder (1997) selama berminggu-minggu. Spirit juga dilengkapi kamera panoramis (pancam) yang menampilkan gambar permukaan Mars dengan lensa bersudut lebar.

Tak hanya mengambil foto, Spirit, yang dilengkapi tangan mekanis, akan mencomot lalu memecah bebatuan untuk meneliti bagian dalamnya dengan mikroskop. Menurut perancangnya, penjelajah Mars terbaru ini juga lebih pintar. "Untuk pertama kalinya kita punya kendaraan luar angkasa yang bisa berjalan, memandang ke kejauhan, menghampiri obyek yang menarik, menyentuhnya, dan menggali apa yang terpendam di bawahnya," kata Squyres, ilmuwan dari Cornell University yang menjadi investigator kepala pada proyek Spirit dan Opportunity.

Jika proyek Spirit sukses, Amerika bahkan melangkah lebih jauh. Dalam pidatonya mengenai proyek angkasa luar pekan ini, Presiden Bush akan memerintahkan agar NASA paling lambat pada tahun 2018 sudah berhasil mengirim pesawat berawak manusia ke Mars. Inilah proyek mega-ambisius yang tadinya hanya bisa kita lihat wujudnya dalam film-film fiksi ilmiah.

Jajang Jamaludin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus