Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mengembalikan dewi lewat ...

Teknik dna-mitokondria atau mt-dna merupakan buah penelitian rekayasa genetika. kegunaannya, misalnya di bidang kedokteran kehakiman, bisa diterapkan pada kasus-kasus pemerkosaan atau bayi tertukar.

2 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMASTIKAN orangtua Dewi dan Cipluk sebenarnya cukup dengan pemeriksaan darah. Namun, bila tak puas dengan cara ini, ilmu pengetahuan ternyata masih menyediakan kemungkinan lain. Hasilnya lebih mutlak dari segala pemeriksaan jenis darah yang ada. Cara pemeriksaan darah yang ada - baik sistem ABO maupun sistem HLA, misalnya - sejauh ini memang cukup kuat untuk membuktikan bahwa kedua bayi itu tertukar (TEMPO, 26 Desember 1987). Seorang anak dengan golongan darah O, misalnya, memang sangat mungkin lahir dari ayah dan ibu berjenis darah O dan O pula. Tapi siapa bisa menjamin bahwa sperma itu benar datang dari sang ayah, bukan dari sperma lelaki lain yang kebetulan bergolongan O? Nah, itu satu kelemahan sistem pemeriksaan darah untuk meneliti paternitas seseorang. Untung ada cara baru yang jauh lebih peka ketimbang cara tadi, tanpa harus memperhitungkan input dari sang ayah. Yakni dengan pemeriksaan DNAmitokondria. Jika pemeriksaan darah menggunakan dasar warisan genetik kedua orangtua (yang tersimpan pada DNA inti sel) maka pemeriksaan DNA-mitokondria justru melihat langsung pada sumber gen yang ada di mitokondria, bagian sel yang berfungsi sebagai penghasil energi. Teknik DNA-mitokondria atau mt-DNA merupakan buah penelitian rekayasa genetika yang kini mulai ramal d~laksanakan di 20-an pusat penelitian dunia. Satu di antaranya adalah Universitas Monash, Australia, yang memulai studi soal ini lebih dari 20 tahun lalu. Maka, jika mau dilakukan pemeriksaan DNA-mitokondria pada kasus Dewi, sel dari bagian tubuh mana pun termasuk darah - dari mereka yang bersengketa mesti dikirim ke sana. Berapa lama hasilnya bisa diketahui? "Saya kira paling cepat satu minggu," kata dr. Sangkot Marzuki, Ph.D., 43 tahun, ahli biologi mulekular asal Medan yang dibesarkan di Jakarta dan kini memimpin penelitian soal ini di Universitas Monash. Dengan teknik mt-DNA ini, menurut Associate Professor dalam bidang biomolekular itu, bisa ditentukan siapa ibu Dewi dan ibu Cipluk (tanpa menentukan ayah mereka) ~ karena DNA pada mitokondria mem~ang hanya diturunkan lewat garis ibu. Caranya, secara prinsip, adalah mengisolasi molekul DNA yang terdapat pada mitokondria sel darah putih (atau sel lain) dari tubuh Dewi, Cipluk, dan kedua ibu yang bersengketa. Lalu molekul itu diperiksa susunan gennya, rangkaian-rangkaian proteinnya sehingga bisa ditentukan gen ibu yang mana serupa dengan gen Dewi, dan gen ibu mana yang serupa dengan gen Cipluk. DNA (deoxyribonucleicacid) sendiri selama ini diketahui sebagai bahan kimiawi yang membawakan sifat-sifat genetik segala makhluk hidup, dan ia hanya ada dalam inti sel. Molekul berbentuk tangga melingkar inilah yang diketahui sebagai pemegang peran pewarisan gen dari orangtua pada anaknya, berdasar rangkaian kode-kode genetik yang tersusun di dalamnya. Tapi belakangan Prof. G. Schatz, ahli genetika yang kini bermukim di Basel, Swiss, ternyata menemukan molekul DNA bukan hanya di inti sel, juga terdapat dalam mitokondria yang bentuknya mirip kacang. Sebagai sumber energi, mitokondria mesti ada dalam tiap sel. "Jika tidak, pasti sel itu mati," ujar Sangkot, yang sudah 11 tahun mengajar di Monash itu. Rupanya, energi yang dihasilkan mitokondria didapat berkat adanya DNA. Kehadirari DNA pada mitokondria juga diwariskan pada anak cucu, sebagaimana kehadiran DNA dalam inti sel. Soalnya, dalam DNA inilah terkandung segala kode kebakaan yang mempertahankan kelangsungan hidup segala spesies makhluk. Hanya saja, menurut Sangkot, DNA inti diwariskan oleh jantan dan betina (atau ayah dan ibu), sedangkan DNA mitokondria hanya diwariskan lewat garis ibu. Pewarisan lewat garis ibu ity salah satu hukum (aksioma) genetika mitokondria yang sudah dipecahkan para ahli. Di Monash, hukum ini diketahui lewat penelitian mitokondria pada ragi yang dilakukan Prof. A.W. Linnane, atasan Sangkot. Hukum yang lain menyatakan terdapatnya variasi yang sangat besar antara DNA mitokondria satu indinvidu dan individu lainnya. "Dan variasi ini diturunkan melalui mutasi dalam molekul DNA," ujar Sangkot lagi. Bedanya dengan mutasi DNA inti sel, DNA pada mitokondria ini memiliki kemungkinan variasi 10 kali lebih besar. Itulah sebabnya ia memiliki kepekaan (atau keakuratan) yang lebih tinggi dibanding pemeriksaan tanda genetik (~enetic marker) yang diketahui lewat darah ABO, Rhesus, ataupun HLA. Adapun kegunaan lain mt-DNA, menurut alumnus FKUI 1968 itu, antaranya untuk bidang kedokteran kehakiman dan antropologi mulekuler. Di bidang kedokteran kehakiman, menurut Sangkot, misalnya bisa diterapkan pada kasus-kasus pemerkosaan. "Misalnya dengan melihat mitokondria di leher sperma yang ditemukan dalam vagina korban," ujarnya. Sedangkan dalam antropologi molekuler, ilmu ini memungkinkan penelitian hubungan antropologls - misalnya antarras atau antarsuku - yang lebih detail ketimbang cara konvensional. Penerapan di bidang ini pernah dilakukan pada penelitian suku aborigin di Australia sendiri. Hasilnya cukup mengejutkan. "Orang aborigin ternyata sudah punya kontak lama dengan orang Asia," ujar Sangkot. Tapi kembali pada kasus Dewi, mungkinkah perkara itu dipecahkan dengan pemeriksaan DNA-mitokondria? Yang jelas, sampai Senin pekan ini belum ada kabar lagi tentang kelanjutan kasus itu. Sementara itu, dr. Sangkot Marzuki sendiri mengaku belum ada satu pihak pun yang menghubunginya dalam kasus bayi Dewi itu. Sy~afiq Basri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus