Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menyedot minyak dari samping

Teknik pengeboran secara horizontal membuat ladang-ladang minyak tua produktif lagi. hasilnya bisa 10 kali lipat dari sebelumnya. timbul perdebatan para ahli. teknik ini menyebar luas di seluruh dunia.

3 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELAKANGAN Becky Ward, seorang pengacara di Kota Pearsall, Texas, AS, harus sering kerja lembur. Para pemilik ladang-ladang minyak -- yang menjadi kliennya, di sekitar Pearsall -- memintanya agar secepatnya memperbarui akta perjanjian kontrak mereka. "Ini gara-gara boom minyak," ujarnya. Produktivitas ladang minyak di situ tiba-tiba melambung tinggi, dan menuntut perjanjian baru. Di AS, ladang-ladang minyak diakui sebagai milik perseorangan. Pemiliknya bebas membuat perjanjian, menurut aturan-aturan swasta, dengan perusahaan minyak yang mengusahakannya. Itu menjadi pekerjaan pengacara semacam Becky Ward. Panen minyak itu membuat pemilik tanah (berminyak) bak kejatuhan rezeki dari langit. Nilai sewa satu acre (0,46 ha) tanah melonjak dari US$ 35 (sekitar Rp 62 ribu) menjadi US $ 500 bahkan bisa mencapai US$ 750 (sekitar Rp 1,3 juta) sebulan. Minyak kini bagai membanjir di Texas. Ladang-ladang minyak tua yang kurus dibor lagi. Beberapa sumur baru, yang ditangani Oryx Energy Co. di Austin Chalk, Texas Tengah, misalnya, menghasilkan 3.000 barel per hari, 10 kali lipat dari sebelumnya. Ada pula ladang yang hasil tambangnya meroket dari 40.000 barel menjadi 500 ribu barel per bulan. Namun, rata-rata kenaikan produknya "cuma" 4-5 kali lipat. Banjir minyak di Texas itu, kini menjadi obat penangkal kegelisahan atas "krisis" minyak di Amerika. Sebab, selama 1989 lalu, produksi minyak dalam negeri Amerika anjlok 6,8% dibandingkan dengan 1988. Alhasil, November lalu, defisit minyak Amerika mencapai 42%. Semburan minyak di Texas itu, "Kini merupakan isu paling penting dalam soal perminyakan AS," ujar Prof. Dick Starzman, pakar minyak dari Universitas A & M, Texas. Semburan minyak yang deras itu mengucur dari sumur-sumur baru yang dibor secara menyamping (horizontal drilling). Penemuan teknik baru dalam pengeboran tanah di akhir 1980-an itu telah memungkinkan para perusahan minyak "menaklukkan" alam Texas yang formasi geologisnya sulit -- keras dengan kantung-kantung minyak (oil-filled fructures) yang sempit. Sebetulnya, pengeboran horizontal itu telah dipikirkan sebelum tahun 1960-an. Namun, dengan teknologi konvensional ketika itu, sumur horisontal masih menjadi hal yang sulit. Pipa-pipa dan mata bor, yang terpasang di ujungnya, berputar bersama. Lantaran pipa-pipa itu berputar, kadang-kadang gesekan dengan dinding sumur mengakibatkan pipa patah. Pemanenan minyak dengan sumur vertikal memang praktis. Pelaksanaannya sederhana: kantung-kantung minyak, di darat maupun di laut, dipetakan secara detil, lantas di atasnya dibangun rigfloor, lantai untuk memasang alat-alat bor. Cepat dan murah. Namun, sumur vertikal itu -- menurut Faisal E. Yasid, Direktur Operasi PT Bormindo, perusahaan di Jakarta yang bergerak dalam jasa drilling -- terbatas pengoperasiannya. Sumber-sumber minyak yang tersimpan di bawah tanah perkotaan jadi sulit untuk diangkat. "Karena harus menggusur rumah atau gedung-gedung," ujar Faisal. Dalam penambangan offshore pun sumur vertikal itu tidak praktis. Karena, setiap kantung minyak harus dilayani dengan satu platform. Padahal, pembuatan rigfloor, atau pemindahannya, membutuhkan biaya besar. Jadi, "Sumur horisontal menjadi pilihan yang menarik," kata Faisal. Dengan sumur horisontal itu, satu rigfloor bisa melayani beberapa sumur sekaligus. Sumur horisontal itu sendiri baru berhasil dibuat pada 1980, setelah perusahaan Elf Aquitane mengoperasikan sistem pengeboran dengan motor hidrolik di Larq, Prancis Selatan. Pada teknik Elf itu, pipa tak perlu berputar. Untuk gantinya dipasanglah turbo drilling di atas mata bor. Sistem Elf itu digerakkan oleh cairan pekat yang dipompa dari rigfloor ke pipa bor, lalu memutar sudu-sudu rotor turbo drilling, alhasil mata bor ikut berputar. Teknik ini menyebabkan putaran mata bor bisa dipacu sampai 300-400 rpm, dua kali lebih cepat ketimbang putaran bor pada teknik konvensional. Maka, "Daya penetrasinya sangat tinggi," ujar Faisal. Keuntungan lain, pipa lebih aman, karena tak ikut berputar. Teknik ini cepat menyebar luas, dan sumur horisontal pun muncul di mana-mana, termasuk di Indonesia pada 1985 di ladang minyak Rama, lepas pantai Anyer, Jawa Barat. Sumur horisontal pertama di Indonesia ini dikerjakan oleh perusahaan minyak IIAPCO, dan mencapai panjang 7.400 kaki (sekitar 2,3 km). Kendati biayanya sangat mahal -- hampir US$ 340 per kaki -- sumur jenis ini mulai digemari perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia, terutama untuk pengeboran lepas pantai. Sebab, satu reservoir dengan reservoir yang lain letaknya berdekatan. Sementara itu, teknik Elf ini terus dikembangkan. Mikroprosesor canggih mulai dipasang, untuk mengendalikan gerak bor sesuai dengan kondisi geologis setempat. Inilah mesin bor hidrolis mutakhir, produk dekade 1980an, yang berhasil menaklukkan medan sulit di Texas. Produktivitas yang tinggi, pada sumur horisontal, bisa lebih dari 10 kali lipat sumur vertikal, mengundang perdebatan yang ramai. Ada pakar yang menyebut, semburan deras itu lantaran sumur tadi bisa menembus dua-tiga kantung minyak sekaligus. Ada pula yang menilai, sumur mendatar itu memungkinkan dipasangnya "mulut" pengisap minyak dalam jumlah yang lebih besar. Namun, satu hal menjadi perhatian para pakar pengeboran adalah kecanggihan mikroprosesor di belakang mata bor itu. Benda canggih itu, konon, sanggup mencari titik paling ideal dalam lapisan kantung minyak, untuk penempatan "mulut" pengisap. Titik itu ditandai dengan permeabilitas batuan yang besar. Pada posisi itulah minyak bumi paling gampang disedot ke permukaan. Putut Tri Husodo, Tommy Tamtomo, dan Heddy Susanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus