AIR kelapa adalah hasil bumi yang tersia-sia. Tiap tahun, di seluruh Nusantara, dari sekitar 470 miliar buah kelapa yang dipetik, hampir 56 miliar liter air kelapa terbuang mubazir. ''Padahal, air kelapa merupakan larutan istimewa,'' ujar Jeany Polii Mandang. Tiga tahun Jeany berkutat mengungkapkan khasiat air kelapa itu di Laboratorium Agronomi IPB, Bogor, dan kemudian mengemasnya dalam disertasi. Dua pekan silam, dosen Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado, itu menggaet gelar doktor dengan predikat cum laude. Penekanan riset Jeany, 40 tahun, adalah eksperimen air kelapa untuk media kultur jaringan, larutan kental yang biasa untuk penyemaian bibit dalam pertanian modern. ''Saat ini, jarang petani kita bisa mengomersialkannya,'' ujarnya. ''Selain rumit, kultur jaringan itu mahal.'' Media kultur itu di pasaran tersedia dalam pelbagai merek. Yang terkenal ialah racikan Murashige dan Skoog (MS), yang punya bahan nutrisi komplet untuk pembiakan sel hidup. Di situ ada gula, protein, mineral, dan hormon. Medium kultur MS ini telah terkenal sejak 1962. Petani anggrek Thailand dan sejumlah penggemar bunga di Jakarta menyukai racikan MS itu. Bibit yang sehat bisa diperoleh hanya dengan menyemai sesayat ujung akar atau pucuk daun (stek mikro). Sayang, mahal. Harganya puluhan ribu rupiah per liter. Jeany mencoba menggabungkan larutan MS itu dengan air kelapa. Targetnya sederhana saja: memangkas harga larutan kultur itu. ''Yang penting, kualitasnya tidak kalah,'' tutur Jeany. Untuk tujuan itu, Jeany mencoba pelbagai dosis campuran untuk menyemaikan sayatan daun tanaman kembang krisan, yang bunganya kini disukai di kota-kota besar di Indonesia. Dan niatnya kesampaian. Kehadiran air kelapa pada larutan MS itu justru mengatrol kesuburan. Stek mikro krisan itu tumbuh lebih subur di larutan MS yang berair kelapa. Bahkan, pada dosis air kelapa 40%, stek krisan itu tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan di larutan MS. Pada umur 12 minggu, misalnya, tunas krisan di media campuran itu berat biomasnya 2,5 kali lipat dari tunas yang dibiakkan di larutan MS 100%. Untuk membuat larutan kultur yang subur, Jeany tak bisa mengesampingkan kehadiran hormon tambahan. Maka, pada blok penelitian yang terpisah, ia mencoba menambahkan dua macam hormon yang disebut IAA dan BAP. Hasilnya, campuran larutan MS dan air kelapa itu memberikan respons yang baik. Penambahan IAA 1 mg/l dan BAP 5 mg/l di media kultur campuran menghasilkan tunas-tunas krisan yang lebih kekar dan sehat. Pada bagian lain risetnya, Jeany menunjukkan pula kekayaan nutrisi air buah nyiur itu. Ini dibuktikannya dengan membuat racikan baru, terdiri dari campuran air kelapa dengan larutan MS yang telah dihilangkan unsur pentingnya, seperti kalium, fosfor, dan gula sukrosanya. Racikan ini tak kalah mutunya dibandingkan dengan MS asli. Hal lain yang dicatat Jeany ialah kemampuan air kelapa sebagai penyangga keasaman (pH) media kultur. Penambahan senyawa asam atau basa, tutur Jeany, tak serta-merta mengubah pH larutan. ''Sebab air kelapa kaya akan amino dan asam organik,'' ujarnya. Senyawa itu bisa menetralisasi tambahan ion H+ atau OH- yang diberikan asam atau basa itu. Putut Trihusodo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini