Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mikroba 'Pemamah' Oli

9 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANAH yang tercemar oli kini bukan masalah lagi. Para peneliti di Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah mengembangkan suatu jenis mikroba yang dapat menetralisasi pencemaran tanah yang diakibatkan oleh oli. Caranya, lahan yang tercemar ditebari mikroba yang sudah diperkuat dengan unsur tertentu. Dalam waktu empat bulan, mikroba yang dibantu dengan suplai oksigen secukupnya itu akan membuat lahan tercemar pulih kembali.

Edwan Kardena, dosen teknik lingkungan ITB yang terlibat dalam penelitian itu, menjelaskan bahwa mikroba "X" itu (sebut saja begitu karena belum diberi nama) ditemukan di sekitar depo (bengkel) stasiun kereta api Bandung secara tidak sengaja. Awalnya, penelitian ini akan menggunakan mikroba dari Amerika dan Eropa. Tapi, karena terganjal masalah perizinan, kiriman mikroba itu sulit masuk ke Indonesia. Akhirnya, diambil sebuah sampel mikroba yang terdapat di dekat tempat percobaan, yakni di sekitar stasiun Bandung. Ternyata, mikroba ini malah cukup bagus untuk menetralisasi oli.

Mikroba "X" ini, menurut Edwan, bisa menjadi alternatif murah untuk membersihkan lingkungan. Sebagai perbandingan, untuk menetralisasi 1 ton tanah yang tercemar limbah oli dengan menggunakan jasa Pusat Pengolahan Limbah Industri (PPLI) di Cibinong, dibutuhkan biaya US$ 20 atau sekitar Rp 170 ribu. Sedangkan bila menggunakan bakteri itu, hanya diperlukan ongkos seperempatnya atau US$ 5 (sekitar Rp 45 ribu). Hanya, mikroba ini belum dijual secara bebas dan belum diproduksi massal.

Cetak 'Offset' Hemat

INDUSTRI percetakan punya kemungkinan berhemat. Para ahli di lembaga riset Australia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO), berhasil mengembangkan teknik cetak offset baru dengan tinta khusus. Teknik yang dinamai Offset Printing Thickness Instrument (OPTI) ini mampu mengurangi konsumsi tinta dan kertas, sekaligus menurunkan ongkos cetak.

Gagasan pengembangan OPTI ini dilatarbelakangi kenyataan mesin cetak masa kini boros kertas dan tinta pada kecepatan 20 detik per satu dokumen. Selain itu, mesin-mesin cetak tersebut mengandalkan teknik "coba dan lihat" untuk mendapatkan kualitas cetak yang sempurna, dalam arti tinta dan pelarutnya dalam jumlah seimbang. Sebab, kalau terlalu banyak tinta, hasil cetaknya tampak gelap dan kabur. Sebaliknya, bila cairan pelarut terlalu lembap, hasil cetakannya kurang jelas.

"Salah satu kunci mencapai kualitas cetakan yang konsisten adalah kontrol terhadap ketebalan cat dan kelembapan pelarutnya pada pelat cetak," kata Andrew Greatbatch, Manajer Pengembangan Bisnis Divisi Telekomunikasi dan Industri Fisik CSIRO, kepada TEMPO melalui surat elektronik.

Teknik OPTI membantu memperoleh keseimbangan tersebut lewat sensor-sensor yang mengatur ketebalan warna pada pelat cetakan dan pengontrolan jumlah pelarutnya. Sensor-sensor itu dikemas dalam bentuk kotak seukuran telapak tangan dan sekarang masih dalam taraf purwarupa (prototip).

Sel Penipu Sistem Kekebalan

CANGKOK organ tubuh atau transplantasi merupakan operasi yang gampang-gampang susah. Soalnya, tubuh penerima organ memiliki sistem kekebalan yang secara alamiah akan selalu menolak kehadiran unsur asing (dari luar tubuh). Mekanisme penolakan itu dijalankan oleh sel-sel darah putih. Salah satu kunci sukses transplantasi adalah bagaimana membuat sistem kekebalan tubuh "tertipu" sedemikian rupa sehingga mengira organ yang dicangkok merupakan bagian dari tubuh yang sama.

Nah, tim peneliti di Toronto General Hospital dan University of Toronto, Kanada, berhasil menemukan salah satu bagian sel darah putih yang bisa memperdayai sistem kekebalan. Mereka melaporkan kesuksesan tersebut di jurnal Nature Medicine edisi Juli 2000. Sel yang diberi nama T-cell itu mampu mencegah kemunculan reaksi penolakan tubuh terhadap jaringan donor. Ia berhasil membuat sistem kekebalan mengira jaringan donor diambil dari tubuh yang sama sehingga tidak memunculkan reaksi penolakan.

Tim yang dipimpin Li Zhang, Ph.D., staf ilmuwan senior di Toronto General Hospital Research Institute, Multi Organ Transplant Program, dan asisten profesor di Department of Laboratory Medicine and Pathobiology di University of Toronto, itu telah mencoba sel ini pada tikus dan berhasil. "Di masa depan, para dokter dapat melakukan proses transplantasi secara mulus tanpa menggunakan obat yang mahal dan terkadang beracun," tutur Zhang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum