Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Otak Pria dan Wanita Memang Berbeda

10 Mei 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria, konon, cenderung mempunyai kemampuan menganalisis persoalan yang lebih baik dibandingkan dengan wanita. Tapi wanita pun punya kelebihan dibandingkan dengan pria dalam hal menjalin hubungan baik dengan sesama. Anda percaya? Memang, pendapat ini masih menjadi perdebatan. Banyak yang setuju, tak sedikit pula yang tak sepaham. Tapi kini ada satu lagi penelitian yang mendukung "teori" itu.

Adalah Dr. Gabrielle de Courten-Myers, peneliti dari Universitas Cincinnati, Amerika Serikat, yang menemukan bahwa struktur otak pria dan wanita memang berbeda. Temuannya itu, seperti dilaporkan The New York Times, dipresentasikan dalam pertemuan tahunan akademi ilmu saraf Amerika.

Penelitian itu dilakukan dengan mengambil sampel otak 10 pria dan tujuh wanita yang meninggal akibat kecelakaan. Dari setiap otak yang diteliti selama setahun itu, peneliti mengukur nomor dan jenis lokasi sel yang tersebar di 64 pusat urat saraf di setiap otak.

Ternyata otak pria rata-rata memiliki sel neuron lebih banyak, sekitar 13 persen, daripada otak wanita. Ini membuat pria lebih terampil membaca peta yang baik dan jeli mencari jalan keluar bila tersesat di suatu tempat dibandingkan dengan wanita pada umumnya. Sebaliknya, pada otak wanita lebih banyak ditemukan neuropil—sel otak yang bertugas menjalankan fungsi komunikasi. Itulah yang menjelaskan kenapa wanita lebih pandai menjalin hubungan dibandingkan dengan pria.

Dari Mana Datangnya Dengkuran?

Mendengkur adalah problem yang banyak dialami pria. Diperkirakan, satu dari lima pria memiliki kebiasaan tidur sambil ngorok, sementara sembilan dari 10 pria berusia di atas 40 tahun tidur sambil "bersuara". Mendengkur terjadi saat manusia tidur lelap. Pada saat itu, seluruh otot melemas, termasuk jaringan pada mulut hingga kerongkongan. Ketika udara yang dihirup lewat hidung atau mulut melintasi organ tersebut, jaringan yang lemas itu bergetar dan menghasilkan suara dengkuran.

Untuk mengatasinya, jaringan yang lemas itu dibuat menjadi kaku dengan cara operasi laser. Persoalannya, dokter senantiasa kesulitan memperkirakan secara tepat lokasi jaringan yang mana yang menimbulkan getaran. Di mulut atau kerongkongankah? Tak aneh, operasi sering gagal menghilangkan suara ngorok.

Terry Jones, peneliti dari University Hospital Aintree, Liverpool, Inggris, kini berusaha menjawabnya dengan dasar teori yang sederhana: dengkuran memiliki jenis suara yang berbeda-beda, tergantung di mana terjadinya getaran itu. Karena itu, dibuatlah perangkat lunak (software) komputer yang mampu membaca jenis dengkuran untuk menelisik lokasi getaran.

Pada saat percobaan, seperti dilaporkan The Sunday Times, pasien ditidurkan di kamar hotel yang dilengkapi peralatan akustik untuk merekam dengkuran. Suara itu lantas diolah ke dalam perangkat lunak buatan Jones. Setelah lokasi terjadinya vibrasi diketahui, barulah operasi dikerjakan. Hasilnya? Ini akan diketahui beberapa bulan kemudian, ketika pasien akan diuji kembali.

Sensor Penembus Asap Tebal

Kendala yang selalu dihadapi petugas pemadam kebakaran saat menolong korban adalah sulit melihat di tengah kepulan asap tebal serta sulit mencari pintu keluar ataupun menerobos titik-titik api berbahaya. Selama ini, petugas pemadam kebakaran menggunakan lampu berwarna putih, atau kuning, untuk melihat di tengah kepulan asap. Padahal, warna putih atau kuning tak mampu menembus kabut.

Paul Murley, petugas pemadam kebakaran dari Tyne & Wear di Tynemouth, menemukan lampu yang cocok untuk menerobos asap, yakni lampu berwarna merah. Warna merah memang tak mudah berpendar—seperti halnya matahari terbenam—dan itu berbeda dengan warna lain, yang lebih mudah membias di udara. Agar cahayanya lebih kuat, lentera disusun dari 12 lampu merah light-emitting diode (LED)—seperti yang digunakan pada dasbor mobil atau televisi.

Dengan sinar itu, perusahaan pembuat alat pemadam kebakaran Integrated Display System kini akan mengemas lentera pintar yang tak cuma mampu menembus asap tebal dalam jarak lebih dari 10 meter. Dilengkapi layar penangkap panas (liquid crystal display atau LCD), alat yang bisa dikenakan pada lengan atau dijinjing ini juga dapat memetakan lokasi titik-titik api yang masih tersembunyi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum