Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar itu masih ditunggu Emen Rahmat. Sebulan lalu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang mendatanginya mengatakan ampas agar-agarnya bisa dibuat kertas. ”Kalau benar, kami sangat senang. Bisa menambah penghasilan,” ujar pengusaha agar-agar rumput laut di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat itu.
Bukan cuma Emen yang menunggu kabar itu. Ada banyak pengusaha bahan makanan ini di sana. Maklum, Pameungpeuk di tepi Samudra Indonesia adalah salah satu sentra aneka rumput laut. Agar-agarnya terkenal di mana-mana. ”Bila kelak permintaan rumput laut jenis ganggang merah semakin tinggi, semoga modal berdatangan,” ujar Camat Pameungpeuk, Jujun Juhana. ”Sejauh ini mereka masih memakai modal sendiri,” ujarnya.
Selama ini, kata Jujun, ampas dari ekstrak agar-agar hanya dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Harga pupuk itu tak seberapa meski hasil pertanian meningkat tajam. Dengan pupuk ini, hasil panen padi di lahan 1.400 meter persegi bisa menjadi satu ton gabah dari semula hanya sekitar separuhnya. Berkat pupuk ini pula tak diperlukan lagi pupuk anorganik.
Di Pameungpeuk jenis rumput laut yang dominan dibudidayakan adalah Gracilaria. Untuk dijadikan bubur kertas memang jenis rumput laut ini kurang bagus dibandingkan Gelindium. Namun tak berarti kertas dari rumput ini tak bagus.
Ampas agar-agar Pameungpeuk berkualitas baik, meski pembuatan agar-agar itu masih menggunakan alat tradisional. Salim, 38 tahun, warga Kampung Cidahon, Desa Jatimulya, mengatakan untuk membuat ekstrak tersebut ia membutuhkan waktu tiga hari. Pemutihan dilakukan dua kali. Namun Salim lebih banyak mencucinya dengan air tawar. ”Kalau memakai klorin, biayanya bisa bertambah,” kata dia.
Sigit Zulmunir (Garut)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo