Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pembangkit listrik tenaga gurun

Ahli energi israel merancang pembangkit listrik yang memanfaatkan panas gurun pasir di sinai. ini proyek damai, melibatkan sejumlah negara arab untuk membiayainya.

24 Juli 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI gurun pasir gersang di tanah Sinai ada energi yang melimpah. Sinar matahari menyorot keras sepanjang tahun, hampir tak terhalang awan. Udara panas, kering. Angin bertiup kencang. Kondisi alam yang sangar itu justru memenuhi impian Dan Zaslavsky, 62 tahun, pakar energi Israel. Ia berniat membangun pembangkit listrik tenaga gurun pasir pertama di dunia. Proyek Zaslavsky ini sudah memperoleh lampu hijau dari pemerintah Israel. Ia pun telah membentuk tim pelaksana. Kalau tak ada aral, dalam tempo lima tahun, di Sinai bakal muncul sebuah menara raksasa berbentuk silinder, hampir 1 km tingginya. Dari sana akan dialirkan setrum 40 miliar kilowatt- jam (kWh) per tahun, sekitar 88% produksi tahunan PLN. Mimpi Zaslavsky itu kini ramai dibicarakan ahli-ahli energi Israel, bahkan Amerika. Banyak yang memaki ide gila itu, tapi tak sedikit pula yang mendukungnya. Lewis Weston, Direktur American Technion Society, sebuah lembaga keuangan California yang biasa membiayai megaproyek di Israel, mengatakan siap mendanainya. ''Ini proyek yang layak secara ekonomis,'' katanya. Nama untuk proyek ini sudah disiapkan pula: Sneh aero- electric power (SNAP). Kata Sneh sendiri berasal dari khazanah mitologi Yahudi, yang menunjuk pada semak kering yang dapat mengobarkan api nyala tanpa terbakar. Nama Sneh memang sejalan dengan mimpi Zaslavsky: membangkitkan energi listrik tanpa mengeksploitasi sumber alam. Teknik aero-electric power itu sendiri telah muncul tahun 1965. Gagasan aslinya datang dari benak Prof. Phillip R. Carlton, ahli dari Lockheed Aircraft Corp., AS. Ia telah mematenkannya. Berkali-kali hak paten itu berpindah tangan, tanpa ada yang bisa mengubahnya menjadi teknologi yang siap pakai. Sampai akhirnya, paten itu dibeli Israel. Dua belas tahun Dr. Zaslavsky, ahli mekanisasi pertanian yang kini banting setir ke soal energi, mempelajari rancangan aero- electric power ala Prof. Carlton itu. Ia membuat serangkaian eksperimen berskala kecil. Sampai akhirnya, kini, ia mengklaim telah menemukan rancangan yang layak dioperasikan secara komersial. Konsep aero-electric power itu bertumpu pada teknologi sederhana. Menara silinder dibangun di tengah padang pasir. Bila di mulut menara itu dipancarkan butir-butir air halus, sebuah peristiwa khas akan terjadi: udara gurun yang panas kering kontan mengubah butiran air itu menjadi uap. Perubahan itu membetot energi panas pada massa udara itu. Betapa tidak. Untuk mengubah satu gram air menjadi uap, diperlukan 580 kalori. Maka, udara panas di sekitar butiran air itu mengalami penurunan suhu. Walhasil, udara yang mendingin itu bertambah berat, lalu jatuh menuruni kolom raksasa itu. Zaslavsky telah membuat pelbagai perhitungan. Dengan memperhitungkan profil temperatur udara Gurun Sinai, panas yang tersedia, dan unsur-unsur cuaca lainnya, ia menyimpulkan bahwa menara yang paling cocok tingginya harus mencapai 990 meter dua kali lipat tinggi World Trade Center di New York, pencakar langit tertinggi di dunia dan diameternya 450 meter. Dengan menara jangkung ini, akan diperoleh arus massa udara dari atas ke dasarnya. ''Kecepatannya mencapai 80 km per jam,'' ujar Zaslavsky. Di bagian bawah, ada tabung-tabung raksasa yang mengalirkan massa udara itu ke sekeliling. Angin buatan itu dimanfaatkan untuk memutar turbin. Arus listrik pun mengalir deras. Listrik jenis ini murah, hanya dua sen dolar, sekitar Rp 40, per kWh, separuh dari listrik PLN. Dibandingkan dengan energi alternatif, listrik tenaga matahari dari sel surya, SNAP unggul jauh: harga per kWh hanya sepertujuhnya. Maklum, untuk mengalirkan 40 miliar kWh per tahun itu, teknologi solar sel perlu lahan puluhan ribu hektare. Pembangkit listrik semacam itu tentu butuh air dalam jumlah besar. Maka, Zaslavsky berencana membangunnya di tepi Gurun Sinai, dekat Kota Elat, di ujung dalam Teluk Al Aqaba, Laut Merah. Air mudah didapat. Lokasi ini memberikan keuntungan politis pula karena persis di perbatasan Yordania dan Mesir serta tak jauh dari Arab Saudi. Bangunan berbentuk tabung setinggi hampir 1 km itu secara teknis tak punya persoalan. Wendel R. Wendel, Direktur Starnet International, konsultan rekayasa konstruksi dari Florida, AS, siap membantu merancangnya. Membuat gedung semacam World Trade Center seperti di New York jauh lebih sulit. ''Karena menuntut infrastruktur rumit,'' ujarnya. Menara SNAP, kata Wendel, bisa dibangun secara cepat. ''Dua tahun selesai,'' katanya sambil menyebut ancar-ancar biaya yang ''hanya'' US$ 300 juta sekitar Rp 600 miliar. Bangunan itu, dalam bayangan Wendel, akan dibuat dari rangka baja dengan dinding pelat aluminium. Tebalnya cukup 3,64,5 meter. Yang menjadi soal, produksi listrik instalasi itu sangat fluktuatif, antara siang dan malam. Udara siang hari yang panas kering memberikan produksi jauh lebih besar ketimbang malam hari, ketika hawa menjadi dingin kendati tetap kering. Namun, Zaslavsky punya dalih. ''Energi paling besar dipakai siang hari, untuk AC, industri, dan perkantoran,'' katanya. Di balik pro-kontra proyek ini, ada pendapat, SNAP bisa menjadi sarana perdamaian. Produksi listrik yang berlimpah ini dapat ditawarkan ke Yordania, Arab Saudi, atau Mesir. Bahkan, Lewis Weston siap melobi pemerintah Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Kuwait agar ikut membiayai proyek ini. ''Ini permulaan kerja sama damai,'' katanya. Putut Trihusodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus