Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Peneliti: Normal Baru, Lebih Banyak Orang Cemas Tertular Covid-19

Publik yang merasa cemas anggota keluarganya tertular Covid-19 di masa normal baru berdasarkan survei Alvara Research Center sebesar 60,5 persen.

13 Juli 2020 | 05.58 WIB

Pekerja menggunakan alat pelindung wajah saat simulasi pembukaan dan peninjauan tempat hiburan bioskop CGV Cinemas di Bandung Electronic Center (BEC), Bandung, Jawa Barat, Kamis 9 Juli 2020. Simulasi tersebut dilakukan dalam rangka peninjauan kesiapan tempat hiburan bioskop dalam penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan alat pelindung wajah bagi karyawan, pembatas jaga jarak, masker, sarung tangan dan cairan disinfektan seiring tatanan normal baru di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Perbesar
Pekerja menggunakan alat pelindung wajah saat simulasi pembukaan dan peninjauan tempat hiburan bioskop CGV Cinemas di Bandung Electronic Center (BEC), Bandung, Jawa Barat, Kamis 9 Juli 2020. Simulasi tersebut dilakukan dalam rangka peninjauan kesiapan tempat hiburan bioskop dalam penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan alat pelindung wajah bagi karyawan, pembatas jaga jarak, masker, sarung tangan dan cairan disinfektan seiring tatanan normal baru di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan orang yang merasa cemas tertular Covid-19 setelah diterapkan normal baru (new normal) lebih banyak daripada yang sedikit cemas atau tidak cemas tertular Covid-19 sama sekali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tingkat kecemasan tertular, itu juga masih tertinggi. Kekhawatiran untuk tertular di masa new normal itu masih tinggi," kata Ali, yang juga CEO Alvara Research Center itu, dalam diskusi daring di Jakarta, Minggu, 12 Juli 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia mengatakan bahwa publik yang merasa cemas anggota keluarganya tertular Covid-19 di masa normal baru berdasarkan survei Alvara Research Center sebesar 60,5 persen, sementara yang sedikit cemas dan tidak cemas sama sekali hanya 37,7 persen. Sisanya tidak menjawab atau menjawab tidak tahu.

Namun, hasil survei yang dilakukan terhadap 1.225 koresponden di seluruh Indonesia pada 22 Juni 2020 hingga 1 Juli 2020 lalu itu juga menunjukkan bahwa ada dilema pada sebagian masyarakat.

Dilema tersebut, kata Ali, adalah keharusan memilih mengutamakan kesehatan dengan tidak keluar rumah atau memilih mengutamakan ekonomi dengan tetap beraktivitas seperti normal di luar rumah.

"Dilema itu terutama dirasakan pada masyarakat menengah ke bawah, alasan utamanya adalah karena takut kehilangan pekerjaan," kata Ali.

Survei Alvara Research Center dengan tema 'Respons Publik atas Covid-19' menunjukkan bahwa persentase publik yang khawatir kehilangan pekerjaan sebesar 41,5 persen.

Sementara alasan selanjutnya adalah khawatir tidak bisa membayar cicilan (27,3 persen), dan kehabisan bahan makanan (20,5 persen).

Hasanuddin Ali mengatakan bahwa survei dilakukan menggunakan metode daring (online survey) dan wawancara telepon (mobile assisted phone interview) dengan margin kesalahan (margin of error) 2,86 persen.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus