Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Peneliti Universitas Ma Chung Temukan Bahan Obat Antibiotik Baru

Temuan yang sangat penting karena adanya penurunan kemanjuran obat dan kebutuhan memerangi resistensi antibiotik.

28 Februari 2020 | 06.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
sxc.hu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, menemukan bakteri laut Pseudoalteromonas rubra yang unik dan bisa dikembangkan untuk obat antibiotik. Seperti yang telah dipublikasikan dalam jurnal internasional terbitan American Chemical Society pada Rabu 26 Februari 2020, bakteri itu ditemukan di air laut yang diambil dari Pantai Sebanjar dan Pulau Sika, Kabupaten Alor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Direktur PUI-PT Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP), Universitas Ma Chung, Tatas Brotosudarmo, menjelaskan, bakteri laut tersebut dapat menghasilkan pigmen antimikroba. Isolasi bakteri itu dan pemetaan genetiknya berhasil dilakukan pada 2018 lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Agen antimikroba adalah obat yang umumnya diperoleh dari mikroorganisme yang sangat penting untuk pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri," ujar Tatas dalam keterangan tertulis, Kamis 27 Februari 2020.

Saat ini, Tatas yang juga Wakil Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) menjelaskan, obat-obatan baru sangat diperlukan karena penurunan kemanjuran obat dan kebutuhan memerangi resistensi antibiotik. "Jadi, temuan ini akan sangat bermanfaat, terutama bagi kemajuan dunia kesehatan di Indonesia," kata Tatas.

Resistensi antimikroba (AMR) ataupun antibiotik, saat ini merupakan masalah global yang serius. WHO pada 2010, misalnya, melaporkan, infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri resisten antimikroba mengakibatkan 38.481 kematian di Thailand.

Artinya, Tatas mengatakan, penemuan obat baru menjadi kebutuhan yang penting saat ini guna mengurangi resistensi tersebut. Dan menurutnya, mikroorganisme laut mewakili sumber signifikan obat baru untuk pengembangan karena keanekaragaman hayati yang kaya dan kapasitas genetik untuk menghasilkan metabolit yang unik.

Sebagai negara kepulauan, Tatas berujar, biodiversitas Indonesia adalah terbesar di dunia, "dan merupakan sumber berjuta senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan obat dan potensi sumber daya ekonomi biru," ujar dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus