Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran virus yang memicu penyakit Flu Singapura terjadi semakin luas di Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat per Maret lalu kalau jenis flu yang juga dikenal sebagai Hand, Foot, dan Mouth Disease (HFMD) ini telah menginfeksi lebih dari 5.461 pasien yang mayoritas anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik di Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Edi Hartoyo, mengatakan, total kasus Flu Singapura di Indonesia secara keseluruhan tidak jelas dan belum ada data pastinya. Dia mengungkapkan, jumlah yang kini beredar hanyalah gambaran umum, diambil dari sampel yang ada dan pemeriksaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kadang pasien (penderita) tidak tahu kalau dia terinfeksi. Jadi data pastinya tidak bisa dijelaskan berapa totalnya," kata Edi saat konferensi pers daring, Selasa, 2 Maret 2024.
Edi menerangkan, flu jenis ini sangat mudah menyebar dan menginfeksi banyak orang, terutama anak-anak, dengan imunitas tubuh yang lemah. Waktu sembuhnya juga cepat, 3-7 hari, lalu pasien bisa pulih kembali.
Sepintas Flu Singapura mirip dengan cacar karena menimbulkan lesi atau bercak di lapisan kulit dan bintik-bintik berisi cairan. Namun, kata Edi, Flu Singapura ini lebih ringan dan tidak terlalu berbahaya dibanding cacar.
"Bekas lesi akibat flu ini juga mudah hilang, sedangkan cacar membekas," kata Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini.
Edi berpendapat banyak masyarakat yang tidak sadar ketika terinfeksi Flu Singapura karena gejala yang ditimbulkan saat terinfeksi virus ini hampir sama dengan penyakit influenza biasa. Tapi bila kondisinya sudah parah, maka muncul lesi di telapak tangan, kaki dan mulut. "Bila ini sudah muncul, artinya sudah bisa dipastikan itu Flu Singapura."
Sikap abai oleh masyarakat untuk mengatasi penyebaran virus ini, kata Edi, imbas dari Flu Singapura yang tidak terlalu berbahaya dan berisiko--berbeda dari Covid-19. Walau sama-sama virus dan menyebar dengan sangat cepat, tapi tingkat kematian dan dampaknya cenderung sedikit.
"Kita tetap harus waspada, walau tidak berbahaya seperti Covid dan penyakit lain," katanya. "Penting untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh supaya Flu Singapura bisa segera hilang dan menurun jumlah kasusnya."
Lebih lanjut, Edi berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak terlalu panik dan merisaukan kehadiran Flu Singapura ini. Virus yang memicu lahirnya penyakit ini telah ada sejak lama dan terus bermutasi. Menurut dia, selama masyarakat bisa menjaga kesehatan dan pola hidupnya, maka risiko terinfeksi semakin minim.
"Sejauh ini, baru marak menginfeksi anak-anak, kalau orang dewasa masih belum ada dan risiko terinfeksinya sedikit," kata Edi sembari menambahkan Flu Singapura bisa menginfeksi kapan saja dan bisa berkali-kali. "Kalau cacar biasanya hanya sekali saja, selanjutnya tubuh pasien bisa kebal virusnya," katanya membandingkan.
Pilihan Editor: Setelah Oppo di Seri Find X7, Vivo dan Xiaomi juga Kebut Dapatkan Dukungan Teknologi Internet 5,5G di Cina