Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kesulitan memprediksi kemunculan angin puting beliung di suatu lokasi karena waktu yang singkat dan kecepatannya.
Baca: Angin Puting Beliung Terjang Aceh, Ini Penyebab dan Tandanya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala BMKG Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, angin puting beliung adalah angin kencang berputar yang keluar dari awan Cumulonimbus (CB) dengan kecepatan angin sekitar 63 kilometer per jam. "Terjadi dalam waktu singkat, sekitar 5 menit, di luas wilayah yang lokal, kurang dari 2 km persegi," katanya, Rabu, 9 Januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BMKG menyampaikan informasi peringatan dini cuaca ekstrem satu jam sebelum kejadian hujan lebat dan disertai angin kencang. Wilayahnya mencakup per kecamatan di Indonesia. Informasi pun menyangkut penyebaran awan Cumulonimbus (CB) yang berkaitan erat dengan terjadinya angin puting beliung.
Namun, kata Tony, tidak semua awan Cumulonimbus berpotensi menjadi cuaca ekstrem. "Ada faktor kedua, yaitu suhu permukaan suatu lokasi yang sangat beragam dan mudah berubah," ujarnya.
Kondisi itu terkait dengan wilayah Indonesia yang bercuaca tropis di khatulistiwa. "Cuaca tropis lebih mudah berubah tiap menitnya, lebih beragam di tiap lokasi yang berdekatan," ujar Tony.
Angin puting beliung berbeda dengan badai tropis yang kecepatan anginnya lebih tinggi, hingga bisa lebih dari tiga kali lipat dari puting beliung. Waktu kejadian badai tropis lebih dari sehari dengan seluruh proses terjadinya sekitar tujuh hari. Wilayah yang terkena badai tropis pun lebih luas bisa mencapai ribuan kilometer persegi.
Badai itu bisa melanda beberapa kabupaten hingga provinsi, bahkan lintas negara. Wilayah Indonesia, kata Tony, tidak terlewati lintasan badai tropis. "Karena gerakan badai tropis menjauh dari khatulistiwa," katanya.
Untuk mengurangi risiko bahaya angin puting beliung yang bisa muncul secara acak, BMKG menyarankan warga untuk memangkas pohon rimbun dan lapuk, memperkuat bagian rumah yang rapuh jika terkena angin, serta memperkuat benda-benda yang rawan roboh tertiup angin, seperti baliho dan lainnya.