Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nelayan di Pulau Barrang Caddi, Kota Makassar, biasa melaut dengan kapal motor tempel berbahan bakar bensin. Mereka kerap menghadapi masalah harga bensin yang dua kali lipat lebih mahal dibanding harga di Kota Makassar, yang hanya Rp 6.000 per liter. "Bukan hanya mahal, tapi juga sulit didapat," kata Ramli, salah seorang nelayan, pekan lalu. Pulau Barrang Caddi luasnya sekitar 4 hektare dan berjarak 11 kilometer dari Kota Makassar.
Melihat kondisi tersebut, empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar merancang perahu bertenaga surya. Perahu tersebut mereka beri nama Perbankari, yang merupakan singkatan dari perahu berbahan bakar cahaya matahari.
Tim yang diketuai Ashabul Kahfi Rajab dari Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer itu beranggotakan Eka Maulana Usman dari Program Studi Pendidikan Teknik Elektro serta Arief Hidayat dan Nurfauziah dari Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer. "Teknologi ini diharapkan dapat membantu nelayan meningkatkan pendapatan karena tak perlu dipusingkan lagi oleh mahalnya bahan bakar," ucap Ashabul. Ia mengatakan tim dibantu dosen pembimbing Suhartono.
Proses pembuatan kapal memakan waktu sekitar tiga bulan. "Total biaya yang dibutuhkan Rp 10 juta," kata Ashabul. Kapal yang dapat melaju hingga kecepatan 3 kilometer per jam ini sudah diujicobakan pada 18 Juli lalu. Hasilnya sesuai dengan harapan mereka.
Pembuatan Perbankari berawal dari keikutsertaan keempat mahasiswa tersebut dalam program kreativitas mahasiswa yang diadakan pemerintah daerah. Lantas mereka mengajukan proposal pendanaan dan disetujui sebesar Rp 10 juta. "Tapi sampai sekarang belum cair," ujar Ashabul. Supaya proyek tetap berjalan, mereka terpaksa memakai uang pribadi. Adapun kampus menyumbang peralatan berupa controller atau alat pengatur dan inverter.
Cara kerja Perbankari cukup sederhana. Sinar matahari yang berlimpah ditampung dalam panel surya di bagian depan perahu. Sinar matahari tersebut kemudian diubah menjadi arus listrik berkekuatan 100 watt. Arus listrik dari panel surya lalu dialirkan ke alat pengatur di dalam perahu untuk diteruskan ke baterai. Inverter yang berada di bagian belakang perahu berfungsi mengubah arus searah (direct-current atau DC) menjadi arus bolak-balik (alternating-current atau AC) sebesar 220 volt.
Dari inverter, arus listrik AC kemudian dialirkan ke dinamo, yang akan memutar baling-baling perahu. Lantaran murni menggunakan listrik tenaga surya, kecepatan perahu bergantung pada besarnya dinamo yang digunakan. "Karena kami memakai dinamoW setengah phase, kecepatannya saat ini hanya 3 kilometer per jam," ucap Ashabul.
Nelayan yang hendak melaut pada malam hari, menurut Ashabul, tak perlu khawatir perahu tak akan melaju karena sekali pengisian baterai atau aki dapat menyimpan listrik hingga 200 ampere. "Cukup untuk mencari ikan beberapa jam pada malam hari," ujarnya.
Menurut Arief Hidayat, masih banyak yang harus diperbaiki dan dikembangkan dari Perbankari. "Pembuatan perahu tenaga surya ini baru sampai tahap 80 persen. Secepatnya akan kami lakukan uji coba lagi," ujarnya. Ia berharap temuan ini membawa dampak positif bagi nelayan di pulau berpopulasi 1.532 jiwa itu dan pulau lain.
MATAHARI
Sinar matahari menuju panel surya.
PANEL SURYA
Menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi arus listrik sebesar 100 watt.
CONTROLLER
Besaran arus listrik dari panel surya dikontrol dan didistribusikan menuju inverter dan aki (24 volt dan 12 volt).
AKI (BATERAI)
Berfungsi menyimpan arus listrik. Ketika sinar matahari tak ada, arus listrik diambil dari baterai (12 volt). Baterai dapat menyimpan arus hingga 200 ampere.
INVERTER
Mengubah arus tegangan DC menjadi AC. Tegangan DC 12 volt dari baterai diubah menjadi arus bolak-balik AC 220 volt sebelum dialirkan ke dinamo.
DINAMO
Begitu arus listrik dari inverter masuk, dinamo akan menggerakkan baling-baling perahu untuk melaju. Kecepatan perahu bergantung pada besarnya dinamo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo