Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Binatang diyakini memiliki insting terhadap perubahan yang terjadi sebelum bencana datang, perilaku mereka yang manjadi aneh manandakan bahwa bencana akan segera datang seperti yang terjadi pada peristiwa Letusan Krakatau 1883.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun korelasi antara perilaku aneh binatang dengan bencana yang akan datang masih dipertanyakan bukti ilmiahnya. Namun banyak para ahli yang mencoba menghubungkan kaitan antar keduanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Simon Winchester, seorang pengarang dan jurnalis berkebangsaan Inggris-Amerika, dalam karya monumentalnya berjudul Krakatau, Rogier Verbeek (1885: 40) mengatakan bahwa tingkah aneh binatang peliharaan yang menunjukkan sikap gelisah, selalu berdiam di dalam rumah, dan selalu mendekati pemiliknya terjadi di Serang pada 28 Agustus, setelah Krakatau Meletus
Koran Belanda, Provinciale Overijsselche Zwolsche yang terbit pada tahun 1891 menguraikan secara khusus bagaimana binatang-binatang sebelum letusan Krakatau 1883. Dalam koran tersebut, dijelaskan bagaimana letusan Krakatau 1883 membunuh banyak binatang, sementara yang lain melarikan diri untuk menyelamatkan diri mereka sementara waktu.
Apa yang diuraikan dalam koran ini diperkuat oleh van Sandick, yang mengatakan bahwa tepat pada tanggal 24 Agustus 1883, terdapat kawanan burung laut yang melintas dari Batavia yang diduga bermigrasi untuk menghindari letusan Krakatau. “Indera manusia sangat tidak sempurna jika dibandingkan dengan persepsi tajam binatang”, katanya seperti dikutip dari koran tersebut.
Dirangkum dari berbagai sumber, beberapa perilaku aneh yang ditunjukkan oleh binatang sebelum terjadinya bencana antara lain, ayam betina yang berhenti bertelur, lebah yang meninggalkan sarangnya, hingga ikan lele yang berlompatan keluar dari air. Perilaku ikan yang aneh ini kemudian menjadi kesempatan bagi masyarakat yang dapat dengan mudah menangkap ikan bahkan dengan tangan kosong sebagaimana dikatakan oleh Hurbult & Verbeek.
Budi Gustaman, seorang Dosen dari Departemen Sejarah & Filologi FIB Unpad misalnya, dalam artikel ilmiah berjudul Binatang-binatang di Sekitar Letusan Krakatau 1883 yang dimuat dalam Jurnal Sejarah Vol. 2 (2) tahun 2019, ia menyebut bahwa letusan Krakatau 1883 memberikan banyak dimensi perihal harmoni dan disharmoni antara manusia dengan binatang sebagai konsekuensi logis dari hubungan ekologis yang bersifat timbal balik. Ia bahkan menyarankan untuk menjadikan binatang sebagai seuatu yang harus diperhitungkan dalam hal mitigasi bencana alam
Binatang-bintang yang berperilaku aneh ketika peristiwa Letusan Krakatau 1883 memberikan indikasi bagaimana cara binatang merespon gejala alam yang akan terjadi.
NAUFAL RIDHWAN ALY