Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Garut - Petani sayur di Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengeluhkan kurangnya penerapan teknologi di bidang pertanian yang membuat mereka kerap tak menikmati keuntungan atas hasil taninya. Keluhan disampaikan kepada pakar penerbangan Ilham Habibie yang datang sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau bapak jadi gubernur, tolong perhatikan teknologi bagi pertanian," ujar Awang Sutisna, 50 tahun, Ketua Petani Sayur Kecamatan Pasirwangi, Selasa, 6 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awang mengatakan, teknologi yang dibutuhkan petani diantaranya alat pendukung pengolahan lahan, pengembangan varietas bibit unggul, dan laboratorium pengujian kualitas tanah. Penerapan teknologi ini dinilai akan meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya ongkos tanam.
"Jangan hanya orang kota yang menikmati hasilnya sementara kami merugi. Apalagi kalau harga sayuran tiba-tiba turun," ujarnya.
Menanggapi keluhan petani, Ilham Habibie mengaku telah memiliki konsep yakni kolaborasi antara petani dengan lembaga pendidikan dan pondok pesantren. Sementara, lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan universitas didorong untuk dapat merancang alat sesuai dengan kondisi lahan petani sehingga memudahkan petani bila terjadi kerusakan atau kekurangan dalam penerapan teknologi.
"Alatnya bisa diproduksi oleh pengusaha UMKM. Kalau impor susah penerapan dilapangannya nanti," ujar anak sulung dari mantan Presiden RI sekaligus Bapak Teknologi, B.J. Habibie, tersebut.
Ditambahkannya, dalam menghadapi ancaman krisis iklim, para petani juga perlu diberikan bimbingan teknis dalam pengolahan lahan. Tujuannya agar penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat dikurangi tanpa berdampak pada produktivitas. Petani juga mendapatkan bimbingan cara pembuatan dan penerapan pupuk organik pada lahan garapannya.
Pengembangan bibit unggul pun, kata Ilham, harus terus dilakukan. Rekayasa teknologi genetik diharapkan dapat membuat bibit yang memiliki masa tanam pendek dengan hasil yang cukup baik. "Berbagai penelitian dan pengujian harus terus dilakukan," tuturnya.
Sementara untuk Pondok Pesantren dapat mengembangkan teknologi terapan pengolahan hasil pertanian. Ilham mencontohkan tomat dapat diolah menjadi saus, pasta, atau jus minuman. Pengembangan itu diharapkan dapat memperkuat perekonomian dan kewirausahaan bagi para santri. "Kolaborasi seperti ini diharapkan bisa menciptakan generasi emas yang beriman, bertakwa dan berteknologi," kata Ilham.