Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Program Alternatif setelah Vonis

Sanksi hukum membuat pedagang komputer jeri meng-install software Microsoft. Kenapa pengguna komputer tak memilih program Linux ataupun Lotus?

14 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEBRAKAN hukum Microsoft rupanya berdampak besar. Sebagaimana ramai diberitakan beberapa pekan lalu, pengadilan di Jakarta menghukum lima pedagang komputer di pusat perdagangan elektronik Manggadua dan Glodok, Jakarta, untuk membayar ganti rugi Rp 8,3 miliar hingga Rp 42,6 miliar kepada Microsoft. Mereka dianggap membajak software (program komputer) Microsoft Office 2000 dan Microsoft Windows milik perusahaan raksasa peranti lunak komputer di Amerika itu. Ternyata, paling tidak sementara ini, di Harco Manggadua, kesibukan penjualan komputer dengan bonus pemasangan software Microsoft tak tampak lagi. Para pedagang hanya melayani penjualan pesawat komputer. "Kami menolak pemasangan program Windows. Bisa-bisa dituntut ke pengadilan," kata seorang pedagang komputer rakitan, Sanjaya. Kalau pembeli mau mencari software, Sanjaya mempersilakannya ke beberapa pedagang khusus software yang tak jauh dari tokonya. Pembeli diharapkan meng-install sendiri software itu di komputernya di rumah. Jadi, tak pula bisa lagi meng-install program di toko komputer dengan biaya murah. "Harga program Windows ME ataupun MS Office 2000 murah, kok. Bahkan, program terbaru Windows XP cuma seharga 20 ribu perak tiap keping," tutur Sanjaya. Sementara itu, banyak pedagang komputer rakitan di Glodok menawarkan program Linux sebagai alternatif. "Saya nggak mau pusing soal lisensi," kata Sutono, seorang pedagang komputer tentang program Microsoft. Memang, berbeda dengan Microsoft, Linux terhitung gratis di-download dari internet, tanpa perlu lisensi. Sekalipun demikian, Sutono agak mempertanyakan aksi hukum Microsoft yang menuntut lima rekannya sesama pedagang ke pengadilan. "Kenapa beberapa penjual compact disk berisi program Microsoft bajakan tak disentuh sama sekali?" ujarnya gusar. Tak bisa dimungkiri, belantara pembajakan program komputer, termasuk Microsoft, ada di mana-mana. Anehnya, cuma lima pedagang komputer itu yang digugat Microsoft. Padahal, menurut data Business Software Administration di Amerika Serikat, tahun 2000 saja, Microsoft ditaksir merugi sekitar US$ 70 juta akibat pembajakan program di Indonesia. Boleh jadi, pembajakan Microsoft lantaran program itu tergolong disukai. Meski harganya mahal, software sistem operasi Windows dan MS Office paling populer. Kata Nunuk Retnaningsih dari perakit berlisensi Zyrex kepada Rian Suryalibrata dari TEMPO, fenomena itu lebih karena pengguna terbiasa menggunakan Microsoft daripada Linux, misalnya. Ari Kunwidodo, Direktur Pemasaran Microsoft Indonesia, menambahkan bahwa harga program Windows 1998 atau Windows ME berikut lisensinya sekitar US$ 70. Adapun harga MS Office 2000/XP adalah US$ 270. Berarti, gabungan program Microsoft itu bisa seharga US$ 340 atau Rp 3,4 juta, dengan kurs dolar Rp 10.000. Namun, untuk versi penuh, MS Office tergolong mahal, yakni US$ 499 dollar atau Rp 4,9 juta. Bandingkan dengan harga komputer yang sudah berprogram Microsoft, umpamanya, di lima pedagang komputer tergugat di atas, yang hanya Rp 5 juta sampai Rp 6,5 juta. Bila harus ditambah dengan harga program Microsoft resmi, berarti harga komputer bisa sekitar Rp 10 juta. Harga mahal ini yang membuat pembeli komputer, juga pedagangnya, menempuh jalan pintas lewat program bajakan. Sebenarnya, pembajakan tak perlu terjadi kalau pembeli komputer mau menilik program alternatif selain Microsoft. Umpamanya, program Linux, yang meliputi operating system Linux dan Star Office. Selain murah, juga bisa di-download gratis dari internet. Kopinya yang legal, hanya Rp 20 ribu. Kalau Linux-RedHat 7.1 plus 2 CDROM asli Amerika harganya Rp 500 ribu. Untuk pengguna perusahaan, Linux-RedHat Delux berikut software server dan workstation 7.1 berharga Rp 3 juta. Linux juga tak kalah canggih dengan Microsoft. Linux-Mandrake versi 8.1, contohnya, cukup enak buat pengguna baru karena desktop dan fasilitasnya mirip Windows. Yang saat ini populer di kalangan pemakai software berbasis terbuka adalah Linux-RedHat dan Linux-Suisse. "Dari segi kamanan, program-program Linux terjamin karena selalu dilengkapi patch (tambalan) untuk memperbaiki bug (lubang)," kata Moefid Tri Martono, ad-ministrator sistem Indolinux. Ada lagi alternatif lain, yakni Lotus SmartSuite Millennium Edition. Software keluaran Lotus-IBM yang jalan di Windows 98 dan Windows 2000 itu mencakup program pengolah kata, grafik, akses, dan presentasi yang tak kalah canggih dibandingkan dengan MS Office. Menurut majalah PC Magazine edisi April 2001, Lotus SmartSuite mudah dipakai dan bagus. Fasilitasnya juga lengkap. Yang paling inovatif adalah Lotus SmartCenter, yang ada di bagian atas desktop tempat organizer berfungsi. Malahan, menurut Teguh Setiawan, manajer software Lotus-IBM Indonesia, Lotus menambahkan dua software yang tak ada di MS Office, yakni organizer dan fasilitas multimedia bernama Lotus ScreenCam. "Software itu kompatibel dengan internet karena semua bisa disimpan dalam file hypertext dan html," katanya. Harga Lotus SmartSuite yang berlisensi untuk Asia US$ 195. "Khusus untuk Indonesia, Lotus-IBM memberi diskon hingga 95 persen. Pemilik komputer tinggal merogoh kocek Rp 100 ribu untuk memperoleh satu CD-ROM Lotus SmartSuite asli," tambah Teguh berpromosi. Sayangnya, Star Office, yang berbasis Windows dan Linux, serta Lotus SmartSuite belum populer. Untuk sistem operasi Linux, komputer pun membutuhkan ruang memori minimal 64 MB RAM, dibandingkan dengan Windows yang hanya butuh 32 MB RAM. "Windows lebih mudah digunakan daripada Linux. Saat ini Linux memang dikembangkan terus. Tapi masih butuh waktu sampai bisa dikemas agar mudah dipakai," kata Bobby Nazief, pakar software dari Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Namun, dari segi keamanan, tambah Bobby, Star Office dan Linux punya kelebihan. Dengan MS Office, ada lubang pada file makro, sehingga seseorang bisa mengirimkan program VBS (virus worm). Namun, dengan Star Office, hal itu tak bisa terjadi lantaran program ini tak mungkin dijalankan untuk aplikasi makro. "Virus-virus yang gampang masuk ke Windows akan sangat sulit masuk ke Linux. Itu karena Linux multiuser dan proteksinya berlapis," sambung Bobby. Dwi Arjanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus