Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senyap. Seperti berada di ruang kedap suara, tak ada sedikit pun bunyi yang terdengar. Itulah yang terjadi pada siapa pun setelah keluar dari sebuah pertunjukan musik nan keras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siapa pun tahu itu disebabkan oleh serbuan bunyi-bunyi keras yang menerpa gendang telinga. Namun para peneliti di Linkoping University (LiU), Swedia, meneliti lebih jauh ihwal hal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasilnya, seperti yang diterbitkan dalam jurnal Proceeding National Academy of Sciences (PNAS) pada pekan lalu, mereka menemukan mekanisme bagaimana ini terjadi.
"Kebanyakan orang pernah mengalami gangguan pendengaran dan telinga terasa mati rasa setelah mendengarkan suara keras," kata Anders Fridberger dari Department of Clinical and Experimental Medicine yang memimpin penelitian ini.
Gangguan itu terjadi hanya beberapa saat, kemudian pendengaran kembali normal. Para peneliti menemukan penyebabnya, yakni struktur kecil di koklea yang dikenal sebagai membran tektorial.
Bagian itu memiliki peran penting dalam proses pemulihan pendengaran. Fungsinya adalah sebagai depot penyimpanan ion kalsium. "Ion kalsium ini berkontribusi untuk mengatur fungsi sel-sel sensorik," ujar Fridberger.
Ion kalsium merupakan atom kalsium dengan muatan positif. Dia memainkan peran kunci dalam proses pendengaran. Konversi gelombang suara ke impuls saraf terjadi di telinga bagian dalam atau yang dikenal sebagai koklea. Bagian ini terlihat seperti cangkang spiral yang dimiliki beberapa siput.
Koklea mengandung banyak sel sensorik yang mendeteksi suara dan menghasilkan sinyal yang diteruskan ke otak.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa cairan yang mengelilingi sel-sel sensorik di koklea memiliki konsentrasi ion kalsium yang rendah. Namun, dengan tingkat kalsium alami, ternyata bagian ini tidak lagi berfungsi secara normal.
Inilah yang membuat para ilmuwan di LiU mengamati konsentrasi ion kalsium di telinga bagian dalam. Kelinci, yang struktur telinganya sangat mirip dengan telinga manusia, menjadi bahan percobaan.
Dengan memberi label ion kalsium secara fluoresensi, para peneliti meneliti tingkat konsentrasi ion. Hasilnya, mereka menemukan bahwa membran yang terletak di atas sel-sel sensorik, membran tektorial, memiliki konsentrasi ion kalsium yang jauh lebih tinggi daripada cairan di sekitarnya.
Membran tampaknya berfungsi sebagai penyimpan, sehingga sel-sel sensorik dikelilingi oleh tingkat ion kalsium yang lebih tinggi daripada yang diyakini sebelumnya.
Ketika para ilmuwan menambahkan zat yang menghilangkan ion kalsium, sel-sel sensorik berhenti berfungsi. Kemudian mereka mengekspos telinga bagian dalam ke tingkat kebisingan yang sesuai dengan yang dialami di konser rock, yang memiliki efek yang sama.
"Ketika kami mengekspos telinga bagian dalam yang terisolasi dengan suara keras di laboratorium, tingkat kalsium dalam membran tektorial turun dan sel-sel sensorik berhenti berfungsi," kata Fridberger.
Kemudian, hasil yang ditemukan adalah setelah beberapa saat, konsentrasi ion kalsium kembali ke tingkat sebelumnya. "Itulah saatnya sel-sel sensorik mulai berfungsi lagi."
Sampai saat ini para ilmuwan berpikir bahwa membran mungil tersebut memiliki fungsi mekanis. Namun temuan para peneliti LiU menunjukkan bahwa membran tektorial mungkin memainkan peran penting dalam mengatur pendengaran dengan menyimpan kalsium.
"Kami tahu bahwa membran tektorial diperlukan untuk pendengaran. Semua itu harus utuh dan terletak dengan benar. Namun kami belum bisa memastikan mengapa kerusakan pada membran ini berkontribusi pada gangguan pendengaran," kata Pierre Hakizimana, salah satu peneliti dalam penelitian tersebut.
Pertanyaan itu membawa berkah selanjutnya. Tim penelitian ini tengah merancang penelitian baru untuk mencari tahu apakah mekanisme yang sama penting dalam gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia.
SCIENCE DAILY | NEURO SCIENCE NEWS | AFRILIA SURYANIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo