Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim peneliti dari Australia dan Jepang berhasil menyelamatkan bayi domba yang lahir prematur. Mereka memasukkan janin domba berusia 105-115 hari ke dalam rahim buatan. Usia ini setara dengan umur janin manusia 23 pekan.
Setelah sepekan di ruang inkubasi buatan, janin domba itu mampu mengembangkan beberapa organ vital dan meningkatkan ketahanan hidup. Janin lahir normal pada usia 148 hari.
Sebelum rahim tiruan ini dibuat, para peneliti hanya bisa menjaga janin domba agar tetap hidup dalam sistem rahim buatan selama 60 jam. Dan anak-anak domba itu mengalami kerusakan otak parah.
Kali ini, setelah sepekan, anak domba lahir sehat dari rahim buatan itu tanpa tanda-tanda kerusakan otak. “Merancang strategi penanganan untuk bayi yang sangat prematur adalah tantangan besar,” kata Matt Kemp, ketua tim peneliti Australia.
Hasil riset ini dipublikasikan di American Journal of Obstetrics & Gynecology. Riset kolaborasi internasional ini melibatkan peneliti dari Women and Infants Research Foundation; Universitas Western Australia; dan Rumah Sakit Universitas Tohoku, Jepang.
Riset menunjukkan anak domba yang lahir prematur dapat dipelihara dalam keadaan sehat dan bebas infeksi dengan pertumbuhan signifikan. Mereka “ditanam” selama sepekan menggunakan terapi lingkungan rahim tiruan di luar rahim asli atau EVE.
Menurut Kemp, dengan pengembangan lebih lanjut, terapi EVE dapat mencegah sakit parah yang diderita bayi prematur. Alat ini penting karena setiap tahun sekitar 30 ribu bayi di Amerika Serikat terlahir prematur. Mereka lahir sebelum 26 pekan.
Padahal bayi mematangkan organ-organ tubuhnya pada usia 37-39 pekan. Adapun bayi prematur lahir pada masa kritis 23-28 pekan. “Pada usia kehamilan ini, paru-paru sering kali secara struktural dan fungsional kurang berkembang,” ujar Kemp.
Tim peneliti berhipotesis bahwa salah satu cara meningkatkan harapan hidup bagi bayi prematur adalah memperlakukannya sebagai janin, bukan bayi kecil.
Peralatan ini pada dasarnya adalah “bak mandi” atau tas cairan berisi ketuban berteknologi tinggi yang dikombinasikan dengan plasenta buatan. Rahim buatan ini diisi cairan ketuban untuk meniru kondisi rahim ibu.
Dengan menyediakan sarana alternatif pertukaran gas untuk janin, peneliti berharap dapat menyelamatkan nyawa bayi yang paru-parunya terlalu muda untuk bernapas dengan benar.
Oksigen eksternal akan mengambil peran plasenta dengan mengubah oksigen yang beredar di sistem itu menjadi karbon dioksida. Jantung dipantau secara ketat sehingga tidak terbebani, sementara organ lain dalam tubuh domba berkembang.
Tujuan akhir, menurut anggota peneliti Haruo Usuda, memberi kesempatan bagi bayi prematur untuk lebih mengembangkan paru-paru dan organ penting lain sebelum dibawa ke dunia.
Ini bukan pertama kalinya rahim buatan digunakan untuk mengembangkan anak domba. Pada April tahun lalu, para peneliti dari Children Hospital of Philadelphia menggunakan metode serupa untuk menginkubasi anak domba.
Rahim buatan itu mampu mengembangkan anak domba tersebut selama empat pekan, tanpa mengalami kerusakan pada otak atau organ tubuh. Kini para ilmuwan di Australia telah mereplikasi alat ini.
Namun para kritikus mengatakan metode ini bisa berbahaya. Sebab, bagaimanapun, ada perbedaan antara bayi domba dan bayi manusia. Misalnya, bayi domba hanya berada di rahim selama lima bulan, sedangkan bayi manusia delapan sampai sembilan bulan.
Bayi domba jauh lebih besar dibanding bayi manusia. Ukurannya bisa mengubah bagaimana rahim buatan harus bekerja untuk bayi kecil. Karena itu, periset tak akan menguji sistem baru ini pada bayi manusia selama lima tahun ke depan.
FIRMAN ATMAKUSUMA | DAILY MAIL | SCIENCE DAILY
Rahim Buatan untuk Bayi Prematur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo