Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BENCANA di laut lepas sering kali terlambat diatasi. Sementara di darat, tim pemadam siap bergerak begitu ada kebakaran, tak demikian halnya dengan insiden di air. Ketika Kapal Motor Laut Teduh terbakar di perairan Merak, Banten, awal pekan lalu, petugas tak tangkas merespons. Penyebabnya: posisi kapal terlalu jauh dari dermaga sehingga siraman air tidak sampai. Tiupan angin kencang juga mempersulit medan. Untuk situasi pelik macam itu, ransel jet buatan Raymond Li ini dapat jadi terobosan.
Ketika baru dikembangkan 11 tahun lalu, Raymond membayangkan ransel jet bertenaga air ini hanya sebagai perangkat rekreasi. Dinamai Jetlev, peneliti asal Kanada ini mengaku terinspirasi oleh ransel jet bertenaga gas, yang memang sudah lebih dulu ada. Dibantu Dewan Riset Nasional Kanada dan Institute of Ocean Technology, Raymond melakukan serangkaian uji coba memastikan keselamatan pengguna alat ini.
Ransel jet tenaga air ini terdiri atas tiga bagian utama: ransel, selang, dan mesin bahan bakar. Ransel dipasang di punggung. Pada dua setangnya, ada alat kontrol untuk mengatur gerak naik-turun dan maju-mundur di udara. Bahannya terbuat dari logam baja atau aluminium ringan, dengan lapisan teflon untuk mencegah korosi. Untuk tumpuan kaki, Li membuat penyanggah yang terhubung ke ransel layaknya ayunan.
Adapun selang karet kaku berdiameter sekitar 20 sentimeter tersambung ke mesin yang selalu di perairan. Ketika pilot mulai menjalankan alat ini, air disedot oleh mesin dan dialirkan ke ransel lalu disemburkan melalui dua saluran ransel menggunakan mesin propulsi. Menurut Li, daya dorong alat itu tiga kali lebih kuat dibanding jet tempur.
Ketika dipamerkan pertama kali di London, Inggris, pertengahan Januari lalu, Jetlev dibanderol dengan harga US$ 99.500 atau hampir Rp 1 miliar. Harga setinggi langit itu dinilai layak. ”Selain bisa dipakai untuk melakukan pencarian dan penyelamatan, inspeksi dan perbaikan struktur laut, serta menyelamatkan nyawa dalam konflik, alat ini bisa untuk rekreasi,” kata Raymond Li.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo