Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PELABUHAN Santolo di pesisir selatan Garut bagaikan kota mati siang itu. Kapal-kapal tertambat rapi. Laut tenang dan angin semilir, yang selalu dinanti pencari ikan, tak membuat mereka berangkat melaut. Kamis pagi dua pekan lalu, tak satu pun dari 4.000-an nelayan di sekitar Santolo menyentuh kapalnya. ”Kami dilarang melaut,” kata Asep Dabu, nelayan setempat.
Larangan itu lahir bukan lantaran ada bahaya tsunami. Hari itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) hendak meluncurkan tiga roket dari Stasiun Peluncuran Cilauteureun, Kecamatan Pameungpeuk, 90 kilometer dari Kota Garut, Jawa Barat. ”Peluncuran roket berbahaya katanya bagi kami,” kata Asep. Walhasil, sepanjang hari Asep dan kawan-kawannya cuma mengamati langit, menonton roket yang membelah awan.
Tiga roket eksperimen (RX) yang disiapkan sebagai pendorong satelit itu meluncur mulai pukul delapan pagi waktu setempat. Ketiga roket itu terdiri atas dua RX-100 dan satu roket jenis RX-420. Angka tersebut menunjukkan milimeter garis tengah roket. ”Semua meluncur mulus,” kata Elly Kuntjahyowati, juru bicara Lapan.
Roket pertama, RX-420, mengudara setelah dilepas oleh Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun. Sedangkan dua unit RX-100—yang merupakan roket sirip untuk kendali terbang—masing-masing diluncurkan oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Marzan Iskandar dan perwakilan PT Dirgantara Indonesia. Peluncuran yang dilakukan di bawah pengamanan ketat polisi yang menjaga sekeliling stasiun itu juga dihadiri Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman.
Menurut Kusmayanto, RX-420 merupakan roket terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Roket sepanjang 6,2 meter ini memiliki bobot satu ton. Menggunakan bahan bakar propelan solid-komposit dengan waktu pembakaran 13 detik dan waktu terbang 205 detik, roket ini bisa mencapai kecepatan maksimum 4,5 mach atau 5.500 kilometer per jam. Dengan kemiringan 70 derajat, jangkauannya diperkirakan 101 kilometer, dengan ketinggian 53 kilometer di atas permukaan laut.
Karena ukuran roket yang besar itulah para nelayan di Santolo dilarang melaut. Sejak malam sebelum peluncuran, polisi menutup Jalan Kiarakohot, satu-satunya akses menuju pelabuhan. Sejumlah nelayan sempat bergerombol nekat melaut, tapi dibubarkan oleh petugas keamanan. ”Kami khawatir nelayan tertimpa selongsong roket,” kata Elly. Beruntung, cuaca baik sehingga tidak ada penundaan peluncuran. ”Kami bisa mendapatkan data yang diperlukan di sepuluh detik pertama,” katanya.
Menurut Elly, informasi pada sepuluh detik pertama yang juga disebut golden data itu menjadi bekal penting untuk merekonstruksi perilaku terbang roket dengan rasio kesalahan lima persen. Berdasarkan informasi itu pulalah dapat diketahui bahwa RX-420 meluncur mulus karena motor dan bahan bakar roket berfungsi baik. Tapi tidak diketahui lokasi jatuhnya selongsong roket tersebut. Elly mengatakan, hal itu terjadi karena roket tidak dipasangi alat pelacak. ”Pastinya jatuh ke laut,” ujarnya.
Adapun misi peluncuran tersebut adalah mengetahui sejauh mana kemampuan roket itu menembus atmosfer. Sebelumnya, pada uji coba statis (tanpa diterbangkan) yang dilakukan di Kecamatan Tarogong, Garut, pada 23 Desember 2008, roket ini dinilai mampu mengudara. Peluncuran kali ini juga menguji kemampuan roket menembus daerah subsonik dan supersonik karena saat melintas melebihi kecepatan suara, panas akibat gesekan badan roket dan atmosfer melampaui 1.200 derajat Celsius.
Kusmayanto Kadiman mengatakan RX-420 dan pendahulunya merupakan cikal-bakal roket peluncur satelit. ”Kami sudah menyiapkan proyek Satellite Launcher Vehicle, dengan roket sebagai peluncurnya. Yang penting, harus disiapkan ketelitian dan teknik tinggi untuk pengaturan separasi susunan roket yang membawa satelit hingga orbitnya,” katanya. Ia mengatakan seluruh bahan baku roket bisa diperoleh di dalam negeri. Selain mudah, itu sekaligus sebagai antisipasi jika ada embargo dari negara lain.
Dari hasil uji terbang itu, kata Elly, dapat diketahui spesifikasi teknis persyaratan roket pengorbit satelit. Untuk meluncurkan satelit, diperlukan empat tingkat roket. Rencananya, Lapan akan menggunakan roket jenis RX-320 yang telah diuji coba pada 2008 dan roket RX-420 yang dipasang di sisi kanan dan kiri untuk mendorong satelit ke angkasa. Dua roket lagi juga sudah disiapkan, jenis RX-420, dan akan diuji tahun depan. Semua roket itu diharapkan bisa mendorong satelit sejauh 3.600 kilometer.
Seluruh uji coba direncanakan selesai pada 2015, dan roket siap mengantarkan satelit yang diberi nama Nano Satellite dengan ketinggian 300 kilometer dan kecepatan 7,8 kilometer per detik. Jika berhasil, Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan lokal. Dan pengorbanan nelayan Pameungpeuk yang berhenti melaut pun tak sia-sia.
Adek Media, Sigit Zulmunir
Menuju Peluncur Satelit
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 RX-420
Uji statis dan terbang RX-320
Uji statis dan terbang RX-420
Uji terbang dan separasi RX-420-420
Uji darat dan fabrikasi 420-420-320 dan SOB420
Uji terbang orbit 420-420-320 dan SOB420
Evaluasi dan fabrikasi 420-420-420-320 dan SOB420
Uji terbang orbit II 420-420-420-320 dan SOB420
Peluncuran satelit
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo