Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA peristiwa besar dalam dua bulan terakhir membayangi peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang tahun ini mengambil tema "Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif". Belum juga terang penanganan masalah sampah yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan Pemilihan Umum 2024, persoalan serupa kini mencuat di tengah masa mudik Lebaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan pergerakan 193,6 juta pemudik tahun ini menambah timbunan sampah sebanyak 58 ribu ton. Artinya, selama dua pekan masa mudik Lebaran, akan ada tambahan 4.143 ton sampah setiap hari. Angka ini setara dengan hampir dua kali lipat timbunan sampah harian DKI Jakarta sepanjang tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi tersebut memperbesar risiko pengelolaan sampah nasional yang sebelumnya telah ditimbulkan oleh penyelenggaraan Pemilu 2024. Kegiatan kampanye yang dimulai sejak tahun lalu, terutama berupa penggunaan alat peraga, ditaksir telah menghasilkan sedikitnya 784 ribu meter kubik atau setara dengan 392 ribu ton sampah.
Tambahan sampah dari dua momen akbar tersebut menjadi ancaman serius bagi pemerintah yang sewindu lalu telah mencanangkan target Indonesia Bersih Sampah 2025. Waktu yang tersisa untuk mewujudkan komitmen pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen tinggal setahun.
Sejauh ini, realisasi target tersebut belum menggembirakan. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukkan sepanjang tahun lalu rata-rata pengurangan sampah di 115 kabupaten/kota yang tersebar di 28 provinsi hanya 14,25 persen. Sampah yang terkelola rata-rata baru sebesar 60,92 persen.
Truk menurunkan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kawatuna, Palu, Sulawesi Tengah, 2 April 2024. ANTARA/Basri Marzuki
KLHK bukannya tak sadar akan meningkatnya risiko pengelolaan sampah tersebut. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 5 Tahun 2024 tentang Pengendalian Sampah Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Warkat tertanggal 28 Maret 2024 itu berisi imbauan kepada seluruh gubernur, bupati, dan wali kota agar mengambil langkah aktif dalam upaya mengurangi serta menangani tambahan sampah hasil mudik Lebaran.
Langkah aktif yang dimaksudkan dalam warkat itu meliputi beberapa kegiatan, dari sosialisasi hingga penyediaan sarana pengelolaan sampah pada titik sentral jalur mudik. Beberapa lokasi yang menjadi fokus penanganan meliputi terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandar udara. Para kepala daerah juga diimbau menggalakkan pelaksanaan Lebaran minim sampah di lingkungan pemerintahan, seperti menggunakan wadah yang bisa digunakan kembali, menghindari kemasan plastik dan barang sekali pakai lainnya, serta mengkonsumsi makanan tahan lama.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun, dan Berbahaya KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan program Mudik Minim Sampah ini mengajak pemudik dan semua pemangku kepentingan untuk turut serta dalam mengelola dan mengurangi timbulan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Vivien mengimbau para penyelenggara angkutan mudik, pengelola jalan tol dan tempat istirahat, terminal, pelabuhan penyeberangan, bandara, stasiun kereta api, serta tempat wisata agar memfasilitasi tempat sampah terpilah. Mereka juga diminta memasang pemberitahuan kepada pemudik agar meletakkan sampah terpilah atau dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. "Agar lebih mudah dalam penanganannya dan menghindari penumpukan sampah," kata Vivien pada 5 April lalu.
Pemudik beristirahat saat berhenti di titik zona penyangga atau buffer zone pada arus mudik Lebaran 2024 di kawasan Gilimanuk, Jembrana, Bali, 5 April 2024. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Kabar Tak Sedap dari Lapangan
Nyatanya, kabar dari sejumlah daerah tak semuanya menggambarkan imbauan tersebut. Hingga 11 April lalu, sampah memenuhi wajah jalur nasional di sekitar Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Sampah-sampah itu, terutama plastik sisa kemasan makanan dan minuman, berserakan akibat antrean panjang kendaraan yang meningkat seiring dengan arus mudik Lebaran 2024.
Lurah Gilimanuk Ida Bagus Tony Wirahadikusuma mengatakan volume sampah di wilayahnya meningkat beberapa hari terakhir. Pada masa normal, volume sampah hanya sekitar 1 ton per hari. Namun beberapa hari terakhir timbulan sampah bisa mencapai 4-5 ton per hari. "Kenaikan sudah sejak H-4 lalu dan oleh petugas diangkut ke TPA," kata Tony seperti dikutip dari Balipost, mitra Teras.id—bagian Tempo Media Group—pada Kamis lalu.
Menurut Tony, sebanyak 25 petugas kebersihan dan dua truk sampah telah disiagakan untuk mengatasi penambahan sampah pada masa mudik Lebaran. Papan imbauan kepada pemudik agar tidak membuang sampah sembarangan juga dipasang di berbagai lokasi. "Namun karena kondisi gelap dan antrean beberapa waktu lalu, sampah berserakan," kata dia.
Kondisi tersebut mulai memantik keresahan warga Gilimanuk. Pasalnya, sampah yang berserakan itu tak hanya mengganggu pemandangan, tapi juga menimbulkan bau tak sedap.
Membeludaknya timbulan sampah selama periode mudik Lebaran juga terjadi di Kota Bandung, Jawa Barat. Sejumlah titik di Jalan Ahmad Yani, Cicadas, misalnya, belakangan menjadi area pembuangan sampah sembarangan. Setidaknya hingga Jumat, 12 April lalu, timbunan sampah yang ditengarai buangan para pendatang dari luar wilayah Bandung tersebut masih menumpuk. Sedangkan proses pengambilan sampah oleh petugas ditengarai juga tersendat pada masa liburan.
Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat sebenarnya telah mengatur ulang jam operasional Tempat Pembuangan Kompos (TPK) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat selama Ramadan dan Lebaran tahun ini. Selama Ramadan, jam operasional TPK Sarimukti telah ditambah pada pukul 05.00-16.30. Sedangkan khusus pada 9 April lalu, atau H-1 Lebaran, TPK Sarimukti dibuka 24 jam. Namun fasilitas pengolahan sampah itu ditutup pada Hari Raya Idul Fitri, 10 April lalu, untuk kemudian dibuka lagi sehari berselang.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtyas, kuota pembuangan sampah di TPK Sarimukti juga ditambah sesuai dengan kebutuhan. Tambahan kuota terbanyak diberikan kepada Kota Bandung, yakni 2.512 ton, dari semula batas awalnya hanya 4.448,5 ton menjadi 6.961 ton. Tambahan kuota pengiriman sampah ke TPK Sarimukti juga diberikan ke wilayah lain, seperti Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Bandung. "Kuota ini diberikan sampai 30 April mendatang," tutur Prima.
Pemulung mencari botol plastik di tumpukan sampah yang dibuang di pinggir Jalan Ahmad Yani, di kawasan Cicadas, Bandung, Jawa Barat, 12 April 2024. TEMPO/Prima Mulia
Dampak Jika Sampah Mudik Tak Tertangani
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengingatkan ihwal pentingnya mengurangi sampah, termasuk pada masa mudik Lebaran. Masyarakat, kata dia, perlu membangun budaya baru di momen tahunan ini.
Selain tak membuang sampah sembarangan, dia mencontohkan, hal sederhana yang bisa dilakukan masyarakat adalah makan dan minum secukupnya. Dengan begitu, tak ada sampah sisa makanan. Masyarakat juga bisa mengurangi penggunaan kemasan plastik. "Jika terpaksa menggunakan plastik, pastikan dan diberikan ke pemulung, bank sampah, atau tempat pengumpul daur ulang sampah anorganik berbasis aplikasi," ujar Nirwono seperti dikutip dari Antara pada Senin lalu.
Menurut dia, masyarakat juga perlu menekan hasrat belanja pakaian, yang selalu marak pada masa Lebaran. Dia mengingatkan selama ini tren fast fashion menjadi salah satu penyumbang emisi karbon dan polusi air. "Lebih baik memakai baju Lebaran yang sudah ada," kata anggota Dewan Pertimbangan Adipura KLHK itu.
Kajian lembaga riset YouGov pada Januari lalu menggambarkan tingginya niat belanja masyarakat pada masa Ramadan dan Lebaran tahun ini. Sebanyak 48 persen, dari total 2.136 responden berusia 18 tahun atau lebih, menyatakan rencana mereka untuk menambah besaran dana belanja makanan dibanding pada momen yang sama tahun lalu. Sebanyak 33 persen responden juga berniat menambah alokasi dana belanja pakaian.
Dan sepekan terakhir, wajah kanal media sosial pemerintah agaknya terus berupaya meredam hasrat tersebut. Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN-PSL), yang terdiri atas sejumlah kementerian dan lembaga, misalnya mengingatkan soal besarnya dampak buruk timbulan sampah bagi perairan serta kualitas air di Indonesia.
Saat ini, merujuk pada data TKN-PSL, sebanyak 80 persen sampah laut di Indonesia berasal dari daratan. Sebanyak 30 persen di antaranya merupakan sampah plastik. Setiap tahun, sebanyak 1,29 juta ton sampah plastik diperkirakan masuk ke perairan Indonesia akibat pasang-surut ombak.
Pembuangan sampah plastik yang sulit terurai itu berpotensi mengakibatkan pendangkalan wilayah perairan sehingga bisa memicu banjir. Selain itu, bila sampai terurai, partikel plastik juga mengancam kesehatan manusia. "Penguraian sampah plastik bisa memakan waktu 20-500 tahun lamanya," begitu dituliskan dalam konten edukasi TKN-PSL pada 7 April lalu, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Dunia. "Bila tidak terurai dengan benar, proses penguraian plastik justru menghasilkan partikel kecil atau mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang lebih berbahaya serta beracun."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo