Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Sebanyak 3.450 bangunan runtuh akibat gempa di Turki.
Pasca-gempa 1999, Turki mewajibkan bangunan tahan gempa.
Pakar kegempaan Inggris, Mark Quigley, mencari penyebab besarnya dampak kerusakan gempa di Turki.
Sepasang gempa bumi dahsyat mengguncang Turki pada 6 Februari lalu, menyebabkan lebih dari 7.800 orang tewas. Banyak pula orang yang terluka atau mengungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gempa pertama terjadi di sekitar Gaziantep, di dekat perbatasan Suriah, dengan magnitudo 7,8 dan terasa hingga Inggris Raya. Guncangan kedua terjadi sembilan jam kemudian, sepertinya terjadi karena patahan yang saling bertemu, dengan magnitudo 7,5.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Runtuhnya sekitar 3.450 bangunan, menurut pemerintah Turki, juga memperbesar dampak gempa. Banyak bangunan modern yang rebah menjadi semacam “kue dadar bertumpuk (pancake mode)” akibat keruntuhan struktur.
Kenapa hal ini terjadi? Apakah hanya karena besarnya magnitudo dan kuatnya gempa, ataukah bangunannya bermasalah?
Ribuan Tahun Gempa Bumi
Gempa bumi biasa terjadi di Turki karena negara ini terletak di wilayah yang sangat aktif secara seismik. Di bawah permukaan wilayah ini, tiga lempeng tektonik bergesekan. Catatan sejarah gempa bumi di wilayah tersebut terbentang setidaknya 2.000 tahun silam hingga gempa pada 17 Masehi yang meratakan selusin kota.
Zona patahan Anatolia Timur, yang menjadi tuan rumah gempa bumi ini, berada di perbatasan antara lempeng tektonik Arab dan Anatolia. Mereka bergerak melewati satu sama lain dengan kecepatan 6-10 mm per tahun. Regangan elastis yang terakumulasi di zona batas lempeng ini dilepaskan oleh gempa bumi berselang-seling yang terjadi selama jutaan tahun. Dengan demikian, gempa bumi yang baru terjadi tidaklah mengejutkan.
Terlepas dari bahaya seismik yang terkenal, wilayah ini juga memiliki banyak infrastruktur yang rentan.
Selama 2.000 tahun terakhir, kita banyak belajar tentang cara membangun gedung tahan gempa yang parah sekalipun. Namun, pada kenyataannya, banyak faktor yang mempengaruhi praktik pembangunan gedung di wilayah ini ataupun wilayah lainnya di dunia.
Foto satelit memperllihatkan gedung di sekitar stadion ambruk akibat gempa di Kahramanmaras, Turki, 8 Februari 2023. Maxar Technologies/REUTERS
Konstruksi yang Buruk Adalah Masalah Umum
Banyak bangunan yang runtuh tampaknya dibangun dari beton tanpa penguatan seismik yang memadai. Ketentuan seismik bangunan di wilayah ini menunjukkan bangunan ini seharusnya mampu menahan gempa bumi yang kuat (saat tanah bergoyang sangat cepat sebesar 30-40 persen dari gravitasi normal) tanpa menimbulkan kegagalan struktur.
Gempa berkekuatan magnitudo 7,8 dan 7,5 tampaknya menyebabkan guncangan dalam kisaran 20-50 persen gravitasi. Sebagian bangunan ini dengan demikian gagal pada intensitas guncangan yang lebih rendah dari “aturan desainnya”.
Ada masalah umum di Turki dan di tempat lain dalam hal memastikan konstruksi bangunan yang aman serta kepatuhan terhadap ketentuan seismik bangunan. Runtuhnya bangunan serupa terlihat dalam gempa bumi yang lalu di Turki.
Pada 1999, satu gempa besar di dekat Izmit menewaskan sekitar 17 ribu orang dan lebih-kurang 20 ribu bangunan runtuh.
Setelah gempa pada 2011 yang menewaskan ratusan orang, Perdana Menteri Turki saat itu, Recep Tayyip Erdogan, menyalahkan konstruksi yang buruk untuk jumlah kematian yang tinggi. Dia mengatakan, “Pemerintah kota, pemgembang, dan pengawas sekarang seharusnya melihat bahwa kelalaian mereka sama dengan pembunuhan.”
Rumah sakit yang hancur akibat gempa di Iskenderun, Hatay, Turki, 7 Februari 2023. REUTERS/Benoit Tessier
Rekonstruksi
Meski otoritas Turki tahu banyak bangunan tidak tahan gempa, masalah ini masih sulit dipecahkan. Banyak bangunan sudah berdiri dan ongkos penguatan seismik mungkin mahal atau tidak diprioritaskan ketimbang tantangan sosio-ekonomi lainnya.
Namun rekonstruksi setelah gempa memberikan peluang pendirian kembali bangunan yang lebih aman. Pada 2019, Turki mengadopsi peraturan baru untuk memastikan bangunan lebih siap menghadapi guncangan.
Meski aturan baru ini disambut baik, masih harus dilihat apakah ketentuan tersebut akan mengarah pada peningkatan kualitas bangunan yang sesungguhnya.
Selain hilangnya nyawa dan kerusakan infrastruktur, kedua gempa bumi tersebut kemungkinan besar menyebabkan banyak dampak lingkungan, seperti permukaan tanah yang pecah, tanah yang mencair, dan tanah longsor. Efek ini dapat membuat banyak area menjadi tidak aman untuk dibangun kembali. Karena itu, upaya rekonstruksi juga harus mencakup keputusan perencanaan tempat yang dapat dibangun untuk menurunkan risiko di masa depan.
Untuk saat ini, gempa susulan terus mengguncang wilayah tersebut. Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Setelah debu mereda, rekonstruksi akan dimulai. Akankah kita melihat bangunan yang lebih kuat untuk menahan gempa berikutnya, atau lebih-kurang sama saja?
---
Artikel ini ditulis oleh Mark Quigley, Lektor Kepala Ilmu Kegempaan di University of Melbourne, Australia. Terbit pertama kali di The Conversation.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo