Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETIAP tahun berjuta ekor binatang, terutama tikus, kelinci, dan monyet, harus kehilangan nyawa demi melayani laboratorium penelitian obat-obatan. Menurut People for the Ethical Treatment of Animals, organisasi aktivis pelindung hak binatang yang berbasis di Amerika Serikat, di dalam laboratorium, hewan-hewan itu setiap hari hanya berbaris menunggu mati.
April lalu, kabar gembira datang dari Laboratorium Rekayasa Biologi Institut Wyss, Universitas Harvard, Boston, Amerika Serikat. Berkat penelitian yang dipimpin Profesor Donald Ingber, sekarang tak perlu lagi ada tikus, kelinci, atau monyet mati demi percobaan obat-obatan. Mereka berhasil menemukan teknologi yang bisa menggantikan peran hewan dalam penelitian efektivitas dan keamanan obat. Bahannya sederhana: silikon.
Ingber dan timnya membuat replika paru-paru manusia dalam sekeping silikon tembus pandang. Kepingan ini bisa berfungsi layaknya sel dalam organ vital pernapasan manusia itu. Rencananya, paru-paru silikon ini menggantikan peran hewan sebagai media percobaan, untuk menguji efektivitas dan keamanan obat baru.
Kepingan silikon itu memiliki empat saluran kecil yang dipisahkan membran bening berbolong-bolong. Lubang itu bisa dialiri udara layaknya paru-paru makhluk hidup. Bagian atas saluran diisi sel hidup dari paru-paru manusia, sedangkan pada rongga bagian bawah ditempatkan sel dari jaringan kapiler, menyerupai jalan darah manusia. Dua lubang lain difungsikan sebagai tempat udara masuk ke tubuh, yang nantinya memompa gerakan naik-turun dan membal, persis paru-paru manusia.
Untuk menciptakan kondisi infeksi paru, pada saluran tempat sel hidup paru-paru berada, para peneliti menempatkan bermacam bakteri. Sedangkan di dalam saluran darah ditempatkan banyak sel darah putih. Infeksi buatan akan terjadi manakala ada sel darah putih yang menembus membran dan menempel di lapisan sel paru, sehingga mengundang bakteri.
Penciptaan kondisi infeksi penting untuk mencari tahu dan memperkirakan kemungkinan infeksi terjadi, sehingga para peneliti lain bisa mencoba-coba langkah penyembuhannya. Maka terciptalah sebuah obat bagi penyakit infeksi paru. Namun jangan disangka hal ini mudah. Semua proses dalam kepingan sebesar keping kartu telepon seluler itu terjadi dalam ukuran mikro.
Perusahaan obat Merck kini mulai bermain dengan teknologi ini. Meski belum resmi menguji coba, mereka mengklaim teknologi organ buatan ini sangat bermanfaat terutama untuk meneliti penyakit asma. "Kami bisa jauh berhemat. Perburuan senyawa bagi terciptanya obat baru kini bisa lebih murah. Sekarang paru, di masa yang tak lama lagi mungkin semua organ vital manusia bisa dibuat tiruannya untuk penelitian," kata Don Nicholson, pengawas penelitian di laboratorium obat pernapasan Merck.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo