Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kapal perang terbesar milik Angkatan Laut Iran terbakar dan karam di perairan pantai Jask, Iran di Teluk Oman, pada pekan lalu. Kharg adalah sebuah kapal tanker dan kargo yang dipersenjatai ringan. Tragedi yang dialaminya segera disusul dengan sejumlah spekulasi tentang keterlibatan spionase Israel di balik kebakaran itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua negara memang dikenal terlibat dalam serangkaian konflik di laut yang tidak dideklarasikan secara terbuka sepanjang beberapa tahun belakangan. Keduanya saling sabotase kapal di tengah perairan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada hari Kharg terbakar dan tenggelam, sebuah kobaran api juga membekap kilang minyak yang melayani ibu kota Iran, Teheran. Pada April lalu, pemadaman menyelimuti fasilitas nuklir di Natanz. Keduanya juga dicurigai buah sabotase Israel.
Sejumlah pakar di Iran mengelompokkan ketiga peristiwa terbaru itu bersama serangkaian insiden kebakaran pada 2020 lalu di fasilitas nuklir, kilang minyak, pembangkit listrik, serta kawasan industri dan bisnis besar di wilayah Iran.
Adapun Israel dianggap memiliki motif terbesar untuk upayanya menghambat pengembangan senjata nuklir Iran. Israel juga dianggap berkepentingan membalas secara langsung dukungan yang diberikan Iran kepada kelompok Hamas dan Hizbullah. Pada konflik Israel-Palestina bulan lalu misalnya, Iran diketahui memasok sejumlah besar roket darat-ke-darat yang digunakan Hamas untuk menyerang target-target di Israel.
***
Api diketahui mulai berkobar di atas Kharg, sebuah kapal sepanjang 207 meter--setara kapal perang amfibi kelas San Antonio milik Amerika Serikat, pada Selasa malam, 1 Juni 2021. Sebanyak seluruh 400 kru dan kadet berhasil dievakuasi dari kapal yang terbukti tak terselamatkan itu. Beberapa jam kemudian, kapal itu tenggelam di lokasi sekitar 6 mil dari garis pantai Jask.
Kharg memiliki bobot 33.544 ton dan normalnya memuat sebanyak 248 kru. Kapal ini tiba dari Inggris pada 1984 tanpa persenjataan, tapi kemudian dimodifikasi pada awal 1990-an dengan ditambahkan di atas deknya artileri Oto Melara 76-millimeter dan enam pasang yang kaliber 23 milimeter. Kharg juga menyediakan ruang yang setara muatan sebanyak enam helikopter SH-3 Sea King.
Kebanyakan armada Iran di laut, seperti halnya Kharg dan jajaran helikopter Sea King itu, adalah peninggalan pembelian sebelum Revolusi Iran 1979 dan embargo senjata yang dialaminya dari dunia internasional. Sejak itu Iran telah berusaha menciptakan industri kapal perang domestiknya sendiri, namun produk terbesarnya hingga saat ini adalah kapal frigat kelas Mowj yang berbobot 1.400 ton.
Armada kapal perang Iran memiliki kapasitas jelajah terbatas sehingga kerap bergantung kepada Kharg untuk misi ke luar dari kawasan Timur Tengah. Didesain sebagai tanker Angkatan Laut, Kharg di antaranya memberi peran kunci dalam misi pelayaran ke Laut Tengah pada 2011. Pun saat 2014, Kharg juga hadir dalam klaim pelayaran pertama Angkatan Laut Iran ke Samudera Atlantik.
Kharg, Kapal perang Iran. REUTERS/Davoud Poorsehat/IRNA/File Photo
Kharg juga berfungsi sebagai kapal untuk latihan, mengangkut 300-400 kadet angkatan laut. Tahun lalu, kapal ini beroperasi di Samudera Hindia bersama 300 kadet. Beberapa laporan juga menyebut, saat terbakar dan tenggelam pekan lalu, Kharg memiliki 400 kadet yang sedang tergabung dalam pelatihan bersama Angkatan Laut Rusia.
Posisinya dalam latihan itu dikabarkan segera digantikan Makran, eks supertanker sipil yang sejak Oktober 2020 lalu beralih fungsi menjadi 'kapal induk' di garis depan kekuatan maritim Iran. Memiliki panjang 230 meter, inilah satu-satunya kapal yang mengalahkan ukuran Kharg setelah sekian lama. Kapasitasnya, selain membawa muatan minyak, cukup digunakan sebagai helipad juga kargo tambahan termasuk perahu atau kapal selam.
Makran, saat Kharg terbakar, sedang dalam misi mendampingi sebuah gugus tugas Angkatan Laut Iran mengarungi Samudera Atlantik. Mengangkut sedikitnya tujuh perahu serbu cepat, rombongan diduga menuju Venezuela--meski tidak ada konfirmasi dari Iran maupun Venezuela. Saat ini, Makran--dikawal oleh satu kapal frigat--dilaporkan telah langsung dipanggil pulang.
POPULAR MECHANICS | USNI