Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Setelah N219 Terbang Tinggi

Palmana Banandhi, 47 tahun, memeras otak membuat program agar kapasitas para perancang pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kian terasah.

18 September 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Palmana Banandhi, 47 tahun, memeras otak membuat program agar kapasitas para perancang pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kian terasah. Diangkat sebagai Manajer Pengembangan Teknologi dan Produk Baru PTDI lima tahun lalu, ia risi melihat para insinyur hanya berkutat merakit atau memodifikasi pesawat yang sudah ada, termasuk pesawat CN-235, jualan andalan PTDI. "Ketemu ide kenapa tidak memoles CN-235 menjadi sesuatu yang baru," kata Palmana saat ditemui di PTDI Bandung, awal September lalu.

Di sela tugas sebagai Chief Engineer Program Pesawat N219 yang sukses terbang perdana pada 16 Agustus lalu, Palmana bersama anak buahnya membuat model tiga dimensi pesawat baru itu. Menggunakan peranti lunak CATIA buatan Dassault Systemes, ia dan timnya memermak CN-235 yang berkapasitas 44 penumpang. Pintu belakang, yang menjadi ciri khas CN-235, dihilangkan sehingga bisa menempatkan enam kursi lagi.

Hasil pengembangan CN-235 itu mereka namai N245. Palmana menyampaikan ide awal pembuatannya dalam rapat antardivisi yang membahas strategi perusahaan menggenjot pemasaran CN-235 pada 2014. "Gak usah, kita mikir CN-235 saja," kata Palmana menirukan kalimat penolakan yang diterimanya dalam rapat itu.

Namun gagasan N245 itu malah jadi bahan diskusi yang menggairahkan dengan kawan-kawan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang diperbantukan di PTDI untuk menggarap pesawat N219. Lapan bahkan mengadopsi ide pengembangan pesawat kelas menengah itu sebagai bagian dari peta jalan Pusat Teknologi Penerbangan Lapan yang baru dibentuk lagi.

Setahun berselang, menjelang seremoni perkenalan fisik pesawat N219 pertama kali ke publik pada Desember 2015, tiba-tiba Palmana dipanggil Direktur Utama PTDI kala itu, Budi Santoso, yang ditemani Direktur Produksi Arie Wibowo. Palmana kaget karena petinggi PTDI memintanya membuka lagi ide pengembangan pesawat N245.

Direktur Operasional PTDI Arie Wibowo mengatakan N245 memang dirancang melayani penerbangan dengan waktu tempuh pendek, maksimal satu setengah jam. Rancangan tak lazim juga diterapkan di pesawat ini dengan mencoret bagian kargo. "Penumpang bisa bawa barang dan taruh di kargo kabin, seperti di kereta api. Ini murni idenya Pak Budi Santoso," ujar Arie.

Arie optimistis pesawat N245 itu bakal punya kelebihan dibanding pesaing terberat di kelas pesawat 50 penumpang, yakni ATR 42. Keunggulan N245 adalah kemampuannya lepas landas dan mendarat di landasan pendek kurang dari seribu meter. "ATR 42 enggak bisa landing di landasan di bawah seribu meter," tuturnya.

Kendati punya ambisi demikian, Arie mengatakan fokus pengembangan N245 itu justru untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Di seluruh dunia, menurut Arie, pasar pesawat kelas 50 penumpang hingga 2035 diprediksi menembus 1.017 unit. PTDI menargetkan 17 persen dari pangsa pasar itu. "Di Indonesia sendiri potensinya 40 unit."

Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan N219 dan N245 dibuat dengan mempertimbangkan karakteristik alam Indonesia. Pesawat kelas menengah ini, menurut Thomas, dapat menjadi angkutan penghubung antarpulau dan antarkota yang memiliki landasan pacu pendek.

Lapan, Thomas menyebutkan, mendapat amanat dari undang-undang untuk mengembangkan teknologi dan industri penerbangan. Seperti pada N219, Lapan akan mendanai riset dan pengembangan N245 sampai tahap sertifikasi. "Anggarannya belum ditetapkan. Yang pasti di atas Rp 1 triliun," ujarnya. Anggaran N219 saja, menurut Thomas, Rp 800-900 miliar sampai mendapatkan Sertifikat Tipe A.

Arie menaksir biaya pengembangan N245 hingga mengantongi sertifikasi itu mencapai Rp 2,9 triliun. "Untuk bikin tiga prototipe dan sertifikasi," tuturnya.

Lapan pun mengikutsertakan para insinyurnya di Pusat Teknologi Penerbangan. Di N219 ada 30 insinyur yang terlibat, sedangkan N245 akan bertambah menjadi 50 insinyur. Lapan juga menyediakan fasilitas miliknya, seperti terowongan angin dan drop test.

Dalam waktu bersamaan, PT Regio Aviasi Industri (Rai) yang didirikan presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, pada 2012, juga memiliki proyek strategis nasional, yakni R80. Direktur Utama PT RAI, Agung Nugroho, mengatakan perusahaannya menjadi sponsor, inisiator, dan pencipta R80, pesawat baling-baling turbo berkapasitas 80-92 penumpang. "Kami bukan mau membuat tandingan PTDI. Pekerjaan ini sebagian besar akan dilakukan oleh PTDI," ujar Agung, yang pernah menjadi Kepala Aerodinamika program N250 di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)- yang pada 2000 berubah nama menjadi PTDI.

Agung mengatakan R80 telah menyelesaikan fase pertama berupa rancangan konseptual; studi kelayakan; mendapatkan empat pelanggan potensial yang memesan total 155 unit; serta penyiapan dokumen investasi sebesar Rp 18 triliun (sekitar US$ 1,5 miliar). Tahun depan, menurut Agung, akan masuk ke fase kedua untuk membuat rancangan detail dan membangun enam unit purwarupa.

R80 akan bersaing dengan produk pabrikan Italia-Prancis lainnya, ATR 72, yang berkapasitas 72 penumpang, serta Bombardier Dash 8 Q400 buatan Kanada yang berdaya angkut 76 penumpang. "R80 lebih ekonomis karena daya angkutnya lebih banyak," ujar Agung.

Agung mengatakan, untuk menjawab persyaratan operasi yang jauh lebih berat, R80 menggunakan teknologi yang 10-15 tahun lebih modern ketimbang ATR 72 maupun Dash 8 Q400. Misalnya, teknologi avionic yang memenuhi persyaratan CNS/ATM (communication, navigation, surveillance/air traffic management) pada 2020 ke atas.

RAI menargetkan R80 akan bisa diperlihatkan ke publik pada 2022. Setelah itu, penerbangan perdana dan pengujian untuk memperoleh sertifikat tipe dari Kementerian Perhubungan diharapkan pada 2025. Sertifikat European Aviation Safety Agency juga jadi target agar pesawat ini bisa ditawarkan ke konsumen luar negeri. "Jika sudah mendapat sertifikat tipe, kami akan mulai produksi serial R80 yang rencananya sebanyak 560 unit. Kapasitas produksi kami sekitar 40 unit per tahun, jadi butuh 15 tahun," ujar Agung.

Dody Hidayat, Ahmad Fikri (Bandung)


Adu Kuat Pesawat Regional

Pabrikan pesawat terbang Prancis-Italia, ATR, dan perusahaan Kanada, Bombardier, menjadi pemimpin pasar pesawat kelas menengah berkapasitas di bawah 100 penumpang.

N245 dan R80 akan bersaing merebut pangsa pasar di segmen pesawat regional ini.

N245
- Mesin: 2 PW-27 M, 2.400 SHP
- Baling-baling: 6 bilah
- Panjang total: 22,65 meter
- Tinggi total: 7,40 meter
- Muatan maksimal: 5.300 kilogram (50 penumpang)
- Kapasitas bahan bakar: 4.300 kilogram
- Kecepatan jelajah maksimal: 280 knot (518,6 kilometer per jam)
- Jangkauan: 1.629,8 kilometer

ATR 42-600
- Mesin: 2 PW127 E, 2.400 SHP
- Baling-baling: 6 bilah
- Panjang total: 22,67 meter
- Tinggi total: 7,59 meter
- Muatan maksimal: 5.300 kilogram (48 penumpang)
- Kapasitas bahan bakar: 4.500 kilogram
- Kecepatan jelajah maksimal: 300 knot (556 kilometer per jam)
- Jangkauan: 1.326 kilometer

R80
- Mesin: Turboprop ganda, 4.600 SHP
- Baling-baling: 6 bilah
- Panjang total: 32,3 meter
- Tinggi total: 8,5 meter
- Muatan maksimal: 8.780 kilogram (80-90 penumpang)
- Kapasitas bahan bakar: 4.600 kilogram
- Kecepatan jelajah maksimal: 330 knot (611 kilometer per jam)
- Jangkauan: 1.480 kilometer

ATR 72-600
- Mesin: 2 PW127 M, 2.400 SHP
- Baling-baling: 6 bilah
- Panjang total: 27,2 meter
- Tinggi total: 7,65 meter
- Muatan maksimal: 7.500 kilogram (78 penumpang)
- Kapasitas bahan bakar: 5.000 kilogram
- Kecepatan jelajah maksimal: 330 knot (611 kilometer per jam)
- Jangkauan: 1.528 kilometer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus