Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Setrum dari Kedondong

2 Januari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI Naufal Raziq, pohon kedondong tak cuma menghasilkan buah untuk dirujak. Pohon dengan nama Latin Lannea grandis Engl. ini merupakan sumber energi listrik. "Satu pohon kedondong mampu menghasilkan daya 2 volt," kata siswa kelas III Madrasah Tsanawiyah Negeri Langsa, Aceh, ini pada Ahad dua pekan lalu.

Remaja 15 tahun ini mulai mencari sumber listrik alternatif sejak duduk di kelas VI Sekolah Dasar Langsa Lama. Waktu itu guru Naufal menjelaskan bahwa buah yang rasanya asam berpotensi menyimpan listrik. Didorong rasa penasaran, Naufal menjajal berbagai jenis buah untuk mengetahui kandungan setrumnya.

Awalnya ia meneliti buah kentang. Dia membenamkan dua keping uang logam Rp 500—keping warna emas dan keping warna perak—ke dalam kentang. Lewat multimeter yang dihubungkan pada kedua keping logam itu terbaca adanya aliran listrik walau sangat kecil. Naufal mengikutkan temuannya ini dalam lomba inovasi Pemerintah Kabupaten Pidie pada 2015 dan meraih gelar juara harapan I.

Penghargaan ini membuat Naufal kian bergairah melakukan penelitian. Ia melanjutkan risetnya pada pohon mangga dan kedondong. Kedua pohon ini dipilih karena buahnya kecut. Selama riset, Naufal dibantu oleh gurunya di sekolah dan Supriaman, sang ayah.

Mula-mula Naufal melakukan riset pada mangga, lalu beralih ke kedondong. Naufal memilih pohon kedondong berdiameter 25 sentimeter. Batang kedondong dibor sedalam 14 sentimeter dengan lubang berdiameter 1 inci atau 2,54 sentimeter. Ia membuat empat lubang pada pohon yang sama.

Ke dalam lubang tersebut, Naufal memasukkan komponen rancangannya. Pada percobaan pertama, komponen yang dibenamkan adalah galvanis dan tembaga bulat yang dibungkus isolator atau alat penghambat arus listrik. Pada percobaan kedua, tembaga yang dililit kawat galvanis.

Dalam percobaan ketiga, yang dimasukkan adalah tembaga tipis dan besi galvanis yang diberi lapisan isolator. Sedangkan pada percobaan keempat, tembaga dilapisi kain dan tisu, serta besi galvanis dilapisi kain. Dari semua riset ini, percobaan pertama sampai ketiga hanya sanggup memanen setrum 0,5 volt. Adapun percobaan terakhir menghasilkan listrik hingga 2 volt.

Pohon listrik yang dibuat Naufal cukup sederhana. Alat itu terdiri atas sejumlah komponen seperti besi galvanis dan tembaga masing-masing sepanjang 7 sentimeter, kabel listrik, isolator, kain dan tisu, serta inverter DC atau alat yang mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC).

Besi galvanis digunakan untuk menarik kandungan asam dalam batang kedondong sekaligus menjadi kutub positif. Batang kedondong mengandung zat flavonoid, yang berisi setrum. Flavonoid biasanya berperan sebagai donor elektron untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh manusia.

Tembaga sebagai kutub negatif. Sedangkan kabel listrik untuk mengalirkan setrum ke inverter DC. Setelah dirangkai secara paralel, komponen dimasukkan ke lubang di batang kedondong. Semakin banyak lubang yang dibuat, setrum yang dihasilkan semakin besar. "Tapi jangan berlebihan," kata Naufal.

Pohon kedondong harus tetap dibiarkan hidup karena sumber listrik berada di situ. Tanaman ini diperkirakan dapat tumbuh selama 10 tahun asalkan dirawat. Naufal menyarankan agar daunnya tidak dikonsumsi karena dikhawatirkan memiliki efek samping.

Masyarakat Tampur Paloh, Kabupaten Aceh Timur, sudah memanfaatkan temuan Naufal ini. Pertamina EP juga mengajak Naufal membagi ilmunya kepada masyarakat korban gempa di Kabupaten Pidie pada Desember lalu.

  1. Besi galvanis dan tembaga menyerap elektron pada batang pohon kedondong. Besi sebagai kutub positif dan tembaga jadi kutub negatif.
  2. Perbedaan jumlah elektron pada kedua kutub menghasilkan setrum.
  3. Setrum mengalir melalui kabel ke inverter DC. Inverter DC mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik.
  4. Setrum dapat langsung digunakan untuk menyalakan lampu atau disimpan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus