Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Status Gelatik Jawa Terancam

Jumlah gelatik jawa di alam tinggal 1.000-2.500 ekor saja.

8 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gelatik jawa atau Lonchura oryzivora (www.iucnredlist.org)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gelatik jawa atau Lonchura oryzivora terancam punah. Status burung kecil nan cantik itu naik dari sebelumnya rentan atau vulnerable menjadi terancam atau endangered. Dalam daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN), burung gelatik jawa masuk kategori merah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Divisi Komunikasi dan Pengembangan Organisasi Burung Indonesia, Ria Saryanthi, mengatakan status gelatik jawa sejak 1994 hingga 2017 adalah rentan. Namun, berdasarkan hasil kajian pada 2018, status itu berubah menjadi terancam. "Penyebabnya populasi di alam yang terus menurun," kata Ria kepada Tempo, Selasa lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ria menjelaskan, gelatik jawa merupakan burung endemis Jawa dan Bali. Populasi alaminya di Jawa dan Bali berkisar 1.000-2.500 ekor dewasa. Gelatik jawa juga diintroduksi ke beberapa wilayah lain di Indonesia, seperti Sumatera dan Sulawesi. "Burung ini juga banyak ditangkarkan di luar negeri dan dijual menjadi hewan peliharaan," ujar dia.

Sayangnya, gelatik jawa sudah sulit dilihat di alam. Hanya di beberapa tempat, itu pun dalam jumlah kecil. Di Yogyakarta, misalnya, burung ini kini hanya dapat dijumpai di candi-candi yang ada di kota ini. Padahal, biasanya, gelatik jawa mudah ditemukan di lahan terbuka, seperti lahan pertanian dan pekarangan rumah. Burung jenis ini juga kerap ditemukan di hutan bakau dan pesisir pantai.

Beberapa pengamatan di wilayah tempat gelatik jawa diintroduksi juga menunjukkan adanya penurunan populasi sehingga burung ini semakin sulit diamati. "Pada prinsipnya, gelatik jawa terancam kepunahan. Jika tidak dilakukan aksi konservasi apa pun terhadap burung ini dan habitatnya, diperkirakan gelatik jawa akan punah di alam dalam beberapa tahun ke depan," kata Ria.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan burung gelatik jawa. Yang utama adalah diperlukan kesadaran masyarakat. "Agar masyarakat tidak menangkap gelatik jawa di alam dan tidak lagi memeliharanya," ucap dia.

Penampilan gelatik jawa yang cantik memang menggoda banyak orang yang ingin menjadikannya burung peliharaan dan hal itu sudah berlangsung lama. Akibat tingginya permintaan terhadap burung ini, aktivitas perburuan pun semakin intens. Hal itu menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi gelatik jawa di alam.

Melindungi lokasi dan habitat alami gelatik jawa di Pulau Jawa dan Bali juga mesti segera dilakukan. Selain itu, diperlukan kerja sama dengan masyarakat pencinta lingkungan, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk menjaga kelestarian gelatik jawa.

Menurut Ria, penangkapan gelatik jawa untuk memenuhi kebutuhan pasar burung peliharaan, baik di wilayah domestik maupun internasional, sudah berlangsung lama. Puncaknya terjadi pada 1960-an hingga 1970-an. "Tampilan fisiknya yang menarik dan suaranya yang unik serta kemampuannya bermanuver ketika berada di kandang menarik perhatian orang untuk memeliharanya."

Selain akibat dijadikan burung peliharaan, menurunnya populasi burung gelatik jawa lantaran dianggap sebagai hama oleh para petani. Sebab, burung ini sering memakan bulir padi. "Ini juga menjadi penyebab maraknya penangkapan gelatik jawa karena dianggap merugikan para petani," ujar Ria. AFRILIA SURYANIS


Pemilik Kicauan Merdu

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus