Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DATA Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 mencatat kasus stroke menempati peringkat kedua sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian dan nomor tiga penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Kerisauan soal itulah yang menginspirasi tim mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung membuat tangan robot bernama ExoHand, akronim dari exoskeleton robotic hand. “Untuk membantu pasien stroke yang lumpuh bisa belajar bergerak lagi, dimulai dari tangannya,” kata Hasballah Zakaria, pengajar di ITB yang menjadi penggagas proyek ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasballah mengatakan stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu. Kekurangan asupan oksigen dan nutrisi bisa membuat sel-sel saraf atau neuron pada otak mati. Akibatnya, pasien stroke bisa meninggal atau lumpuh. Pada pasien yang lumpuh, pemulihan gerak dilakukan pada masa golden time, yaitu tiga bulan pertama setelah terkena stroke. Dalam terapi, dokter biasanya melatih gerak secara langsung atau juga menggunakan metode mirror neuron.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam terapi mirror neuron, pasien stroke dilatih menggerakkan tangan yang lumpuh, seperti menggenggam. Sebuah cermin dipasang di tengah atau di antara dua tangan. Setelah itu, pasien diminta menggerakkan tangan kanan sambil melihat pantulannya di cermin. Citra pantulan itu menunjukkan seolah-olah tangan kiri pasien yang lumpuh ikut bergerak. Ilusi semacam itu ditujukan untuk merangsang saraf di otak yang masih aktif agar bisa menggerakkan tangan kirinya yang lumpuh.
Menurut Hasballah, sesuai dengan teori mirror neuron, sebenarnya gerakan tangan yang lumpuh masih tersimpan di otak, tapi ada yang terganggu oleh stroke. Prinsip kerja teori itu adalah memacu bagian otak yang tidak aktif menggunakan bagian otak yang aktif. “Itu yang mau kita salin langsung gerakannya dengan tangan robot,” ujarnya, 21 September lalu.
Inovasi ExoHand menggabungkan dua macam terapi pasien stroke, yaitu latihan gerakan langsung dan mirror neuron sekaligus dengan cara baru. Tugasnya menyalin gerakan tangan di otak dan di tangan kirinya sendiri dari bantuan gerakan tangan kanan berulang kali. Gerakan tangan kanan itu, Hasballah menambahkan, seperti guru yang mengajari ulang sel saraf di otak untuk pelan-pelan membantu tangan kiri yang lumpuh belajar bergerak lagi.
Purwarupa ExoHand sementara masih menggunakan sebuah kotak kayu berdimensi 60 x 25 x 25 sentimeter. Anggota tim, Cheryl Josephine Ovani, mengatakan di dalam kotak mesin terdapat microcontroller dan beberapa komponen pengendali, sepasang motor listrik arus searah yang dilengkapi mekanisme penarikan, serta printed circuit board yang berisi rangkaian penguat untuk electromyography (EMG). EMG digunakan untuk memeriksa dan merekam aktivitas sinyal otot dari deteksi potensi listrik yang dihasilkan.
Pada bagian atas kotak dipasangi layar liquid crystal display kecil dan tiga tombol untuk mengaktifkan dan mematikan mesin, reset, dan EMG. Adapun sumber daya alatnya terbagi dua, yaitu listrik lewat adaptor untuk mengaktifkan keseluruhan sistem dan sepasang baterai 9 volt. Pemisahan daya itu bertujuan mengurangi gangguan ketika EMG mengukur sinyal otot. “Sumber listrik cenderung memberikan banyak gangguan,” tutur Cheryl, Rabu, 7 Oktober lalu. Perangkat keras lain adalah sepasang sarung tangan berbalut sistem robot untuk digunakan pasien stroke.
Tim peneliti belum sempat menguji ExoHand pada pasien stroke karena terhadang pandemi. Sejauh ini, kata Cheryl, alat telah mampu membaca gerakan menggenggam jari tangan kanan dan mencerminkannya ke jari tangan kiri. Alat juga bisa membantu gerakan menggenggam sesuai dengan kondisi gerak jari pasien dan menghitung serta menampilkan jumlah genggaman yang sudah dilakukan. “Alat juga mampu mengukur sinyal otot tangan dan menampilkan nilai tertingginya sebagai tolok ukur untuk memantau perkembangan pasien,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo