Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tanya Jawab Awam Soal SKSD Palapa

Ada pendapat bahwa satelit sebagai "lampu wasiat" dapat memecahkan segala problem komunikasi. penjelasan tentang teknologi satelit bagi mereka yang masih punya pengertian kabur.

24 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH banyak hal yang kabur tentang "lompatan teknologi" yang bernama satelit Palapa itu. Ada yang menganggapnya semacam "guci wasiat" atau lampu Aladin yang bisa memecahkan segala problim komunikasi. Ada yang sekedar bertanya, karena memang pengin tahu. Berikut ini TEMPO mencoba menjelaskan hal-hal yang masih kabur itu. T: Apakah satelit Palapa memperlancar komunikasi dari luar negeri ke Indonesia? J: Tidak, sebab komunikasi dari dan ke luar negeri tergantung pada satelit Intelsat yang dimiliki secara bersama oleh 91 negara (Indonesia salah satunya) yang direlai oleh stasiun bumi PT Indosat di Jatiluhur. Selanjutnya. kelancaran komunikasi dari luar negeri ke Indonesia tergantung tempat yang dituju di negeri ini. Komunikasi dari Montreal ke Jakarta, misalnya, sama saja. Tapi komunikasi dari Montreal ke Jayapura, tambah lancar dengan adanya satelit Palapa. Hanya saja, pesan itu harus 2 x naik-turun satelit. Dari Montreal ke Jatiluhur via Intelsat sekali naik turun satelit. Selanjutnya dari Jatiluhur pesan diteruskan ke stasiun bumi Palapa di Cibinong, untuk selanjutnya "ditembakkan" via Palapa ke Jayapura. Jadi komunikasi I arah (misalnya telegram,televisi) harus menempuh jarak 4 x 36 ribu km = 144 ribu km, yang lama perjalanannya l/'2 detik. Untuk komunikasi 2 arah (telepon, misalnya) bisa timbul penundaan dan gema. T: Apakah satelit Palapa memperlancar komunikasi dalam negeri? J: Tergantung tempat yang dituju. Komunikasi dari Jakarta ke Medan misalnya, yang sudah dihubungkan oleh microwave teoritis lebih cepat dengan microwave ("jalan darat") daripada lewat satelit ("jalan antariksa"). Tapi untuk komunikasi dari Banda Aceh ke Jayapura -- yang tidak dihubungkan oleh microwave maupun radio frekwensi tinggi -- satelitlah yang paling ampuh. T: Setelah ada satelit, bisakah orang di Jakarta menghubungi sanak-saudara mereka di pelosok-pelosok yang terpencil di luar Jakarta? J: Tergantung apakah "pelosok" itu sudah ada hubungan telkom dengan stasiun bumi yang terdekat. Pare-pare misalnya, akan dibangunkan 1 KTO (kantor telepon otomat) yang punya hubungan dengan stasiun bumi dekat Ujungpandang via KTO Ujungpandang. Di pulau Jawa, Blitar dan Salatiga juga akan dirangkul dalam komunikasi satelit Palapa. Tapi orang Klaten, misalnya, meskipun sudah ada satelit belum bisa menelepon langsung ke Jakarta. T: Dengan berlakunya sistim telepon pijat tombol yang mahal di Jakarta nanti, apakah komunikasi di dalam kota Jakarta sendiri akan lebih lancar? J: Teoritis, ya. Sebab kabelnya baru pesawat teleponnya juga baru. Tapi prakteknya, keamanan dan "ketenangan" kabel-kabel telepon yang baru itu "masih akan terus diganggu oleh penggalian-penggalian jalan yang tidak sinkron antara PLN, PAM (Perusahaan Air Minum) dan Perumtel sendiri", kata Menteri Perhubungan Emil Salim. Juga sewaktu-waktu bisa terganggu oleh pelebaran jalan, yang bisa membuat sang kabel bergeser ke tengah jalan (di bawah aspal dan kerakal, tentunya). Kalau lalu-lintas ramai, jalan bergetar, kabel pun ikut bergetar. Kalau banjir dan jalan tergenang air, ada risiko sang kabel ikut "masuk angin' -- kalau tidak "masuk air". T: Antara Bali, Jawa dan Sumatera, apakah masih perlu komunikasi satelit padahal sudah ada microwave, radio VHF? J: Sebenarnya tidak terlalu mendesak. Microwave malah juga bisa dipakai untuk meneruskan siaran TV. Tapi bagaimana menghadapi kenaikan kebutuhan sarana telkom di masa mendatang? Kata Ema Salim, "sarana telkom harus selalu berpacu lebih cepat dari pada kenaikan permintaan". Dan kenaikan permintaan di tiga pulau itu memang lebih cepat dari pada daerah-daerah lain. Juga kenaikan permintaan sarana telkom antara Jawa dan Kalimantan yang kaya kayu, minyak dan gas alam itu. Makanya di Banjarmasin juga dibangun stasiun bumi. Meskipun Banjarmasin sudah bisa berkomunikasi dengan Surabaya -- dan seluruh jaringan microwave dari Medan s/d Denpasar -- lewat troposcatter Banjarmasin-Surabaya. T: Apakah tidak ada bahaya "interferensi" (bercampurnya sinyal elektromaknetis) antara SKSD Palapa deran Microwave Nusantara? J: Ada, sebab frekwensi microwave sama dengan frekwensi sinyal yang turun dari satelit. Yakni 4 Giga Hertz (4 juta x juta cydes). Bahaya ini lebih terasa antara Surabaya & Banjarmasin sebab radius sinyal microwave yang dipantulkan dari troposfir (15 km di atas muka bumi) itu bisa mencapai 100-1000 km. Pemecahannya: naikkan frekwensi satelit menjadi 11 - 14 GHz atau 20 - 30 GHz, bangun stasiun bumi jauh dari jaringan microwave, atau.. tidak usah bangun stasiun bumi satelit dan manfaatkan jaringan microwave saja. T: Apakah dengan SKSD Palapa ini siaran TV nasional segera bisa merasuk sampai ke desa-desa? J: Belum karena tiga hal. Pertama. satelit ini bukan satelit siaran broadcast) melainkan satelit komunikasi (telepon, telex, transmisi data). Meskipun ada 1 transponder khusus untuk siaran TV sinyalnya terlalu lemah (hanya 33 deciBell Watt) sehingga tidak bisa ditangkap di desa-desa dengan antena stasiun bumi mini. Kedua, desa-desa memang belum dilengkapi dengan stasiun bumi mini yang murah (Rp 1 juta) dengan antena bergaris-tengah 1-21 meter. Ketiga, program yang mau dipancarkan ke desa-desa itu apa? Jadi pemecahannya pun harus serempak mengganti satelit yang lebih kuat, membangun stasiun bumi yang murah di desa-desa, dan menyiapkan program siaran TV pedesaan yang bermutu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus