PERNAHKAH Anda membayangkan minyak larut di dalam air, garam membeku dan mengendap? Kedengarannya agak tidak masuk akal, terutama bagi mereka yang pengetahuan fisikanya terbatas. Namun, semua itu dapat terjadi bila air dalam keadaan superkritis - fase ketika air dipanaskan melebihi titik didihnya di bawah tekanan tinggi. Dalam keadaan superkritis, beberapa fluida, seperti air atau dioksida karbon, dapat bersifat sedikit aneh. Misalnya, melarutkan zat lain yang biasanya tidak terlarutkan. Pengetahuan dan penguasaan teknologi superkritis ternyata sangat bermanfaat, terutama dalam kimia teknik. Antara lain dalam memproses makanan, mengekstrakkan zat kimia, atau meningkatkan mutu kilang. Mengapa hal itu tiba-tiba menjadi penting, padahal keadaan superkritis telah lama dipahami para ilmuwan? Sebelum 1973, memang tidak ada yang memperhatikan fase superkritis karena tersedianya energi, terutama minyak mentah, dengan harga dasar sangat rendah. Kini pengetahuan dan teknologi superkritis dikembangkan di berbagai bidang. Perusahaan Kerr McGee di Oklahoma, AS, menemukan ROSE (Residium Oil Supercritical Extraction) - proses mengekstrakkan minyak residu melalui fase superkritis. Dengan cara ini bisa di-up-grade bahan sisa pada dasar kilang yang tertinggal setelah terjadi fase-fase pertama penyulingan minyak. Bahan sisa tersebut mengandung asphaltenes dan lilin, yang biasanya tidak terpakai. Di bidang pemrosesan bahan makanan, pada umumnya ditempuh prosedur ekstraksi kimia. Biasanya, ekstraksi dilakukan dengan zat pelarut organik, dalam hal ini hexane. Persenyawaan tersebut, sebetulnya, berbahaya. Karena itu, ia harus dihilangkan secara sempurna bila hasil ekstrak dan residunya akan dijadikan bahan makanan. Hexane juga sangat reaktif, sehingga sering terjadi ledakan di pabrik yang "menggauli" bahan ini. Tetapi, hal itu bisa dielakkan dengan menggunakan karbon-dioksida (CO2) superkritis. Selain harganya rendah, zat ini tidak terbakar, dan tidak beracun. CO2 juga bersifat selektif. Ia tidak mengekstrakkan air, kebanyakan minyak, serta persenyawaan polar seperti gula atau asam amino. Ia malah dengan mudah melarutkan minyak-minyak nonpolar. Dalam mengekstrakkan zat-zat kimia, Lembaga Sumber-Sumber Botani di California, AS, mengembangkan proses yang menggunakan CO2 superkritis untuk memungut kembali pyrethrin, sejenis insektisida yang terdapat dalam kembang chrysantemum. Menurut Marc Sims, presiden lembaga itu, hasil uji coba yang mereka lakukan tahun lalu membuktikan kelayakan ekonomis untuk menanam jenis chrysantemum tadi, dan menerapkan proses ekstraksi berdasarkan fase superkritis. Keuntungan lain, proses ini tidak memungut klorofil bersama pyrethrin yang diambil. Klorofil harus dipisahkan karena ia akan merusakkan warna. CO2 superkritis tidak mengikutsertakan klorofil di dalamnya. Fase superkritis juga sangat berguna dalam pemanfaatan sisa. Pada pertengahan 1970-an, Crltical Pluid System mengembangkan proses untuk menghidupkan kembali (regenerate) activated-carlon alsorents, yang digunakan untuk membersihkan air atau udara yang tercemar. Setelah itu, Critical Fluid System mengembangkan lagi metode untuk membersihkan lumpur yang digunakan pada pengeboran minyak. Perusahaan tersebut juga mengembangkan cara membersihkan dan menyingkirkan minyak dan bijih besi sisa pada pabrik baja. Salah satu hambatan yang dirasakan hingga kini ialah, metode fluida superkritis memerlukan biaya sangat tinggi. Soalnya, metode ini selalu membutuhkan reaktor tekanan tinggi, di sampimg juga sangat banyak menggunakan pipa. Namun, tampaknya, metode superkritis akan diterapkan lebih luas dalam tahun-tahun mendatang, terutama di dunia industri. M.T. Zen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini