Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selintas, kanal itu terlihat seperti terowongan di jalan tol biasa. Dari Kampung Barembang di wilayah utara Kuala Lumpur, terusan itu melintas sepanjang 9,7 kilometer hingga ke Taman Desa di bagian selatan. Sesungguhnya, ada yang istimewa dari kanal yang berdiameter 11,8 meter itu.
Pertama, saluran itu berada di bawah tanah, dibangun persis di bawah jalan tol Kuala Lumpur-Saremban. Kedua, kanal ini punya tiga lapis terowongan. Mirip kue lapis. Jadi, ada terowongan dalam terowongan. Ketiga lapisnya memiliki dua fungsi: untuk jalan raya bebas macet (memakai dua terowongan) serta untuk saluran air (terowongan terbawah).
Keistimewaan ketiga, kanal itu dilengkapi pintu gerbang besi kedap air. ”Pintu ini akan ditutup jika air memasuki terowongan,” kata Sabri Abdul Mulok, salah satu arsitek yang terlibat proyek pembuatan kanal, kepada Tempo. Pintu ini menghubungkan terowongan utama dengan persimpangan jalan raya.
Pemerintah Malaysia menamakan lubang panjang itu SMART, kependekan dari Stormwater Management and Road Tunnel. K.J. Abraham, direktur proyek dari Jabatan Pengairan dan Saliran Malaysia, semacam Departemen Pekerjaan Umum, mengatakan, terowongan fungsi ganda itu dirancang untuk mengantisipasi banjir di Kuala Lumpur. Kanal itu sekaligus berperan mengurangi kemacetan di sepanjang jalan tol yang menghubungkan Kuala Lumpur City Center (KLCC) dengan permukiman di utara dan timur ibu kota.
”Seperti Jakarta, Kuala Lumpur menjadi perlintasan air bah setiap tahun,” kata Abraham. Jika banjir datang dari dataran tinggi di sebelah utara dan timur, maka lebih dari separuh KLCC akan tenggelam.
Dua pekan lalu Tempo ditemani dua pejabat dari Jabatan Pengairan menelusuri terowongan dari South Junction di Sungai Besi hingga North Junction di Jalan Tun Razak. Jarak antara kedua junction sekitar tiga kilometer. Inilah jarak yang dipakai terowongan untuk jalan raya. Sisanya, sepanjang 6,7 kilometer, digunakan untuk drainase kota.
Di South Junction, para pekerja terlihat menyelesaikan pemasangan pintu yang menghubungkan terowongan air dengan ruas yang dipakai untuk lalu-lalang kendaraan. Sabri mengatakan, pemasangan pintu menandakan penyatuan terowongan dan ruas jalan hampir selesai. Rencananya, pada pertengahan April ini terowongan dibuka untuk umum.
Tempo berjalan menyusuri terowongan untuk menyaksikan pengerjaannya dari jarak lebih dekat. Ketika keluar dari mobil, angin menerpa amat keras hingga membanting pintu mobil. Arus udara di terowongan begitu cepat. ”Ini supaya udara di dalam tetap bersih,” kata Wan Mohamad Sobri, Kepala Keselamatan Kerja Proyek. Di pintu masuk, beberapa exhaust (pipa saluran pembuangan) raksasa terpasang di langit-langit terowongan.
Terowongan itu, harus diakui, memang cerdas. Saat mobil lewat, kanal tetap bisa mengalirkan air dari hulu ke hilir. Dua tingkat teratas merupakan jalur kendaraan bagi arah yang berlawanan: keluar dan masuk kota. Di bawahnya adalah kanal yang dapat digunakan setiap saat jika ada kiriman air yang tak bisa ditampung sungai.
Jika debit air bertambah besar, pintu kedap air akan menutup akses masuk kendaraan. Setelah tidak ada lagi kendaraan di dalam terowongan, semua pintu darurat tertutup rapat. Dan jalan raya berubah menjadi saluran air. ”Peristiwa seperti ini akan terjadi paling banyak dua kali dalam setahun,” kata Abraham.
Terowongan itu memasang kamera di setiap jarak 200 meter. Terdapat pula alat sensor karbon, pemantau panas ruangan, hidran air, hingga petunjuk menyelamatkan diri. Deretan lampu di langit-langit membuat terowongan tak kalah terang dengan jalan tol di atasnya.
Proses pembuatan terowongan pada dua pekan lalu sudah mencapai 95 persen. Pekan ini sebuah mesin bor berbobot 2.500 ton akan menembus waduk penampung di Kampung Berembang, ujung kanal ini. Mesin bor raksasa bernama Tuah itu akan ke luar dari perut bumi setelah membuat lubang sepanjang hampir lima kilometer sejak Januari 2003.
Abraham menyebut SMART sebagai satu-satunya terowongan di dunia yang menggabungkan dua fungsi: jalan raya sekaligus saluran air. Kanal ini adalah yang kedua terpanjang di Asia setelah Wushaoling Tunnel, lorong kereta api sepanjang 20,05 kilometer di Provinsi Gansu di barat daya Cina.
Proyek ini mewujudkan gagasan yang lahir dua dekade silam, setelah banjir besar kerap mendera Kuala Lumpur. Sebenarnya kota ini sudah dilengkapi sistem drainase yang memadai untuk mengalirkan air hujan lokal, tapi Kuala Lumpur tak berkutik pada banjir kiriman yang datang dari kawasan pegunungan di utara dan timur. ”Dampak pembangunan kota membuat banjir makin sering. Setiap tahun setidaknya terjadi sekali banjir besar,” kata Abraham.
Air bah membuat pusat kota (KLCC) lumpuh. Kerugian, kata Abraham, mencapai miliaran ringgit sebab kota yang memiliki landmark menara kembar Petronas itu merupakan pusat bisnis dan pariwisata Malaysia.
Pada dekade 1980-an gagasan membangun terowongan dibahas di rapat kabinet. Jabatan Pengairan dan Saliran mengusulkan pengalihan aliran Sungai Klang dan Ampang yang membawa banjir melalui sodetan. Namun, kesulitan membebaskan lahan membuat rencana itu dilupakan saja. Pembangunan terowongan dianggap tak ekonomis karena biaya pembuatannya amat mahal.
Ternyata siklus banjir besar kian cepat. Tidak lagi lima atau 10 tahun sekali, melainkan datang setiap tahun mulai akhir dekade 1990. Pada 2001, setelah banjir besar kembali menggenangi KLCC, rapat kabinet yang dipimpin Perdana Menteri Mahathir Mohammad menyetujui proyek kanal. Namun, dana RM 2 miliar (sekitar Rp 5,2 triliun) dianggap terlalu besar untuk kanal yang cuma berfungsi dua kali setahun itu. Setelah ada gagasan membuat sebagian kanal sebagai jalan raya, barulah rencana ini diluluskan.
Pemerintah menggandeng investor swasta untuk mendanai sebagian proyek dengan konsesi berupa pengelolaan jalan tol selama 40 tahun. Setelah kontraktor dan badan pelaksana ditunjuk, proyek dimulai pada penghujung 2002. Dua mesin pengebor raksasa mulai menggali dari titik North Ventilation Haft ke arah yang berlawanan.
Pada pertengahan Maret lalu, pemerintah memperkenalkan terowongan kepada warga dengan menggelar lomba ”Larian Terowong SMART”. Perkenal-an kanal juga dilakukan melalui publikasi media massa. Tempo menjadi media pertama dari Indonesia yang menjajal terowongan tersebut.
Pakar teknologi lingkungan Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengakui bahwa terowongan di Kuala Lumpur itu merupakan ide yang tepat untuk mengatasi masalah kota. ”Ketika lahan amat terbatas, yang harus kita lakukan adalah membangun ke atas atau ke perut bumi,” kata Firdaus yang menyaksikan terowongan itu tiga pekan lalu.
Gagasan terowongan itu, menurut Firdaus, layak diterapkan di Jakarta untuk mengantisipasi banjir. Namun, anggota Badan Regulator Pelayanan Air Minum Jakarta itu mengatakan, pembangunan terowongan tetap harus disesuaikan dengan masalah khas masing-masing kota.
Untuk Jakarta, selain banjir, kemacetan adalah masalah yang parah. ”Tapi ada yang lebih penting bagi Jakarta, yaitu mengatasi ancaman kekurangan air bersih,” katanya. Ia mengusulkan pembangunan terowongan yang berfungsi menampung air kiriman dari Bogor. Air ini dapat dijadikan cadangan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sekaligus menunjang proses daur ulang limbah domestik.
Adek Media (Kuala Lumpur)
Agar Kuala Tak Berlumpur
Gagasan membangun kanal di pusat bisnis Malaysia adalah untuk menyelamatkan Kuala Lumpur City Center (KLCC) dari terjangan banjir. Seperti halnya Jakarta, Kuala Lumpur menjadi perlintasan air bah yang datang dari dataran tinggi di sebelah utara dan timur.
Dua sungai, yaitu Ampang dan Klang, merupakan pengantar air kiriman ke KLCC. Celakanya, dua sungai ini malah menyatu pada jarak sekitar tujuh kilometer menjelang pusat kota. Walhasil, jutaan meter kubik air tak tertampung di satu saluran dan membanjiri kota.
Terowongan dibuat untuk membelokkan air supaya tak melewati KLCC. Di dekat pertemuan Sungai Ampang dan Klang, Jabatan Pengairan dan Saliran Malaysia membuat waduk yang mampu menampung 600 ribu meter kubik air. Jika waduk penuh dan tak dapat disulurkan ke sungai, air akan dikirim melalui terowongan.
Selanjutnya air akan ditampung di waduk buatan di hilir terowongan. Waduk ini mampu menampung 1,4 juta meter kubik air. Jika air di waduk penampungan melebihi kapasitas, pintu air ke arah Sungai Kerayong akan dibuka. Sungai ini menyatu dengan Sungai Klang, menuju Selat Malaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo