Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Menjenguk Jiwa Seorang Intel

Film kedua Robert de Niro yang menampilkan sekumpulan pemain terkemuka. Tak ada laga, lebih banyak renungan.

2 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Good Shepherd Sutradara: Robert de Niro Skenario: Eric Roth Pemain: Matt Damon, Angelina Jolie, John Torturro, William Hurt, Alec Baldwin, Timothy Hutton, Joe Pesci, Robert de Niro Produksi: Universal

Bayangkan ini semua.

Sebuah kisah fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata di masa lahirnya lembaga intelijen terbesar di dunia, CIA; seabreg pemain terkemuka; sekumpulan nama dahsyat di jajaran produser eksekutif seperti Francis Ford Coppola dan Robert de Niro, serta penulis skenario yang pernah menghasilkan skenario Forest Gump, The Insider, Ali, dan Munich. Dan, jangan lupa, produksi yang durasinya lebih dari dua setengah jam ini disutradarai Robert de Niro, yang sebelumnya sudah pernah menyutradarai A Bronx Tale. Apakah lantas kita menyaksikan sebuah ledakan abad ini?

Film ini dimulai dengan sosok Edward Wilson (Matt Damon), di Washington DC tahun 1961, setahun sebelum peristiwa Teluk Babi. Dengan kerja kamera sinematografer Robert Richardson (Kill Bill, Casino, The Doors, Natural Born Killer, dan The Aviator) yang sangat piawai menggambarkan suasana dalam jiwa dengan gambar-gambar yang sunyi, film ini terasa sangat menjanjikan. Apalagi, satu per satu muncul aktor-aktor besar seperti John Torturro, William Hurt, dan Alec Baldwin.

Namun, komplikasi dimulai saat film ini mulai masuk dalam teknik kilas balik periode Wilson di kampus Yale University yang direkrut oleh kelompok rahasia di kampus Bone and Skull. Pada adegan kilas balik itu, kita kemudian disajikan adegan flashback baru tatkala Wilson menceritakan masa kecilnya. Artinya, sebuah adegan kilas balik dalam kilas balik. Sebuah keruwetan yang tak perlu.

Syahdan, akhirnya, Wilson menjadi salah satu pendiri dan intelijen CIA terkemuka yang menjalankan tugasnya dengan sangat serius. Begitu seriusnya hingga dia tak pernah bisa percaya pada siapa pun, bahkan pada keluarganya sendiri.

Akibatnya, sesuai dengan fitrah sebuah film spy klasik, kehidupan keluarga Wilson menjadi dingin, kaku dan tak ada komunikasi (meski ia memiliki istri jelita dan bahenol seperti Margaret Ann Russel yang diperankan Angelina Jolie). Pengkhianatan, pengorbanan, tusuk dari belakang, kiri dan kanan, seperti biasa terjadi.

Dahsyat? Tidak. Bukan karena all-star-cast itu yang bikin bingung. Para pemain memang tak bisa berkembang, karena karakter mereka tak sempat dikembangkan, kecuali karakter Wilson dan istrinya. Tetapi yang lebih mengganggu adalah ritme film yang sangat lamban (apa perlu kisah ini diulur menjadi dua setengah jam?) Tetapi De Niro—yang berhasil menyentuh hati melalui debutnya sebagai sutradara, A Bronx Tale—pandai mengarahkan sang sinematografer. Ada beberapa adegan yang mengiris, misalnya, saat kekasih anaknya dilempar dari pesawat dan kita kemudian melihat sehelai tubuh yang melayang perlahan, dan belakangan menyisakan gaun yang kesepian di antara awan.

Angelina Jolie tampil mengecewakan (di luar kenyataan dia selalu tampak seksi dalam balutan kain apa pun). Kita tak pernah melihat bedanya antara kemarahan, kekecewaan, atau keinginan tidur bersama suaminya. Dalam film ini, semua perasaan terkubur dalam, karena sutradara De Niro ingin memperlihatkan dunia dalam seorang intelijen yang cuma bisa percaya dan bertumpu pada dirinya sendiri.

Meski tidak dahsyat, film ini jauh lebih menarik daripada film klasik intelijen yang kita kenal. Memang, ini bukan sebuah film laga yang akan menghasilkan debar di dada. Tetapi karena itu, De Niro berhasil memperlihatkan kisah kehidupan seorang intel dengan cara yang berbeda. Minim darah, minim laga, penuh renungan dan puisi.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus