Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat dokumentasi sekaligus bahan ajar teknik jahit celup Indonesia. Literatur tentang teknik itu dinilai masih sedikit dibandingkan teknik tekstil lainnya seperti batik dan tenun ikat. Materi ajarnya diujicoba kepada pengrajin kain di Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua tim dosen itu, Bintan Titisari, mengatakan, teknik jahit celup biasanya diajarkan antar generasi secara informal. “Banyak cara-caranya yang tidak didokumentasikan,” kata dia, Jumat 3 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dosen dari Kelompok Keahlian Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB itu pada awal tahun lalu membentuk tim multidisipliner dari kalangan dosen dan mahasiswa. Anggotanya yaitu Dianing Ratri dari Kelompok Keahlian Komunikasi Visual dan Multimedia, juga mahasiswa dari berbagai program studi di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.
Para mahasiswa itu Clareta Milena, Fioren Anthonia, dan Ancilla Ariadne Stevanya Ulinauva dari Program Studi Kriya; Revilia Sastradiredja dari Program Studi Desain Komunikasi Visual; Zayyinatul Millah dari Program Studi Magister Desain; dan Eko Budhi Susanto dari Program studi Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain.
Kolaborasi itu meramu dan menghasilkan bahan ajar interaktif tentang Teknik Jahit Celup Indonesia berupa buku dan tujuh video tutorial. Tim Peneliti Program Pengabdian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB itu menguji karyanya dengan menggelar pelatihan teknik celup rintang bagi para pengrajin di Kampoeng Mataraman, Yogyakarta, 27 November 2021.
Pelatihan teknik celup rintang kepada para pengrajin di Kampoeng Mataraman, Yogyakarta, 27 November 2021. Tim dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat dokumentasi sekaligus bahan ajar teknik jahit celup kain tradisional Indonesia. (FOTO/DOK TIM ITB)
Pelatihan itu melibatkan 14 perajin dari berbagai usaha kecil dan menengah seperti Tizania Jumputan, Kencana Batik, Daun Muda Ecoprint, Sejumput Karanggede, dan murid SMK Kriya 2 Sewon.
Buku ajar yang terdiri dari empat bab berisi sejarah, teknik, cerita kain-kain tradisional, dan tutorial itu merupakan hasil studi S3 Bintan hingga tamat di School of Design, University of Leeds, Inggris, pada 2016-2020. Topik yang diangkat adalah teknik jahit celup, salah satu teknik pembuatan tekstil tradisional yang masih digunakan oleh para perajin di beberapa lokasi di Indonesia, dan juga di berbagai negara.
Teknik ini, menurut Bintan, biasanya digunakan untuk membuat kain tradisional seperti kain Tritik, Kembangan, Jumputan di Jawa Tengah, kain Sasirangan di Kalimantan Selatan, kain Pelangi di Sumatera Selatan. Di luar negeri, kain jenis ini terkenal dengan sebutan kain Shibori di Jepang, kain Bandhani di India, dan kain Adire di Afrika.
Pekerja menjemur kain Jumputan yang telah dibuat di kawasan Penumping, Surakarta, Jawa Tengah, 27 Agustus 2015. Bram Selo Agung/Tempo
Pada kurun 2016-2017 Bintan melakukan survei ke tiga daerah pembuat kain tradisional di Yogyakarta, Palembang, dan Banjarmasin, serta mewawancarai 80 perajin sambil melakukan observasi praktik pembuatan kainnya. Setelah menyelesaikan studinya, ia tergerak untuk mengembalikan pengetahuan yang didapatkan kepada para perajin dan khalayak umum di Indonesia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.